Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:19 WIB | Selasa, 25 Oktober 2016

Konsentrasi Karbon Dioksida Capai Rekor Baru

Ilustrasi: Menurut badan cuaca PBB, tingginya CO2 di dunia, karena tingginya tingkat polusi karbon dioksida, disebabkan pembakaran bahan bakar fosil dan pembakaran hutan.(Foto: thestar.com/AP/Martin Meissner)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM - "Konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer mencapai rekor rata-rata 400 parts per million (ppm) pada 2015, tingkat kurang menyenangkan untuk kesehatan planet ini," kata PBB pada Senin (24/10).

“Gas rumah kaca tersebut sebelumnya melampaui ambang batas 400 ppm pada bulan-bulan tertentu di sejumlah lokasi tertentu tapi tidak pernah secara global,“ kata Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) PBB, dikutip dari AFP.

Dalam Greenhouse Gas Bulletin terbarunya, WMO juga melaporkan bahwa tingkat konsentrasi CO2 kembali melonjak ke rekor terbaru pada 2016 dan memprediksi rata-rata tahunan akan tetap di atas 400 pmm selama beberapa generasi.

Kenaikan tanpa henti, sangat kontradiktif dengan kesepakatan hampir 200 negara untuk mulai mengurangi emisi, sesuai ketentuan Perjanjian Paris tahun lalu, dalam mendukung energi terbarukan di paruh kedua abad ini.

"Tahun 2015 merupakan era baru, menandai  optimisme dalam Kesepakatan Perubahan Iklim Paris. Tetapi juga ditandai dengan  realitas tingginya konsentrasi gas rumah," kata Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas.

“Kadar karbon dioksida akan terus meningkat, kecuali dunia berhenti melakukan pembakaran bahan bakar fosil dan mulai menanam pohon,“ kata kepala penelitian lingkungan atmosfer WMO, Oksana Tarasova, seperti dikutip dari news.nationalpost.com.

Selain itu, konsentrasi CO2 yang melonjak, sebagian karena kuatnya El Nino, fenomena cuaca yang terjadi setiap empat sampai lima tahun dengan efek pemanasan yang luas.

“El Nino memicu kekeringan di daerah tropis dan mengurangi kapasitas penyerapan seperti hutan, vegetasi, dan lautan untuk menyerap CO2,” kata WMO.

Namun, kepala badan yang berbasis di Jenewa itu, Petteri Taalas, memperingatkan jangan berpuas diri meskipun El Nino sudah mereda saat ini.

“Fenomena El Nino sudah berakhir. Perubahan iklim belum,” katanya.

Taalas mengatakan, CO2 sebagai masalah besar dalam perjuangan untuk mengendalikan perubahan iklim. 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home