Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 00:15 WIB | Sabtu, 06 Juni 2015

Kontribusi Pertamina Hanya 21 Persen untuk Nasional

Wianda Pusponegoro, Vice President for Corporate Communication PT Pertamina (Persero). (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Wianda Pusponegoro, Vice President for Corporate Communication PT Pertamina (Persero) mengungkapkan kontribusi Pertamina sebagai perusahaan energi nasional hanya sekitar 21 persen terhadap total produksi nasional.

“Setelah kita hitung dengan cermat, kita lihat bahwa sebenarnya kontribusi pertamina sebagai perusahaan energi nasional hanya sekitar 21 persen terhadap total produksi nasional. Sedangkan NOC (National Oil Company) di negara lain umumnya berkontribusi lebih 50 persen,” kata Wianda Pusponegoro dalam diskusi publik bertajuk "Mendambakan UU Migas yang Konstitusional" di kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl. Menteng Raya no. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6).

Menurut Wianda, blok-blok minyak dan gas bumi (Migas) di Indonesia banyak dikelola oleh perusahaan-perusahaan dari luar negeri.

“Mulai blok yang ada di ujung utara Indonesia, yaitu di wilayah Aceh, wilayah tengah Jambi, dan wilayah di Jawa Timur. Banyak perusahaan-perusahaan non pertamina atau non dalam negeri yang menjadi pengelola  di blok-blok tersebut,” sebutnya.

Menurut dia, dengan adanya operator selain dari perusahaan nasional, tidak semua hasil produksi itu dapat dikelola maksimal di dalam negeri. Walaupun pembagiannya sekarang dominan digunakan untuk dapat diolah di dalam negeri terutama di kilang-kilang pertamina.

“Nah harapan kita dengan adanya rencana terminasi dari blok-blok yang ada, kemudian adanya produksi minyak dan gas dari masing-masing blok tersebut, kita berharap itu secara maksimal dapat dikelola oleh kami sebagai perusahaan negara dapat kembali memberikan kebutuhan energi domestik,” kata dia.

Menurut Wianda, undang-undang No.22/2001 tentang migas tidak menjamin ketersediaan infrastruktur migas yang merata secara nasional (Unfair Level Playing Field).

“Kita selama bertahun-tahun tidak bisa secara langsung memanfaatkan gas alam yang tersedia di bumi kita. Karena membutuhkan waktu untuk pembangunan infrastruktur, membangun terminal, pipa gas, sampai pada pipa distribusi yang diperlukan untuk masuk ke area-area yang membutuhkan gas ini sebagai bahan bakar,” kata dia.

“Tentunya kita berharap pertamina sebagai lokomotif perekonomian Indonesia. Karena pertamina itu 100 persen saham kepemilikannya dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Jadi pertamina murni sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 100 persen,” kata Wianda menambahkan.

Kemudian dengan kemampuan yang ada, lanjut Wianda, Pertamina ingin melakukan eksekusi pekerjaan-pekerjaan dengan lebih besar, dengan lebih bermanfaat supaya dapat berdiri sebagai global champion.

“Global Champion yang kita maksud di sini adalah bagaimana kita bisa melakukan penguatan dari sumber-sumber migas yang ada dengan kemampuan mengelola sumber migas yang lebih besar, cadangan produksi yang lebih besar, kemudian tingkat produksi yang lebih besar,” kata dia.

“Kita harapkan di mata internasional kita memiliki kapabilitas yang dipandang sesuai dan cukup, juga untuk bisa melakukan salah satunya akuisisi blok-blok migas di internasional,” kata Wianda lagi.

Wianda menilai, Pertamina telah melakukan proses bisnis mulai dari hulu hingga hilir, memproduksikan, melakukan eksplorasi, kemudian eksploitasi, sampai kemudian melakukan produksi minyak dan gas di pengolahan sampai dengan ke hilir distribusi. “Itu dilihat sebagai suatu kekuatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bisa menjamin ketersediaan energi bagi masyarakat,” katanya.

“Kalau kita (Pertamina) kuat di dalam negeri, maka kemudian dapat dipandang mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan internasional dan juga kemungkinan besar mendapatkan blok-blok migas di luar. Tentunya dari segi cadangan maupun dari segi produksi bisa juga dibawa ke Indonesia dihitung sebagai candangan dan juga produksi di Indonesia,” katanya.

Wianda mengatakan pajak penghasilan pertamina cukup besar pada tahun 2013.

“Kita menyetorkan pajak ke pemerintah sebagai pajak penghasilan sekitar Rp 73 triliun. Dan tentunya angka-angka ini akan terus meningkat sesuai dengan nilai produksi yang mampu diproduksi oleh pertamina. Sementara dari segi dividen mempunyai porsi yang cukup besar, pada tahun 2014 Pertamina mengkontribusikan sekitar Rp 9 triliun dalam bentuk dividen kepada pemerintah.”

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home