Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 12:00 WIB | Minggu, 22 Januari 2017

Kristen di Jenewa Berdoa untuk Rekonsiliasi

Ilustrasi. Suasana persidangan di World Council of Churches atau Dewan Gereja Dunia di Swiss. (Foto: oikoumene.org)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Wakil dekan dan guru besar Teologi Sistematis di Universitas Jenewa, Hans Christoph Askani, mengatakan dalam tema “Week of Prayer for Christian Unity 2017” atau  Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani 2017, sesungguhnya mengundang umat Kristen untuk berdoa bagi perdamaian dan persatuan.

Seperti diberitakan oikoumene.org, hari Jumat (20/1), Askani mengatakan dengan berdasar kepada tema dari pekan doa tersebut yakni  “Rekonsiliasi, Kasih Kristus menyatukan kita” atau seperti terdapat dalam 2 Korintus 5:14-18, sesungguhnya umat Kristen diajak merenungi kekuatan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.

“Sebagai simbol rekonsiliasi tidak hanya antara Kristus dan diri sendiri, tetapi juga antara denominasi Kristen dan agama-agama dunia,” kata Askani.

Swiss memiliki tradisi menempatkan salib di bukit-bukit dan puncak gunung sebagai berkah. “Akhir-akhir ini, orang membongkar salib dan melihat salib  sebagai simbol takhayul, karena salib dianggap sebuah hal yang membahayakan untuk kelompok sekular dan melambangkan superioritas atas agama-agama lain,” kata Askani.

Dia juga mengajak banyak orang merenungkan arti sebenarnya dari salib. “Salib sebagai simbol kemenangan hidup atas kematian, yang dibuat oleh pengorbanan Yesus Kristus,” kata dia.

Rabu (18/1) merupakan hari pertama perayaan “Week of Prayer for Christian Unity 2017” atau  Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani 2017, layanan doa ekumenis berlangsung di gereja Sacré Coeur di Jenewa, Swiss yang dihadiri lebih dari 70 orang dari berbagai jemaat dan denominasi.

Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani dirayakan setiap tanggal 18-25 Januari di belahan bumi utara, atau selama Pentakosta di belahan bumi bagian selatan.

Pekan doa tersebut mengajak orang-orang Kristen di seluruh dunia untuk mendedikasikan waktu spiritual untuk merenungkan dan mendoakan kesatuan Kristen terlepas dari denominasi gereja atau identitas mereka.  

Layanan ekumenis di Jenewa dikoordinasi oleh sebuah asosiasi gereja yang bernama “Rassemblement des Eglises et Communautes Chretiennes de Geneve” (RECG), kemudian ada dari komunitas Kristen dari Jenewa, dan  perwakilan dari World Council of Churches (WCC) atau Dewan Gereja Dunia.

Presiden RECG, Marc Passera mencatat  bahwa Tuhan Yesus adalah yang menyatukan manusia. “Dia adalah sumber persatuan kita,” kata Passera.

Para peserta berdoa menggunakan bahan yang disiapkan tahun ini untuk Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani oleh gereja-gereja dari Jerman, dengan koordinasi WCC dan Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristen, yang telah bersama-sama menerbitkan sumber-sumber ilmiah dan terpercaya untuk digunakan secara nasional dan dengan kelompok kerja yang berbeda setiap tahun.

Pendeta dari gereja Old Catholic, Jean Lanoy mengajak jemaat yang berdoa untuk menyalakan lilin. “Penyalaan lilin benar-benar merupakan simbol dari manusia. Lilin menyoroti kegelapan, memberikan perasaan kehangatan, keamanan dan rasa memiliki. Ini melambangkan Kristus sebagai terang dunia. Biarkan terang Kristus memberikan rekonsiliasi untuk pikiran, perkataan dan tindakan kita,” kata Lanoy.

Layanan ekumenis yang diadakan di Jenewa  membawa harapan bahwa individu dan masyarakat dapat berlatih rekonsiliasi dalam ruang dan konteks yang berbeda-beda, dan menggabungkan upaya mereka untuk mewujudkan persatuan global. (oikoumene.org)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home