Loading...
HAM
Penulis: Bayu Probo 12:25 WIB | Jumat, 06 Juni 2014

Kristen, Muslim, Hindu Solider Korban Bom Gereja Bangladesh

Aksi protes pada 2012. Para peserta menuntut pemerintah menegakkan hukum pada pengeboman Gereja Katolik Baniarchar di Bangladesh, 3 Juni 2001. (Foto: ucanews.com)

DHAKA, SATUHARAPAN.COM – Tiga belas tahun setelah serangan bom di Gereja Katolik Baniarchar di Bangladesh yang menewaskan sepuluh orang dan melukai lebih dari 20 orang pada tahun 2001, orang-orang Kristen yang mewakili gereja-gereja anggota Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches/WCC) di Bangladesh, bersama dengan kalangan Muslim, Hindu, dan Buddha di Dhaka, menyatakan solidaritas dengan para korban serangan itu dan menuntut keadilan cepat bagi mereka.

Ekspresi solidaritas itu adalah puncak dari rapat umum yang diadakan pada Selasa (3/6) di Dhaka. Acara itu mengumpulkan sekitar 200 orang di antaranya adalah perwakilan dari Dewan Nasional Gereja-gereja di Bangladesh (NCCB).

Rapat umum tersebut diselenggarakan oleh Dewan Persatuan Umat Hindu Buddha Kristen Bangladesh.

Peserta aksi protes tersebut mengimbau kepada Pemerintah Bangladesh untuk menyelidiki serangan dan membawa para penyerang ke pengadilan, bersikeras bahwa “keadilan yang ditunda adalah keadilan yang ditolak”.

“Sebagai gereja, kami mengutuk setiap tindakan kekerasan seperti serangan terhadap gereja Baniarchar. Karena, insiden seperti ini dapat menempatkan nilai-nilai ko-eksistensi damai dan harmoni sosial orang Bangladesh ke dalam bahaya,” kata Pdt David A Das, Sekretaris Umum NCCB.

Dia menambahkan bahwa bahkan setelah bertahun-tahun, tidak ada kompensasi telah ditawarkan kepada keluarga korban. “Kami menyerukan kepada pemerintah dan pihak terkait untuk melihat jauh ke dalam masalah ini dan membawa para pelaku ke pengadilan,” tambah Das.

“Konstitusi Bangladesh menjamin kebebasan beragama. Namun, untuk menerapkan semangat konstitusi dan melindungi hak-hak minoritas agama, ancaman ekstremisme harus dibatasi,” katanya.

Sangat disayangkan bagaimana minoritas kecil seperti Kristen di Bangladesh diserang, kata Biplob Barua, pemimpin Buddha dan sekretaris NCCB.

“Kami ingin mengingatkan pemerintah bahwa mereka bertanggung jawab untuk melindungi seluruh masyarakat, sesuai dengan konstitusi kita yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dari semua orang terlepas dari asosiasi keagamaan mereka. Nilai-nilai ini merupakan bagian integral untuk kesejahteraan seluruh bangsa Bangladesh,” ia menambahkan.

Dr Kazol Debnath dari masyarakat Hindu dan anggota presidium NCCB, mengatakan bahwa “saat kita mengingat korban, kita harus mengingatkan perhatian pemerintah terhadap kelompok-kelompok teroris seperti orang-orang yang menyerang gereja pada 3 Juni 2001 tersebut. Kelompok-kelompok ini melakukan teror untuk memanipulasi tujuan politik,” katanya.

“Pemerintah harus menunjukkan lebih banyak dukungan dan menjamin perlindungan hak asasi manusia yang dijamin dalam konstitusi 1971 Bangladesh. Nilai-nilai dasar kami mempromosikan hak-hak semua warga negara tanpa memandang agama mereka, etnis, cor atau keyakinan,” kata Debnath.

WCC telah mendukung gereja-gereja anggotanya, serta organisasi berbasis agama dan masyarakat sipil di Bangladesh, dalam perjuangan mereka untuk melindungi hak asasi manusia, terutama dalam kaitannya dengan agama minoritas. Pada Maret, sebuah konferensi di Jenewa yang disponsori oleh program hak asasi manusia WCC, Komisi dari Gereja Urusan Internasional dan Minoritas Dewan Bangladesh membahas isu-isu yang berkaitan dengan hak asasi manusia di Bangladesh.

Bangladesh, sebuah negara mayoritas Muslim. Sekitar 10 persen dari lebih kurang 150 juta orang penduduk adalah non-Muslim. (oikoumene.org)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home