Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 22:02 WIB | Senin, 18 November 2019

Laporan Dibocorkan: Kerja Sama Ikhwanul Muslimin dan Pasukan Quds

Mayjend. Qasseem Soleimani, Komandan Garda Revolusi Irn, Pasukan Quds. (Foto: dari Al Ahram)

KAIRO, SATUHARAPAN.COM-Laporan dokumen yang dibocorkan menyebutkan bahwa wakil Ikhwanul Muslimin yang didaftar sebagai teroris oleh Mesir dan Pasukan Qud Iran hadir dalam pertemuan di Turki pada tahun 2104. Pertemuan itu menyebutkan bahwa Arab Saudi adalah musuh bersama Ikhwanul Muslimin dan Iran.

Menurut laporan Intercept yang dikutip media Mesir Al Ahram, hal penting yang dibicarakan dalam pertemuan itu adalah permusuhan terhadap Arab Saudi. Ada tiga wakil Ikhwanul Muslimin Mesir yang datang.

Laporan setebal 700 halaman dibocorkan dan dikirim secara anonim ke publikasi berita The Intercept, The New York Times pada hari Senin (18/11). Intercept menerjemahkan kabel "dari Persia ke Inggris dan membaginya pada NY, " kata laporan NYT. Laporan dikirim oleh oleh "seorang warga Irak anonim" melalui saluran terenkripsi.

NYT menulis bahwa sumber itu terlihat tidak senang dengan campur tangan Iran di Irak, namun menolak untuk bertemu langsung dengan wartawan. Sumber Irak anonim itu mengatakan "agar dunia tahu apa yang Iran lakukan di negara saya Irak," menurut NYT.

Dalam laporan itu, wakil Ikhwanul Muslimin adalah "tiga pemimpin Mesir yang paling menonjol di pengasingan, yaitu Ibrahim Munir Mustafa, Mahmoud El-Abiary, dan Youssef Moustafa Nada, menurut dokumen itu," seperti dilaporkan Intercept.

Namun sejauh ini Turki, yang dianggap sebagai lokasi yang aman untuk pertemuan itu, "menolak memberikan visa kepada Komandan Garda revolusi Iran, Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qassem Suleimani." Dia kemudian diwakili seorang yang disebut sebagai Abu Hussain.

Al Ahram menyebutkan bahwa Turki adalah salah satu dari sedikit negara yang memiliki hubungan baik dengan Iran dan Ikhwanul Muslimin. Dan disebutkan bahwa pemerintahan Donald Trump menunjuk Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris asing pada bulan April, dan Gedung Putih dilaporkan telah melobi untuk menambahkan Ikhwanul Muslimin ke dalam daftar organisasi teroris. Oleh Mesir, Ikhwanul Muslim ditetapkan sebagai organisasi teroris pada Desember 2013.

Laporan yang dibocorkan tentang pertemuan tahun 2014 di Turki itu berasal dari Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran, atau MOIS. "Ini mengungkapkan dinamika politik yang memisahkan organisasi Islam Sunni dan Syiah seperti Ikhwanul Muslimin dan Pasukan Quds," menurut laporan Intercept.

Krisis di Irak dan Mesir

Laporan itu mengatakan bahwa "KTT itu diselenggarakan pada saat yang kritis bagi Pasukan Quds dan Ikhwanul Muslimin, yang mungkin menjelaskan mengapa kedua pihak sepakat untuk berbicara." Pertemuan diadakan pada April 2014, ketika itu Negara Islam atau ISIS mengancam stabilitas pemerintahan Perdana Menteri Irak, Nouri Al-Maliki didukung Iran.

"Pada saat yang sama Ikhwanul Muslimin melemah di Mesir, dan mungkin memandang aliansi dengan Iran sebagai kesempatan untuk mendapatkan kembali kekuatan regionalnya," kata laporan Intercept.

"Yang tidak diketahui oleh kedua pihak adalah bahwa ada mata-mata di puncak," kata laporan itu. "Mata-mata" itu tidak hanya hadir, tetapi "bertindak sebagai koordinator pertemuan."

Menurut laporan Intercept, delegasi Ikhwanul Muslimin dalam pertemuan itu mengatakan bahwa "salah satu hal terpenting yang dibagikan kelompok itu, adalah kebencian terhadap Arab Saudi, musuh bersama Ikhwanul Muslimin dan Iran." "Tetapi Ikhwan juga mengakui bahwa ada keterbatasan untuk kerja sama regional dengan Pasukan Quds. Suriah, misalnya, adalah kekacauan yang rumit, sehingga Ikhwan hanya mengangkat tangannya," kata laporan itu.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home