Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 10:06 WIB | Selasa, 31 Agustus 2021

Lebanon: Krisis BBM Picu Bentrokan Sektarian

Warga Lebanon menunggu untuk mengisi tabung gas mereka di selatan kota Sidon di tengah krisis ekonomi yang semakin dalam, pada 10 Agustus 2021. (Foto: dok. AFP)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Perselisihan terkait pasokan bahan bakar yang langka memicu ketegangan sektarian antara desa tetangga Muslim Syiah dan Kristen di Lebanon selatan selama akhir pekan, memaksa tentara untuk campur tangan, kata sumber keamanan.

Bentrokan yang sebagian besar berpusat pada kelangkaan bensin dan solar di negara itu telah menjadi kejadian sehari-hari di Lebanon, memicu kekhawatiran yang berkembang ke dalam kekacauan setelah dua tahun krisis keuangan.

Sekitar enam orang terluka dalam perselisihan yang melibatkan desa Kristen Maghdouche dan Syiah Ankoun, kata sumber itu.

Insiden itu terjadi ketika seorang warga Maghdouche mengajukan keluhan kepada polisi setelah terluka dalam perselisihan tentang bahan bakar pada hari Jumat (27/8) dan polisi mengunjungi Ankoun untuk menyelidiki.

Penduduk desa memblokir jalan dan membakar pohon dan pasukan dikerahkan, kata sumber itu. Situasi tenang pada hari Senin (30/8).

Gerakan Syiah Amal, yang dipimpin oleh Ketua Parlemen, Nabih Berri, mengecam kekerasan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu, “tidak ada hubungannya dengan bentuk apa pun dengan apa yang terjadi di Maghdouche,” menyangkal tuduhan keterlibatan di media sosial.

Krisis keuangan, yang telah membuat mata uang Lebanon tenggelam lebih dari 90 persen dalam dua tahun dan memaksa lebih dari setengah penduduk jatuh miskin, memasuki fase baru bulan ini karena kekurangan bahan bakar membuat sebagian besar kendaraan di Lebanon berhenti.

Ulama Muslim Sunni paling senior di negara bagian itu, Mufti Agung Sheikh Abdul Latif Derian, mengatakan pada hari Jumat bahwa Lebanon sedang menuju keruntuhan total kecuali tindakan diambil untuk memperbaiki krisis tersebut.

Krisis keuangan telah terperparah oleh kelumpuhan politik, negara yang tidak memiliki pemerintahan sejak yang terakhir mengundurkan diri setelah ledakan pelabuhan Beirut tahun lalu.

Perdana Menteri yang ditunjuk, Najib Mikati, orang ketiga yang berusaha membentuk kabinet sejak yang terakhir mengundurkan diri, mengatakan pada hari Jumat ada rintangan besar yang memperumit proses tersebut. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home