Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Ignatius Dwiana 00:14 WIB | Selasa, 18 Juli 2017

Lebih dari 100 Ribu Anjing Dipotong Setiap Tahun di Bali

Anjing yang ditangkap di Bali (Foto: animalsaustralia.org)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Beberapa pekan lalu sebuah organisasi perlindungan hewan dari Australia, Animals Australia (AA) melaporkan bahwa lebih dari 100 ribu anjing habis dipotong untuk dikonsumsi setiap tahun di Bali dengan metode pemotongannya yang tidak manusiawi dan tidak sehat.

Laporan lembaga ini didasarkan pada penyelidikan mereka selama sebulan mengenai praktek penangkap anjing, rumah pemotongan hewan, dan pedagang makanan jalanan di Bali.

Tidak jauh dari tempat wisata yang ramai, penyidik AA menemukan sisi gelap dari Pulau Dewata dimana anjing-anjing diracuni, dipukuli dan dicekik untuk diambil dagingnya.

"Perdagangan daging anjing di Bali melanggar undang-undang kesehatan pangan dan kekejaman hewan," kata Lyn White dari AA di laporan video Reuters pada Senin (10/7), dalam cuplikan tentang anjing yang ditangkap dan dianiaya.

Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian rekaman tersebut, yang juga menunjukkan pedagang menjual daging bertuliskan RW yang merupakan singkatan dari daging anjing dalam Bahasa Indonesia.

Laporan itu juga menyebutkan turis-turis di Bali mungkin tidak sadar kalau sedang menyantap daging anjing.

Seorang turis Australia, Colin Carr, mengatakan, “Mereka (orang Australia) tidak akan datang jika mereka terus menerus mendengar cerita bahwa: orang-orang sedang makan daging anjing."

"Dan membeli daging anjing di jalan, ketika Anda berpikir Anda sedang makan ayam atau daging merah, sapi, ikan, ternyata Anda sedang makan anjing, tidak, tidak. Orang Australia tidak akan makan anjing. (Kami) tidak akan ke Bali, (orang Australia) tidak akan datang," kata dia.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika membantah tuduhan bahwa anjing dianiaya dan dagingnya dijual menjadi sate di warung kaki lima.

"Laporan di berita-berita dan di media sosial salah, saya sudah mengeceknya," kata Made Mangku Pastika kepada Reuters.

"Laporan yang mengatakan bahwa anjing di Bali dibunuh secara brutal dan dijual sebagai sate, ini tidak benar," kata dia.

Linda Buller, pendiri Pusat Adopsi dan Rehabilitasi Anjing Bali yang telah bekerja bertahun-tahun melawan perdagangan anjing ilegal di Bali merasa prihatin dengan maraknya pembantaian anjing ini.

"Kami mendengar pemerintah mengadakan rapat mengenai konsumsi daging anjing di minggu kedua bulan Juli dan ini adalah hal yang positif untuk dilakukan," kata Buller dalam sebuah wawancara dengan Reuters.

"Saya benar-benar yakin protes internasional akan berlanjut sampai pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan melarang konsumsi daging anjing," kata dia.

Buller mengatakan orang Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu tidak memiliki tradisi menyantap daging anjing. Praktik tersebut dibawa oleh para pendatang dari daerah lain di Indonesia.

Menurut dia perdagangan daging anjing semakin meningkat, oleh karena itu orang mulai mencuri anjing untuk dijual dagingnya sebagai penghasilan tambahan.

"Masalahnya adalah, tidak biasanya di Bali menyantap anjing. Umumnya menyantap anjing mungkin di Tiongkok, di Vietnam. Di Bali tidak ada kebiasaan," kata Buller.

"Itu meningkat sejak 10 tahun terakhir. Jadi saya rasa ini bukan hal yang sulit untuk benar-benar menghentikannya," kata dia. 

Linda Buller bersama kelompok perlindungan hewan berharap dapat berdiskusi dengan pemerintah Bali pada bulan ini untuk menghentikan perdagangan daging anjing. (globalnews.ca)

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home