Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:00 WIB | Rabu, 31 Agustus 2016

Lengkuas, Herbal Tradisional Pendukung Farmakologi

Laos (Alpinia galanga, L). (Foto: Mysticalmagicalherbs.com)

SATUHARAPAN.COM –  Lengkuas adalah salah satu bumbu dapur yang biasanya digunakan untuk menambah rasa sedap makanan. Harganya murah dan juga mudah didapatkan, membuatnya selalu tersedia di dapur.

Lengkuas banyak digunakan sebagai bumbu dapur di Asia Tenggara, antara lain di Indonesia, Malaysia, dan juga Thailand. Di Vietnam, lengkuas bahkan digunakan dalam hidangan lezat yang populer, yaitu hue. Di Thailand dan Laos, lengkuas digunakan dalam pembuatan tom yum. Di Indonesia, tempat asal tumbuhan ini, lengkuas sangat umum digunakan dalam hampir setiap masakan.

Sepintas, lengkuas menyerupai jahe, dan merupakan bagian dari jenis jahe-jahean. Biasanya lengkuas diolah dengan cara awal dimemarkan rimpangnya kemudian dimasukkan ke dalam bumbu masakan yang sudah tercampur dengan bahan lain. Rimpang yang memiliki rasa yang kuat dan tajam, dan bau seperti campuran lada dan pinus. Buah lengkuas merah digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok dan memiliki rasa yang mirip kapulaga.

Tim peneliti dari Fakultas Pertanian dan Hortikultura  Shimoga Kartanaka India,  telah meneliti lengkuas yang dikenal sebagai kulanjan dalam bahasa Hindi. Bahkan sebagian besar dokter India Selatan menggunakan lengkuas sebagai obat berbagai macam penyakit, di antaranya diabetes mellitus, juga obat untuk  antijamur, antitumor, antidiuretik, penyakit jantung, sakit rematik, dispepsia, demam, diabetes.  

Berdasarkan survei literatur yang dilakukan secara ekstensif, terbukti lengkuas memiliki banyak kandungan kimia sebagai pendukung farmakologi. India  yang memiliki keanekaragaman hayati, mendorong sebagian besar dokter India Selatan menggunakan sistem pengobatan tradisional yang disebut Ayurveda dan Siddha, berdampingan dengan sistem modern kedokteran untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satu di antaranya dengan meneliti lengkuas.

Lengkuas menurut Wikipedia adalah terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya ini bertipe batang semu. Daunnya tunggal, bertangkai pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul, dan tepinya rata. Pelepah daunnya, beralur, dan berwarna hijau.

Perbungaannya majemuk dalam tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah bunga di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida memanjang. Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan bawahnya berwarna hijau.

Buahnya termasuk buah buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda, dan cokelat, apabila sudah tua.

Umbinya berbau harum. Ada yang putih, juga ada yang merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil. Karena itu, dikenal 3 kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya.

Rimpang ini merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, berserat kasar, dan pedas jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya, panen dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5-4 bulan.

Lengkuas, laos atau kelawas (Karo) merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.  Tanaman lengkuas ada dua jenis, yaitu varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih dipakai untuk rempah, dan varitas berimpang umbi merah dengan nama ilmiah Alpinia purpurata, K Schum., digunakan sebagai obat.

Lengkuas untuk rempah memiliki nama ilmiah Alpinia galanga (L.). Di daerah penyebarannya, lengkuas punya berbagai nama, seperti langkueneh (Aceh), kalawas ( karo), lengkueus (gayo), halawas (Batak), lawas (lampung), laja (Sunda), laos (Jawa), Isem (Bali), likui (Gorontalo), lawase (Seram), kourola (Saparua), galiasa (Ternate), logoase (Buru), grote galanga (Belanda), galanga de inde (Prancis), greater galangal (Inggris), rieng am (Vietnam), kha (Thailand), hong dou kou (Tiongkok)

Selain digunakan sebagai bumbu masakan, lengkuas telah digunakan di Asia dan Timur Tengah sebagai bahan parfum, aphrodisiacs, dan sebagai rasa untuk bumbu (termasuk cuka dan bir), dalam teh di Jerman dan anggur di Rusia.

Manfaat Herbal Lengkuas

Menurut Departemen Farmakologi, dan Kedokteran, Universitas Nasiriyah Irak,   lengkuas  banyak mengandung  flavonoid dan berbagai minyak atsiri. Lengkuas digunakan secara tradisional untuk pengobatan eksim, bronkitis, coryza, morbili, pityriasis versicolor, otitis interna, gastritis, ulkus, kolera, kekurusan dan membersihkan mulut, merangsang daya pencernaan, nafsu makan dan sebagai obat pencahar.

Selain itu lengkuas juga banya  memiliki  efek farmakologis termasuk antibakteri, antijamur, antivirus, antiprotozoal, imunomodulator, efek antioksidan, antidiabetes, antiplatelet, hipolipidemik dan banyak efek farmakologi lainnya.

Lengkuas memiliki kegiatan antiinflamasi dan antioksidan. Para peneliti telah mengusulkan manfaat lengkuas dalam kondisi inflamasi tertentu. Pada ekstrak lengkuas ditemukan mengandung diarylheptanoids dan galangin, dan itu mampu menghambat oksida nitrat (NO) produksi lipopolisakarida (LPS).

Penelitian di Inggris membuktikan bahwa ekstrak lengkuas dapat menghambat aktivitas kanker, seperti dikutip dari zhion.com . Lengkuas mengandung flavonoid-galangin, dan terbukti memiliki anti-oksidatif dan kegiatan radikal bebas. Ini memodulasi enzim kegiatan dan menekan genotoxicity bahan kimia.

Penelitian yang menganalisa ekstrak dan perasan lengkuas terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, dilakukan oleh tim Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan  Universitas Jember. Hasil penelitian itu, seperti yang dikutip situs unej.ac.id, menunjukan bahwa ekstrak n-Heksana rimpang lengkuas memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.  

Penelitian lain dilakukan tim Yayasan Peneliti Medis Thadani Marg Mumbai Maharashtra, India,  yang mengevaluasi aktivitas lengkuas melawan Mycobacterium tuberculosis.  Terapi kombinasi obat konvesnsiaonal tanaman dapat berfungsi untuk memperluas spektrum antimikroba, mencegah munculnya mutan resisten obat dan meminimalkan toksisitas.

Lengkuas digunakan dalam berbagai obat tradisional, memiliki spektrum antibakteri yang luas. Hasilnya menunjukan lengkuas  memiliki aktivitas anti-Mycobacterium tuberculosis dengan beberapa mode tindakan. Karena aktivitas ekstrak diamati di bawah mengurangi konsentrasi oksigen, mungkin efektif dalam mengobati bakteri aktif dan non-mereplikasi TB laten. Meskipun demikian, hipotesis perlu pengujian lebih lanjut. Lengkuas menjadi komponen makanan biasa, dapat digunakan dalam kombinasi dengan terapi TB konvensional untuk keberhasilan ditingkatkan.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home