Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 23:01 WIB | Selasa, 24 Desember 2019

Libur Natal Yang Suram di Lebanon

Pohon Natal dan hiasan dengan pesan-pesan reformasi untuk Lebanon yang dilanda krisis ekonomi dan politik. (Foto: Ist)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Toko pakaian Rafi Tabakian di pinggiran kota Beirut biasanya ramai dengan pelanggan selama musim liburan, tetapi dengan ekonomi Lebanon yang hancur, jumlah pembelinya berkurang.

"Kami sudah menjalankan bisnis selama 30 tahun, dan saya belum pernah melihat yang seperti ini," katanya, seraya menambahkan bahwa penjualan telah turun 80% pada bulan Desember meskipun dia telah menurunkan harganya.

“Sekarang kami melihat pelanggan masuk, menanyakan harganya, dan kemudian pergi. Menakutkan,” kata Tabakian, yang memproduksi dan menjual pakaian di kawasan komersial Burj Hammoud di ibukota, kepada Reuters.

Lebanon menderita krisis ekonomi yang paling buruk. Akar masalah pada decade penuh korupsi dan pemborosan negara, sejak perang saudara pada kurun 1975-1990. Hal itu membuat jalanan lebih suram dan pusat-pusat perbelanjaan kosong, dengan banyak toko dan restoran kosong dari pelanggan.

Kesengsaraan ekonomi telah memicu protes besar terhadap elite yang berkuasa, bank memberlakukan kontrol modal, tekanan telah menumpuk pada nilai tukar pound Lebanon yang dipatok, dan krisis mata uang telah mendorong importir menaikkan harga.

Pemesanan untuk penerbangan, acara dan hotel telah terpuruk selama apa yang biasanya di bulan Desember merupakan musim komersial yang sibuk untuk Lebanon, yang memiliki proporsi terbesar orang Kristen di dunia Arab.

Banyak dari diaspora besar Lebanon biasanya kembali ke jalan-jalan yang penuh dengan mobil dan dihiasi dengan lampu. Tetapi Pierre Ashkar, kepala asosiasi hotel Libanon, mengatakan pemesanan bulan Desember merosot dari tingkat hunian 65-75% menjadi 7-15% tahun ini.

"Hotel-hotel telah menutup beberapa bagian bangunan mereka, memberikan cuti yang tidak dibayar kepada karyawan dan menghapus layanan seperti transportasi antar-jemput gratis ke bandara untuk meminimalkan kerugian."

Beberapa dewan lokal telah memilih untuk menggunakan kembali dekorasi lama atau melakukannya tanpa dekorasi. "Kami memasang dekorasi tahun lalu, tanpa menambahkan apa-apa karena ini adalah keadaan luar biasa," kata Raymond Atieh, kepala kota Jdeideh, utara Beirut.

"Liburan akan datang, tetapi dia datang dengan darurat. Orang-orang marah ... Orang-orang dipecat, dibayar setengah gaji, atau tidak bekerja," tambah Atieh.

Charbel Daccache, seorang imam di kota Adma yang sebagian besar beragama Kristen di Gunung Lebanon, mengatakan lebih baik membantu memberi makan orang miskin di masa-masa sulit "daripada menghias dan membuang kemilau".

“Beberapa hari sangat keras, yang lain lebih baik tetapi itu bukan akhir. Itulah mengapa saya mengatakan kepada orang-orang, biarlah saat yang menyenangkan tetap terjadi."

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home