Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 13:34 WIB | Selasa, 03 September 2019

Mahasiswa UKDW, UKSW, dan CJCU Taiwan Belajar Arsitektur Nusantara

Mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dan Chang Jung Christian University (CJCU) Taiwan, peserta program Global Education Experiences (GlobEEs) 2019, 15 – 27 Agustus, bergambar bersama Rektor UKDW Ir Henry Feriadi MSc PhD. (Foto: ukdw.ac.id)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Sebanyak 17 mahasiswa dari Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dan Chang Jung Christian University (CJCU) Taiwan, mengikuti program bertajuk Global Education Experiences (GlobEEs) 2019. Kegiatan yang berlangsung 15 – 27 Agustus itu digelar untuk memberikan pengalaman internasional bagi para mahasiswa.

Arida Susyetina SS MA, Kepala Biro Kerja Sama dan Relasi Publik (Biro 4) UKDW Yogyakarta, menjelaskan program GlobEEs 2019 difokuskan pada upaya untuk meningkatkan intercultural competences melalui interaksi antara mahasiswa yang berasal dari berbagai latar belakang akademik, agama, budaya, dan bangsa. Peserta juga berkesempatan untuk membagikan tidak hanya pengalaman tetapi juga kearifan lokal, dan bersama-sama melayani masyarakat dalam kegiatan community service.

“Program ini pertama kali digelar pada tahun 2013, dan UKDW bergabung pada tahun 2018 di CJCU Taiwan. Tema yang diambil tahun ini adalah ‘A Taste of Indonesia’. Peserta diajak untuk mengikuti lectures dengan tema budaya, musik, pendidikan, dan arsitektur di Indonesia. Selain itu mereka juga belajar membatik, memainkan gamelan, mengunjungi pasar tradisional, memasak makanan tradisional, dan mengunjungi sejumlah lokasi wisata budaya termasuk Candi Borobudur dan Prambanan,” ia menjelaskan seperti dilansir ukdw.ac.id.

Di UKDW, peserta GlobEES 2019 diajak belajar mengenai “Nusantara Architecture” yang disampaikan oleh Dr Ing Gregorius S Wuryanto MArch, dosen Perancangan Arsitektur UKDW Yogyakarta. Gregorius Wuryanto menjelaskan setiap daerah di Indonesia memiliki arsitektur yang khas melalui penggabungan seni, tradisi, budaya, dan adat istiadat setempat sehingga menghasilkan gaya arsitektur yang mewakili identitas daerah tersebut.

“Kekhasan bentuk rumah adat masing-masing daerah mencerminkan hubungan erat antara manusia dan lingkungannya. Rumah adat di Indonesia menunjukkan bagaimana cara penduduk setempat memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar mereka. Tipikal perkampungan di Indonesia pada dasarnya menggambarkan respons terhadap kondisi alam, tatanan sosial, dan kosmologi masyarakat yang mendiaminya,” ia menjelaskan. 

Ia mencontohkan Kampung Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung itu dihuni masyarakat yang memegang teguh adat istiadat nenek moyang. Tata letak dan arsitektur rumahnya unik.

“Bentuknya harus rumah panggung, berbahan dasar bambu dan kayu, atapnya menggunakan alang-alang, ijuk, atau daun nipah. Rumah harus menghadap ke arah utara atau selatan dengan memanjang ke arah barat-timur,” ia menambahkan.

Rektor UKDW Ir Henry Feriadi MSc PhD, yang turut serta menyambut peserta kegiatan, mengatakan melalui program itu peserta diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dalam mempelajari budaya-budaya di Indonesia dan Taiwan sehingga mendapat perspektif yang baru dalam memandang keberagaman.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home