Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 12:47 WIB | Jumat, 26 Agustus 2016

Mahathir: Kalau Johor Merdeka, Malaysia Runtuh

Johor bantah ingin merdeka dari Malaysia. Penyebutan Bangsa Johor, bukan dimaksudkan untuk memisahkan diri dari Malaysia namun menyatukan berbagai suku bangsa di Johor.
Sultan Johor, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar (Foto: The Star/Asia News Network, Reuters)

KUALA LUMPUR, SATUHARAPAN.COM - Sebuah komentar yang disampaikan oleh Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, telah memicu wacana tentang kemungkinan negara bagian Johor memisahkan diri atau merdeka dari negara federasi Malaysia. Komentar tersebut kemudian dibantah bahkan menuai kritik bertubi-tubi.

Kontroversi bermula pada awal pekan ini, ketika dalam sebuah sesi tanya jawab Mahathir Mohamad mengeritik gagasan Putra Mahkota Kesultanan Johor terkait pnggunaan istilah Bangsa Johor.

Mahathir mengatakan mempromosikan afinitas untuk masing-masing negara (bagian) akan memecah Malaysia. Ia menambahkan, gagasan tersebut dapat mendorong perasaan "tidak sehat" dan superioritas oleh penduduk satu negara di atas yang lain.

"Hal ini cenderung memecah persatuan federasi. Sesungguhnya, kita justru harus mempromosikan ide Malaysia ketimbang rakyat dari masing-masing negara yang berbeda, " kata dia dalam sesi tanya-jawab dalam sebuah forum yang membicarakan hubungan antara pemerintah federal dan negara.

"Menekankan kewarganegaraan negara (bagian) bukanlah hal yang sehat. Saya tidak ingin melihat kita melewati batas itu karena kita semua sama. Tidak ada yang lebih unggul dari yang lain. Kita semua rakyat Malaysia, "kata Dr Mahathir yang ketika berkuasa memperkenalkan  kebijakan "Bangsa Malaysia."

Dia menambahkan bahwa kemakuran dan pembangunan yang dialami Johor dewasa ini adalah juga karena posisinya di Federasi Malaysia.

Pernyataannya itu kemudian memicu pertanyaan, apakah Johor kemungkinan akan memisahkan diri dari Malaysia. Menjawab hal itu, Mahathir mengatakan langkah semacam itu akan merugikan baik Malaysia maupun Johor sendiri.

Dia menjelaskan bahwa Malaysia hanya mampu mencapai kondisi saat ini melalui persatuan dan suatu sistem pendukung bersama yang telah ada sejak kemerdekaan.

"Ya, adalah hak mereka untuk mempromosikan gagasan (Bangsa Johor). Tetapi bagi saya, jika ia (Johor) mencoba untuk memisahkan (diri), maka federasi akan runtuh. Hanya dalam kesatuan maka kita bisa makmur, "kata dia.

Menurut themalaymailonline.com, Putra Mahkota Johor, Tunku Ismail Idris, pada beberapa kesempatan menyatakan bahwa negara bagian itu berhak untuk meninggalkan Malaysia jika tidak senang dengan pemerintah federal. Komentar bernada seperti itu terakhir kali ia sampaikan pada bulan Juni lalu.

Dia  menantang para pengeritiknya, untuk menjajaki pengusiran negaranya dari Malaysia jika mereka tidak senang dengan caranya mengatur negaranya.

Kesultanan Johor juga mendukung gagasan penyebutan 'Bangsa Johor.'

Mahathir Dikritik

Pernyataan Mahathir telah mendatangkan kritik bertubi-tubi dari berbagai pihak. Sultan Johor, Sultan Ibrahim Sultan Iskandar, mengatakan kakeknya, Sultan Ibrahim yang pada tahun 1920 menyerukan penyebutan Bangsa Johor untuk menyatukan berbagai ras di Johor di bawah satu bendera kerjasama yang lebih besar, harmonis dan damai. Dengan demikian, tidak ada individu yang dipinggirkan. Dan dia, kata Sultan, terbukti telah benar.

"My great-grandfather, Sultan Sir Ibrahim, in 1920 made the clarion call (for) Bangsa Johor to unite the various races in Johor under one flag for greater cooperation, harmony and peaceful existence. No race or individual was marginalised. He has been proven correct.

"Konsep Bangsa Johor telah diusulkan sebelum Tun Mahathir lagir. Jadi dia tidak mengerti apa yang dia bicarakan," kata Sultan sebagaimana dikutip dari The Straits Times.

Ketua Mahkamah Agung Johor, Datuk Abdul Rahim Ramli menjelaskan hal yang sama.

Ia mengatakan konsep Bangsa Johor telah diperkenalkan sejak masa pemerintahan almarhum Sultan Ibrahim pada tahun 1920, dan dipraktikkan hingga saat ini.

"Banyak orang tidak mengerti arti dari istilah 'Bangsa Johor'. Karena ketidaktahuan ini, berbagai pihak telah menyatakan mengapa Johor perlu begitu istimewa untuk menyebut rakyatnya  sebagai 'Bangsa Johor' ketika mereka harus disebut Malaysia," kata Ramli.

"Sebenarnya, ini bukan konsep modern, tetapi diciptakan oleh almarhum Sultan Ibrahim pada tahun 1920. Konsep dan institusi ini digunakan sebagai simbol untuk memperkuat persatuan di Johor, dan tidak dimaksudkan untuk menciptakan sebuah negara baru atau menciptakan perselisihan di antara Malaysia," kata dia.

Dia mengatakan semua pihak harus belajar dan memahami sejarah Kesultanan Johor sebelum mengeluarkan pernyataan mengenai 'Bangsa Johor'.

Ramli menambahkan jika ada pihak yang berpandangan bahwa Johor bermaksud untuk membangun bangsa sendiri atau berusaha untuk memisahkan diri dari Malaysia, jelas, pihak-pihak itu salah informasi.

Dia mengatakan tidak perlu orang bingung dan berpikir bahwa istilah 'Bangsa Johor' dimaksudkan untuk menunjukkan bangsa Johor lebih tinggi dari rakyat Malaysia.

Dia mengatakan Kesultanan Johor sejak semula ingin membuat makmur Johor, yang dikembangkan oleh semua ras yang berada di negara bagian itu.

"Almarhum Sultan Abu Bakar juga mengundang berbagai warga asing, termasuk dari Tiongkok, India, Jawa untuk datang dan menetap di Johor, dan kemudian menciptakan istilah 'Muafakat Itu Berkat' sehingga orang-orang akan tetap bersatu."

"Sultan Ibrahim kemudian menciptakan istilah 'Johor Mesti Jadi Johor' karena dia tidak ingin orang-orang terpecah. Lalu dia menciptakan 'Bangsa Johor' pada tahun tahun 1920 sehingga keharmonisan dan kemajuan dapat dicapai secara terus-menerus," katanya.

Menteri Besar Johor, Datuk Seri Khalid Nordin, juga menekankan hal serupa. Ia mengatakan bahwa penggunaan istilah Bangsa Johor tidak dimaksudkan untuk memberikan rasa yang memisahkan diri dari Federasi Malaysia.

Dia mengatakan Johor adalah salah satu negara yang membantu membentuk federasi, dan itu akan terus menegakkan hubungan dekat dengan pemerintah federal.

"Hubungan antara pemerintah negara bagian dan pemerintah federal harus ditafsirkan sesuai dengan semangat negara federal dan tidak boleh sebagai negara 'kesatuan'."

"Terimalah kebangkitan nasionalisme Johor dan 'Bangsa Johor' sebagai bagian dari keragaman di Malaysia. masyarakat multi-ras ini lah  yang membuat Malaysia kuat dan istimewa,"kata dia dalam sebuah pernyataan, sebagaimana disiarkan oleh thestar.com.my.

Sementara itu, anggota Dewan Tertinggi UMNO, Datuk Seri Ahmad Shabery Cheek mengatakan penggunaan istilah Bangsa Johor di negara bagian itu tidak berarti mereka ingin menjadi bangsa yang merdeka.  Istilah itu dipakai untuk mengangkat semangat warga Johor memajukan negara.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home