Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:13 WIB | Selasa, 01 November 2016

Mahkota Dewa, Buah Simalakama Si Raja Obat

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). (Foto: okutimurkab.go.id)

SATUHARAPAN.COM - Buah mahkota dewa sering juga disebut buah simalakama. Sebagaimana kita ketahui, kata “simalakama” selalu identik dengan dua pilihan berisiko yang sama buruknya. Nama ini melekat pada buah mahkota dewa bukan tanpa alasan. Mahkota dewa memang dikenal beracun, tetapi juga menyembuhkan. Meski dalam konteks pengobatan, kadang menimbulkan reaksi seperti pusing dan mual.

Beragam manfaat buah mahkota dewa memang telah banyak dirasakan masyarakat. Meski berlabel “simalakama” yang penuh risiko, mahkota dewa tetap juara obat herbal. Orang Banten menjuluki raja obat.

Tetapi, tak hanya sebagai tanaman obat, pemanfaatan awal tanaman mahkota dewa justru hanya sebagai tanaman hias. Bunga tanaman mahkota memang menarik dengan bentuk terompet kecil berwarna putih dan memiliki bebauan harum yang khas.

Mahkota dewa saat ini digemari sebagai tanaman obat herbal yang dikenal ampuh menghalau berbagai penyakit. Bagian tanaman mahkota dewa yang biasa dipakai sebagai bahan obat adalah batang, daun, dan juga buah. Khusus untuk bagian buah, jangan pernah mengkonsumsi bagian biji sebab memiliki kandungan racun yang tinggi.

Tim peneliti dari Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, seperti dikutip dari ugm.ac.id, meneliti tanaman khas Papua itu sebagai alternatif pengobatan. Sebab, mahkota dewa memiliki kandungan flavonoid yang diketahui sebagai antioksidan dengan efektivitas tinggi, sehingga mampu menetralkan efek nefrotoksisitas cisplatin atau kerusakan ginjal pada kemoterapi kanker serviks.

Walaupun ampuh sebagai obat kanker, cisplatin memiliki efek samping serius berupa nefrotoksisitas atau kerusakan ginjal. Melalui uji coba yang mereka lakukan terhadap sel ginjal normal dan sel Hela sebagai pemodelan sel kanker serviks, diperoleh kombinasi cisplatin, dan ekstrak mahkota dewa mampu meningkatkan viabilitas atau jumlah sel hidup, serta dapat menjadi alternatif bagi pengobatan kanker serviks. Karena ekstrak mahkota dewa berpotensi sebagai agen nefroprotektor atau pelindung ginjal.

Dra Vivi Lisdawati Msi Apt, peneliti LIPI dan Direktur Pengkajian Penyakit Infeksi dan Penyakit Menular Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso Jakarta, yang juga meneliti buah mahkota dewa, melakukan rangkaian penelitian farmakologi terhadap ekstrak kulit biji dan daging buah tanaman mahkota dewa yang mencakup penelitian uji toksisitas (kadar racun dalam tanaman), uji antikanker (terhadap sel leukemia L1210 secara in vitro), dan uji aktivitas antioksidan.

Terbukti buah mahkota dewa berkhasiat potensial antikanker. Hasil penelitian menunjukkan bioaktivitas ekstrak buah mahkota dewa dengan metode BSLT (Brine Shrimp Letahality Test) merupakan salah satu metode untuk skrining terhadap senyawa sitotoksik, dilanjutkan dengan uji penapisan antikanker in vitro terhadap sel leukemia 1210, yang menunjukkan toksisitas sangat tinggi dan potensial sebagai antikanker.

Deskripsi Tanaman Mahkota Dewa

Tanaman mahkota dewa, mengutip perkebunan.litbang.pertanian.go.id, dikenal sebagai salah satu tanaman obat asli Indonesia yang berasal dari Papua. Ukuran tanaman tidak terlalu besar dengan tinggi bisa mencapai 4 meter.

Mahkota dewa merupakan tanaman tahunan dan banyak dibudidayakan masyarakat sebagai tanaman peneduh atau sebagai tanaman hias di pekarangan. Struktur batang mahkota dewa bergetah terdiri atas kulit batang yang berwarna cokelat kehijauan dan batang kayu yang berwarna putih. Daun mahkota dewa berbentuk lonjong/memanjang, langsing, ujungnya berbentuk runcing dengan tepi daun rata dan permukaan daun licin tidak berbulu.

Bunga mahkota dewa berwarna putih dan berbau harum berukuran kecil menyerupai bunga cengkih. Buah tumbuh sepanjang batang utama hingga ke ranting-ranting tanaman, berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi. Buah berbentuk bulat berdiameter 3-5cm dengan permukaan licin dan beralur terdiri atas kulit, daging, cangkang, dan biji.

Kulit buah muda berwarna hijau, sedangkan yang sudah tua berwarna merah mengkilap. Daging buah berwarna putih, berserat, dan berair. Cangkang buah merupakan kulit dari biji dan terasa keras. Biji berbentuk bulat lonjong berdiameter sekitar 1cm dan berwarna cokelat, bagian dalam berwarna putih.

Pohon mahkota dewa, menurut Wikipedia memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa. Bagian buahnya biasa disebut simplisia phaleriae fructus. Mahkota dewa memiliki nama lokal, seperti makutadewa, makuto dewo, makuto ratu, atau makuto rojo ( Jawa),  crown of God, boh anggota dewan, simalakama (Melayu). Orang Banten menjulukinya raja obat.

Menurut buku Flora of Java terbitan NVP Noordhoff, Groningen, Belanda.hoff, Groningen, Belanda, mahkota dewa berasal dari Papua Nugini. Para ahli botani menamakannya Phaleria macrocarpa, merujuk pada ukuran buahnya yang besar (macro=besar). Dalam perkembangan selanjutnya, anggota famili Thymelaeaceae ini banyak dibudidayakan di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Manfaat  Herbal Buah Mahkota dewa

Mahkota dewa sudah lama digunakan oleh para bangsawan Jawa sebagai obat tradisional. Di Jawa Tengah, tanaman ini dahulu hanya bisa dijumpai di lingkungan Keraton Jogja dan Solo.

Mahkota dewa, seperti dikutip dari ccrc.farmasi.ugm.ac.id, dipercaya dapat mencegah dan membantu proses penyembuhan berbagai macam penyakit, antara lain tekanan darah tinggi, meningkatkan vitalitas bagi penderita kanker (zat damnacanthal: menghambat pertumbuhan sel kanker), diabetes, asam urat, lever alergi, ginjal, jantung. Termasuk juga berbagai macam penyakit kulit, mengatasi ketergantungan obat, rematik, meningkatkan stamina, dan memberikan ketahanan terhadap influenza.

Buah mahkota dewa mengandung beberapa zat aktif seperti, alkaloid, bersifat detoksifikasi yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh. Juga mengandung saponin, yang bermanfaat sebagai sumber anti bakteri dan anti virus, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan vitalitas, mengurangi kadar gula dalam darah, mengurangi penggumpalan darah.  

Kandungan lainnya, flavonoid, melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kandungan kolesterol, serta mengurangi penumbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Di samping itu, juga mengandung antiinflamasi (antiradang), berfungsi sebagai anti-oksidan, membantu mengurangi rasa sakit jika terjadi pendarahan atau pembengkakan.

Kandungan polifenolnya berfungsi sebagai anti histamin (antialergi).

Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado, melakukan penelitian uji efek analgesik dari ekstrak daun mahkota dewa pada mencit, dan menyimpulkan bahwa ekstrak daunnya memiliki efek analgesik terhadap mencit.

Penelitian terhadap mahkota dewa yang dilakukan oleh Dra Lucie Widowati, Msi Apt, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat Tradisional (B2P2TO2T) Tawangmangu, menyimpulkan bahwa hasil uji toksisitas buah mahkota dewa termasuk kategori toksik, sehingga dapat bersifat sitotoksik untuk sel kanker. 

Penelitian preklinik menyimpulkan bahwa dengan data toksisitas akut oral, buah mahkota dewa masih aman digunakan,  namun biji buah mahkota  dewa  tidak disarankan untuk penggunaan oral karena toksik. Buah mahkota dewa terbukti mempunyai khasiat hepatoprotektor, bersifat antioksidan, menurunkan kadar gula darah, antihiperuresemia dan antihistamin pada hewan coba.

Tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, seperti dikutip dari journal.unair.ac.id, telah meneliti efek sitotoksik in vitro dari ekstrak buah mahkota dewa, efek sitotoksik terhadap kultur sel kanker mieloma, dan menyimpulkan ekstrak buah mahkota dewa dapat menurunkan viabilitas sel mieloma menjadi 75,25 persen pada konsentrasi 5 mg/ml. Dengan demikian dapat dikatakan buah mahkota dewa mempunyai efek sitotoksisitas terhadap kultur sel mieloma.

Tim peneliti Jurusan Ilmu Bedah Umum Univeristas Gunma Maebashi, Gunma, Jepang, seperti dikutip dari afaried@med.gunma-u.ac.jp, mengisolasi asam galat antioksidan (GA) dari mahkota dewa. Hasil identifikasi berdasarkan analisis spektroskopi dan perbandingan dengan senyawa otentik, menunjukkan mahkota dewa merupakan senyawa antikanker yang potensial. Namun, secara mendalam studi vivo diperlukan untuk menjelaskan mekanisme yang tepat.

Penelitian lain mengenai mahkota dewa dilakukan Dr Regina Sumastuti, ahli Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta. Ia membuktikan buah mahkota dewa mengandung zat antihistamin. Zat ini merupakan penangkal alergi, misalnya aneka penyakit alergi yang disebabkan histamin, seperti biduren, gatal-gatal, selesma, dan sesak napas.

Sri Sugiwati, Siswati Setiasih, dan Efi Afifah dari Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia, dan Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Puspiptek Serpong, Tangerang, serta Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, meneliti kegiatan antihiperglikemik dari ekstrak daun mahkota dewa.  

Penelitian dilakukan dalam tiga langkah: fraksinasi dan ekstraksi sampel dengan metanol, etil asetat, n-butanol, dan air, diikuti oleh skrining fitokimia dan uji penghambatan alpha-glucosidase. Hasil skrining fitokimia menunjukkan mahkota dewa mengandung  fenolat, thanin, flavonoid, alkaloid, dan karbohidrat. Hasil uji penghambatan alpha-glucosidase menunjukkan bahwa ekstrak fraksi etil asetat memiliki aktivitas inhibisi tertinggi dengan persentase penghambatan.

Kemampuan dimiliki oleh alkaloid dan flavonoid. Alkaloid terbukti mempunyai kemampuan regenerasi sel pankreas yang rusak. Flavonoid mempunyai sifat sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas. Mekanisme ekstra pankreatik dapat berlangsung melalui berbagai mekanisme. Alkaloid menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat absorbsi glukosa di usus, meningkatkan transportrasi glukosa di dalam darah merangsang sintesis glikogen dan menghambat sintesis glukosa.  

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home