Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 21:28 WIB | Selasa, 24 Desember 2019

Malam Natal 2019 di Betlehem

Para peziarah berdoa di dalam Gereja Nativity (Kelahiran) di Betlehem pada malam Natal. (Foto: Reuters)

BETLEHEM, SATUHARAPAN.COM-Warga Palestina dan orang asing mulai berkumpul di 'kota kecil' di Tepi Barat yang diduduki, Betlehem, dalam perayaan Malam Natal yang berlangsung di dalam dan sekitar Gereja Nativity.

Para peziarah dari seluruh dunia berkumpul pada hari Selasa (24/12) di kota alkitabiah Bethlehem, yang dihormati oleh orang-orang Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus, untuk merayakan Natal di Tanah Suci.

Lqporan AFP menyebutkan warga Palestina dan orang asing mulai berkumpul di "kota kecil" di Tepi Barat yang diduduki Israel sejak pagi. Para peziarah mengantri untuk mengunjungi gua di dalam gereja, yang diyakini sebagai tempat yang tepat di mana Yesus dilahirkan. Ola, seorang pengunjung dari Nigeria, mengatakan itu adalah "hari istimewa."

Di luar gereja, di bawah sinar matahari musim dingin, ratusan orang menyaksikan para pengawas Palestina berpawai dengan suara drum. "Saya merasa sangat emosional berada di sini hari ini, luar biasa," kata Germana, seorang Italia yang bepergian bersama suami dan dua anaknya.

Uskup Agung Pierbattista Pizzaballa, administrator Gereja Apostolik Patriarkh Latin Yerusalem dan pejabat Katolik Roma paling senior di Timur Tengah, melakukan perjalanan dari Yerusalem ke Betlehem pada Selasa pagi.

Dia akan memimpin misa tengah malam di Gereja Nativity, dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas diharapkan hadir pada acara itu.

Betlehem berlokasi dekat dengan Yerusalem, tetapi terputus dari kota suci oleh tembok pemisah Israel.

Gereja pertama dibangun di situs itu pada abad keempat, meskipun diganti setelah kebakaran pada abad keenam. Sementara perayaan tahun ini didukung oleh kembalinya sebuah fragmen kayu yang diyakini berasal dari palungan Yesus.

Benda itu dikirim sebagai hadiah kepada Paus Theodore I pada tahun 640. Karya itu telah berada di Eropa selama lebih dari 1.300 tahun sebelum dikembalikan bulan lalu, kata Francesco Patton, kepala penjaga untuk Tanah Suci.

"Kami memuliakan relik itu karena (hal itu) mengingatkan kita akan misteri inkarnasi. Pada kenyataan bahwa putra Allah lahir dari Maria di Betlehem lebih dari 2.000 tahun yang lalu," kata Patton kepada AFP.

Di halaman gereja, menteri pariwisata Palestina, Rula Maaya, mengatakan kepada AFP bahwa ini adalah tahun yang baik, dengan 3,5 juta wisatawan mengunjungi kota itu. Tetapi lebih sedikit orang Kristen dari Jalur Gaza yang hadir daripada tahun-tahun sebelumnya, karena Israel memberikan izin hanya sekitar 200 dari sekitar 900 orang yang mendaftar, kata Wadie Abunassar, seorang penasihat pemimpin gereja di Tanah Suci.

Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Gaza dipisahkan oleh wilayah Israel dan untuk melintasi wilayah di antara kedua daerah itu membutuhkan izin yang sulit didapat.

Abunassar mengatakan Natal tetap menjadi waktu untuk harapan. "Tanah Suci bukan hanya tempat kelahiran dan penyaliban (Yesus), tetapi juga tempat kebangkitan," katanya kepada AFP.

"Terlepas dari semua tantangan, kesulitan, rasa sakit, dan masalah yang kita hadapi, kita tetap berharap pada Tuhan dan manusia," katanya.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home