Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben Ezer Siadari 11:39 WIB | Senin, 01 Juni 2015

Maraknya Peredaran Mutiara Sintetis Merusak Pasar

Pembudidayaan mutiara di Kelurahan Malaka, Desa Teluk Nara, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

MATARAM, SATUHARAPAN.COM - Perajin mutiara, emas, dan perak di Nusa Tenggara Barat mengkhawatirkan maraknya peredaran mutiara sintetis dalam bentuk aksesori dari Tiongkok, karena bisa merusak pasar komoditas tersebut.

"Mutiara sintetis dari Tiongkok tersebut dikirim ke Jakarta dan Surabaya, kemudian distributor kembali menjualnya ke Lombok dalam bentuk aksesori," kata Ketua Forum Komunikasi Perajin Mutiara Emas dan Perak (FKP-MEP) Kota Mataram H Fauzi di Mataram, Senin.

Menurut dia, mutiara sintetis impor yang sudah dikemas dalam bentuk aksesori tersebut dijual kembali oleh para pedagang pengecer.

Bahkan, mereka terkadang memberkan informasi kepada pembeli bahwa barang dagangannya merupakan mutiara air laut asli.

Kondisi tersebut tentu mengancam citra mutiara asli Lombok yang sudah dikenal luas di pasar nasional dan internasional.

"Bahaya kalau kondisi seperti itu terus dibiarkan," ujar Fauzi.

Selain persoalan mutiara sintetis impor, lanjutnya, para pengrajin mutiara juga mengeluhkan makin merosotnya jumlah pembudidaya mutiara air laut di NTB.

Jumlah pembudidaya mutiara air laut yang tersebar di Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa, saat ini hanya belasan orang, sebelumnya mencapai puluhan orang.

Makin berkurangnya pembudidaya komoditas air laut tersebut tentu berdampak terhadap produksi mutiara untuk memenuhi permintaan pasar, baik di dalam maupun luar negeri.

Oleh sebab itu, ia berharap kepada Pemerintah Daerah NTB, melalui dinas terkait untuk memperhatikan lebih serius persoalan yang menjadi kekhawatiran para perajin mutiara.

"Mutiara sudah menjadi ikon NTB karena sudah dikenal luas secara nasional dan internasional, jadi harus dijaga betul kualitas dan kuantitasnya," ucap Fauzi.

Meski demikian, ia mengatakan sejumlah negara masih berminat mengimpor mutiara NTB seperti Jepang, Korea, Tiongkok, dan India.

Para pengusaha mutiara dari empat negara itu biasanya melakukan transaksi dengan bertemu langsung para pengusaha mutiara asal NTB.

Volume transaksi mutiara bisa mencapai lima kilogram hingga 10 kilogram setiap kali transaksi.

Oleh karena itu, menurut Fauzi, prospek pasar mutiara ke depannya masih akan tetap cerah, meskipun kondisi ekonomi Indonesia mengalami pelambatan.

Hal itu disebabkan karena mutiara NTB sudah memiliki nama yang bagus di pasar dunia.

"Penjualan mutiara saat ini masih relatif stabil. Ini informasi yang saya peroleh dari rekan-rekan sesama pengusaha mutiara," katanya. (Ant)

Editor : Eben Ezer Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home