Loading...
RELIGI
Penulis: Prasasta Widiadi 10:12 WIB | Minggu, 14 Agustus 2016

Martin Luther adalah Guru Iman Sejati

Ketua Hubungan Ekumenis dari Keuskupan Katolik Jerman (Ecumenical Relations of Deutsche Bischofkonferenz) Gerhard Feige. (Foto: t-online.de)

MAGDEBURG, SATUHARAPAN.COM – Ketua  Hubungan Ekumenis dari Keuskupan Katolik Jerman (Ecumenical Relations of Deutsche Bischofkonferenz) Gerhard Feige dari Magdeburg, Jerman menyebut tokoh Kristen,  dan pendiri Gereja Lutheran, Martin Luther, sebagai  saksi Injil dan guru iman.

Dalam laporan 206 halaman berjudul “The Reformation in Ecumenical Perspective” (Reformasi dalam Perspektif Ekumenis), dan diberitakan kembali catholicherald.co.uk, hari Jumat (12/8) Feige mengatakan konsep tentang reformasi gereja seperti yang didengung-dengungkan Martin Luther di abad ke-16, dalam perspektif Gereja Katolik saat ini telah mengalami perubahan.

“Saat ini teologi Katolik berhasil meredefinisi peristiwa di abad ke-16,” kata dia.

Feige mengatakan peran Martin Luther dalam sejarah gereja akan dirayakan dalam Peringatan ke-500 Reformasi Gereja yang akan digelar pada 2017.

Peringatan ke-500 Reformasi

Pada pertengahan Juni 2013, seperti diberitakan ucanews.com, Lutheran World Federation dan Gereja Katolik, di Jenewa, merilis dokumen bersama berjudul “From Conflict to Communion,” atau “Dari Konflik menuju Persekutuan,” dengan tujuan untuk mengatasi konflik yang telah berlangsung berabad-abad.

Kedua gereja berjanji merayakan secara bersama peringatan 500 tahun Reformasi Gereja tahun 2017, dan kedua pihak sepakat untuk mengabaikan permusuhan dan prasangka berabad-abad lamanya.

Martin Luther pada 31 Oktober 1517 (abad ke-16), mempublikasikan 95 tesis yang menandai peringatan lahirnya Reformasi Gereja dan dianggap anti-Katolik.

Dalam dokumen “From Conflict to Communion,” dua Gereja itu mengakui saat ini mereka memerlukan pendekatan baru. “Reformasi dan sejarah pemisahan Kristiani tetap tidak dapat dipisahkan dari rasa sakit,” kata Feige.

Feige menambahkan dengan adanya dialog ekumenis antara Lutheran dan Katolik maka perbedaan teologis pada periode Martin Luther  telah dievaluasi kembali.  

Dalam laporan yang disusun Feige, Gereja Katolik dan Lutheran sesungguhnya telah beberapa kali melakukan upaya penyatuan salah satunya yang terjadi pada 1980 dalam Peringatan “Augsburg Confession” atau Pengakuan Iman Augsburg. Lewat “Augsburg Confession” – berdasar laporan Feige – membuat pemahaman gereja Katolik dan Lutheran menjadi lebih dekat.

Juru bicara keuskupan Magdeburg, Martin Lazar mengatakan Reformasi Gereja terkadang  menyebabkan ketegangan di Jerman.

Lazar menyebut saat ini Gereja Katolik dapat mengenali apa yang penting dalam Reformasi  yaitu Kitab Suci adalah pusat dan standar untuk semua kehidupan Kristiani.

Dalam pandangan para uskup di Jerman  pekerjaan reformis masih menimbulkan  tantangan teologis dan spiritual, pekerjaan tersebut  memiliki aspek gereja dan implikasi politik.

Sementara itu Wakil Ketua dari Deutsche Bischofkonferenz, Uskup Heinz Algermissen  mengatakan hubungan Katolik-Lutheran telah membaik namun gereja-gereja di banyak negara harus bekerja untuk persatuan. 

“Ini berarti tidak hanya berdoa bersama-sama, tetapi memenuhi tantangan berbicara dengan satu suara karena saat ini umat di dunia hidup dengan tantangan dari ateisme, sekularisme, dan radikalisme,” kata Algermissen.

Baca Juga

Katolik dan Lutheran Akan Peringati 500 Tahun Reformasi Gereja

(catholicherald.co.uk / ucanews.com)

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home