Loading...
RELIGI
Penulis: Dewasasri M Wardani 14:03 WIB | Selasa, 28 Oktober 2014

Masih Banyak Jemaah Haji Indonesia dirawat di RS Arab Saudi

Masih banyak jemaah haji Indonesia dirawat di RS Arab Saudi. (Foto: kemenag.go.id)

JEDDAH, SATUHARAPAN.COM – Menjelang fase akhir pemulangan jemaah, masih ada 36 jemaah haji Indonesia yang dirawat di sejumlah ‎Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS). Menurut data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu, Senin (27/10) dari 36 jemaah yang masih dirawat terbagi dalam dua kota, yaitu 20 jemaah dirawat di RSAS Mekkah dan 16 jemaah dirawat di RSAS Madinah.

Jemaah yang masih dirawat di RSAS belum bisa dipulangkan, walaupun banyak keluarga jemaah yang sakit meminta dibawa pulang dalam kondisi sakit, hal ini dikarenakan banyak jemaah yang dirawat masih dalam kondisi koma dan banyak yang tergantung pada alat bantu pernafasan, serta pemerintah Arab Saudi melarang membawa jemaah yang masih membutuhkan perawatan.

Hal tersebut, disampaikan Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi Fidiansyah, setelah Tim Kesehatan selesai melakukan sweeping ke beberapa Rumah Sakit Arab Saudi di Mekkah, Jeddah, dan Madinah. “Sekarang masih ada puluhan jemaah di Mekkah di berbagai RSAS yang kami sweeping, belasan di antaranya masih pakai alat bantu nafas. Kebanyakan sejak dari tanah air memang sudah tidak istitho’ah (tidak mampu),” katanya.

Menurut data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Kementerian Agama, saat ini selain 36 jemaah yang dirawat di RS Arab Saudi, masih ada beberapa jemaah yang dirawat di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), yaitu 5 jemaah dirawat di BPHI Jeddah dan 39 jemaah dirawat di BPHI Madinah.

Sedangkan jemaah yang meninggal di Tanah Suci sampai hari ini, Selasa (28/10) sebanyak 275 jemaah dengan rincian embarkasi Batam sebanyak 18 jemaah, embarkasi Medan sebanyak 15 jemaah, embarkasi Padang 10 jemaah, embarkasi Makassar 14 jemaah, embarkasi Solo 52 jemaah, embarkasi Balikpapan 6 jemaah.

Embarkasi Bekasi 49 jemaah, embarkasi Pondok Gede 18 jemaah, embarkasi Surabaya 48 jemaah, embarkasi Banda Aceh 8 jemaah, embarkasi Lombok 5 jemaah, embarkasi Banjarmasin 5 jemaah, embarkasi Palembang 10 jemaah, dan jemaah haji khusus 17 jemaah.

Jemaah Meninggal Lampaui 2013, tapi Masih di Bawah Batas Maksimal

Sementara itu, jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci hingga Senin (27/10) sebanyak 275 jemaah. Angka ini melampaui jumlah jemaah haji yang wafat pada musim haji tahun lalu sebanyak 266 jemaah.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Fidiansyah mengatakan bahwa bicara kematian erat kaitannya dengan takdir, namun ada ikhitiar walaupun tidak bisa memanipulasi takdir.

“Kalau kita bicara tentang kematian, orang sering bicara tentang takdir. Bahwa, sulit sebetulnya mengendalikan hal yang di luar kekuasaan manusia. Namun sekali lagi dalam dunia kesehatan, bicara kematian bukan berarti memanipulasi takdir,” kata Fidiansyah kepada Media Center Haji di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Jeddah, Senin (27/10).

Fidiansyah juga mengatakan, bahwa yang dilakukan oleh Tim Kesehatan adalah bagaimana mengikhtiarkan suatu langkah yang memberikan efek kesembuhan bagi jemaah sakit yang diberikan Allah SWT. “Jadi ukurannya itu ikhtiar, bukan outputnya, bukan hasil akhir. Kalau sudah meninggal, jelas itu sesuatu hal yang tidak bisa dikendalikan,” Ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan ini.

Dalam pelaksanaan haji tahun 2014, indikator dalam target yang ditetapkan Bidang Kesehatan adalah kematian jemaah tidak boleh lebih dari 2 orang per- mil (2/1.000). Dengan jumlah jemaah sebanyak 168.000 orang, kemudian dikalikan 2/1.000, maka batas angka kematian maksimal jemaah adalah 336 orang.

Fidiansyah menjelaskan bahwa tahun ini Kementerian Agama memberikan prioritaskan pada calon jemaah yang berusia tua senja, untuk mengisi sisa kuota. “Mereka menjadi prioritas tahun ini, mau tidak mau jemaah berisiko tinggi meningkat sehingga berdampak pada profil kesehatannya dan angka kematian jemaah,” kata dia.

Namun lebih lanjut Fidiansyah menegaskan, bahwa angka kematian jemaah tahun ini masih lebih rendah dibandingkan tahun 2011 dan 2012. Ketika angka kematian jemaah pada 25 Oktober 2014 tercatat 263, di kurun waktu yang sama tahun 2013 angkanya sebanyak 220, tahun 2012 sebanyak 384 orang, dan tahun 2011 sebanyak 449 orang.

“Jadi kita harus membandingkannya secara komprehensif, tidak bisa hanya 2013. Tetap ini merupakan dampak keberhasilan, angka masih di bawah 2 per mil, dibandingkan 2013 angka ini lebih tinggi karena kelompok risiko tinggi lebih banyak. Tetapi secara proposional persentase masih di bawah target 2 per mil,” lanjut Fidiansyah. (kemenag.go.id)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home