Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 06:28 WIB | Sabtu, 13 Juni 2020

Mata Uang Lebanon Merosot, Demonstrasi Kembali Digelar

Demonstrasi anti-pemerintah meneriakkan slogan-slogan selama berlangsungnya protes terhadap korupsi oleh kelas politik Lebanon dan krisis keuangan, di Beirut, Lebanon, pada hari Rabu (4/12/2019). (Foto: dok. AP)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan di Lebanon pada hari Kamis (11/6) setelah mata uang lokal jatuh ke level terendah, memaksa perdana menteri negara itu untuk menyerukan pertemuan darurat kabinet.

Cabang-cabang bank sentral negara itu di berbagai bagian negara dibakar dan dirusak dan pengunjuk rasa mengatakan kepada stasiun televisi lokal bahwa mereka "lapar."

Beberapa pengunjuk rasa di pusat kota Beirut meneriakkan perlawanan mereka terhadap sektarianisme.

Kantor Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, merilis pernyataan yang mengumumkan bahwa ia telah membatalkan semua janji yang dijadwalkan untuk hari Jumat (12/6) dan bahwa sesi kabinet darurat akan diadakan “untuk membahas masalah moneter."

Mata uang Pound Lebanon, yang telah dipatok pada nilai 1.507,5 terhadap setiap dolar AS sejak 1997, turun menjadi 6.000 untuk setiap dolar AS di pasar paralel pada hari Kamis.

Seorang warga yang tinggal di Lembah Bekaa mengatakan bahwa seorang pedagang valuta asing membeli dolar AS dengan harga 7.000 pound Lebanon. Pada hari Rabu, pedagang valuta asing membeli dolar pada harga 4.600, menurut laporan Reuters.

Namun, patok resmi belum berubah sejak protes anti-pemerintah nasional dimulai Oktober lalu.

Korupsi dan Sektarianisme

Tahun-tahun penuh kejahatan korupsi dan sektarianisme telah menghancurkan negara kecil itu, di samping beban akibat perang di Suriah, tetangganya.

Hani Bohsali, presiden Syndicate of Importers of Foodstuffs, Consumer Products and Drinks, mengatakan kepada Reuters bahwa "selama 10 hari terakhir kami dapat menemukan jauh lebih sedikit daripada yang kami butuhkan, pasokannya benar-benar langka."

Tetapi Nasser Saidi, mantan menteri ekonomi, mengatakan penurunan pound telah dipercepat karena meningkatnya permintaan untuk dolar di negara tetangga Suriah, di mana mata uang lokal juga mencapai rekor terendah karena sanksi baru Amerika Serikat mulai berlaku.

“Ada awal kepanikan di Suriah atas ketersediaan dolar. Ini telah mengalihkan dirinya ke peningkatan permintaan di pasar Beirut,” katanya. (Al Arabiya/Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home