Loading...
EKONOMI
Penulis: Melki Pangaribuan 22:53 WIB | Senin, 27 Juni 2016

Mendag: Dampak Brexit Bagi Ekonomi Indonesia Relatif Kecil

Ilustrasi. Perdana Menteri Inggri David Cameron (kiri) berbicara kepada awak media ditemani istrinya Samantha di Kantor Perdana Menteri (10 Downing Street), London, 24 Juni 2016. Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa, memicu isu dan kepanikan mengenai blok tersebut di bursa saham dunia pada Jumat. (Foto: Adrian Dennis/AFP)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong, mengaku prihatin dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain to Exit/Brexit). Namun, keluarnya Inggris dari Uni Eropa berdampak kecil bagi perekonomian Indonesia.

“Tentunya kami prihatin dengan perkembangan yang sangat tidak menggembirakan. Brexit itu sesuatu perkembangan yang tidak menggembirakan, memprihatinkan untuk ekonomi global memang dampak langsung kepada Asia atau khususnya Indonesia relatif kecil,” kata Tom Lembong di kompleks Parlemen, Jakarta, hari Senin (27/6).

Mendag mengatakan posisi ekonomi Indonesia saat ini relatif baik, namun situasi pascareferendum Brexit yang terjadi pada pekan lalu harus terus dipantau secara cermat hingga beberapa waktu ke depan.

“Dan seperti sudah disampaikan Menteri Perekonomian Jumat lalu (24/6), sesuai pandangan Bank Dunia Indonesia saat ini dalam posisi yang relatif resilient. Tapi tentunya kita harus monitor terus secara sangat cermat dalam hari-hari berikut. Jadi hemat saya hari-hari berikut akan sangat kritis,” kata Tom.

“Kita sudah melihat tanggapan dari menteri-menteri luar negeri Uni Eropa dalam dua hari terakhir ini dan juga melihat tanggapan dari pejabat-pejabat Inggris itu sendiri dalam dua hari terakhir. Itu tentunya kami simak semua dan siap terus berkoordinasi, misalnya antara pemerintah dan Bank Indonesia. Tentunya dalam tim ekonomi kita sendiri terus berkoordinasi dan terus mengamati secara cermat perkembangan di pasar modal khusunya,” kata dia menambahkan.

Alihkan Modal

Sebelumnya, Bank Indonesia menilai keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan mengalihkan modal di pasar keuangan global ke AS dan Jepang, sebagai dua negara yang saat ini diyakini memiliki prospek ekonomi baik.

Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, hari Jumat (24/6), dampak Brexit juga akan menyentuh pasar keuangan Indonesia, namun besaran dampaknya dinilai tidak akan signifikan. "Secara umum kita yakini ini adalah sifatnya temporer," katanya sebagaimana dikutip Antara akhir pekan lalu.

Agus mengklaim dampak Brexit ke Indonesia hanya sementara karena kondisi fundamental ekonomi domestik terus membaik. Hal itu akan mempertahankan kepercayaan pelaku pasar.

"Kondisi inflasi yang terjaga terlihat pekan ketiga inflasi Juni di 0,56 persen, dan juga defisit neraca transkasi berjalan yang diperkirakan secara umum berada di 2,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)," kata Agus.

Sedangkan dana masuk hingga pekan ketiga Juni, kata Agus, tercatat Rp 70 triliun, atau terlipatgandakan dibanding periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 30 triliun.

Agus mengatakan ke depannya, proses politik keluarnya Inggris dari Uni Eropa masih akan berlanjut. Inggris harus mengajukan permintaan secara resmi untuk keluar dari UE sesuai dengan perjanjian UE (EU Treaty).

Dalam permintaan itu, kata Agus, akan terjadi negoisasi, yang juga menyangkut kepentingan ekonomi, seperti misalnya negoisasi soal tarif perdagangan dari atau menuju ke Inggris.

"Itu implikasinya lebih jangka panjang," kata Agus.

Namun, kata Agus, saat ini, perdagangan Indonesia tidak akan terkenda dampak yang signifikan dari hasil refrendum Brexit, karena nilai perdagangan antara Indonesia dan Inggris yang tidak begitu besar.

BI memiliki kajian, dengan adanya Brexit ini, tekanan akan membayangi perekonomian Inggris. Bahkan, pada 2030, jika dampak Brexit tidak dapat diantisipasi, pertumbuhan ekonomi Inggris, diperkirakan BI bisa turun menjadi 7 persen.

"Indonesia perlu terus menjaga dampak dari Brexit itu," kata Agus.

Xin Hua melaporkan dari London bahwa rakyat Inggris yang menginginkan negaranya keluar dari UE pada Jumat pagi waktu setempat memenangi referendum Brexit  dengan mencatat perolehan 52 persen dari 71 persen suara yang masuk.

Dari total suara yang masuk tersebut, lebih dari 17 juta warga memilih Inggris mencabut keanggotaan, sementara sekitar 16 juta lainnya memilih tetap menjadi bagian dari UE.

Hasil referendum itu akan membuat Inggris menarik diri dari keanggotaan UE setelah bergabung selama 43 tahun. Inggris menjadi negara pertama yang keluar dalam sejarah 60 tahun keberadaan kelompok Eropa itu.

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home