Loading...
SAINS
Penulis: Reporter Satuharapan 14:15 WIB | Kamis, 22 Desember 2016

Mendikbud Targetkan 60 Persen UN Berbasis Komputer

Petugas ujian nasional memeriksa perangkat komputer jelang pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). (Foto: Dok satuharapan.com/Antara/Risky Andrianto)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menargetkan 60 persen pelaksanaan ujian nasional (UN) pada 2017 berbasis komputer atau UNBK.

"Kami menargetkan sekitar 60 persen sekolah bisa menyelenggarakan UNBK," ujar Mendikbud dalam rapat koordinasi pelaksanaan UN di Jakarta, Kamis (22/12).

Pihaknya berupaya untuk mengoptimalkan penggunaan komputer, sehingga bisa menghemat penggunaan anggaran.

"Saya meminta daerah untuk mencari kemungkinan penambahan komputer, sehingga tidak perlu ujian berbasis kertas. Sehingga bisa menghemat anggaran lebih banyak," dia menambahkan.

Mendikbud meminta agar kepala dinas pendidikan di daerah bekerja sama dengan perguruan tinggi, sehingga bisa menyelenggarakan UNBK.

Melalui pelaksanaan UNBK, lanjut dia, akan ada efek berganda yakni bisa melakukan pemetaan sarana dan prasarana, sehingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengetahui berapa banyak kebutuhan komputer.

"Tahun depan, penggunaan anggaran kita lebih banyak untuk infrastruktur," papar Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Saat ini, sudah ada sekitar 12.058 sekolah dan madrasah yang siap melaksanakan UNBK.

Pelaksanaan UN 2017, juga diiringi dengan pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional atau USBN. Untuk USBN, mata pelajaran yang diujian adalah mata pelajaran yang tidak di-UN-kan, ditambah pelajaran agama.

Muhadjir mengimbau semua pihak agar pelaksanaan UN 2017 penuh kejujuran. "Tugas kita mengurangi dampak negatif pelaksanaan UN. Kita tahu, banyak terjadi penyimpangan pada UN, misalnya ada 20 mata pelajaran yang diujikan maka 20 pula contekannya. Oleh karena itu pelaksanaan UN harus diselenggarakan dengan jujur," dia menambahkan.

Dia mengaku sebelumnya ngotot untuk melakukan moratorium UN. Penyebab utamanya adalah dampak negatif pelaksanaan UN, yang mereduksi nilai pendidikan serta menyebabkan banyak siswa yang tidak jujur.

"Sekarang, kita berupaya untuk mengurangi dampak negatif UN tersebut," katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memutuskan UN tetap berjalan, atau dengan kata lain Presiden menolak usulan dari Mendikbud yang menginginkan adanya moratorium UN. Ujian nasional tetap diadakan, dijalankan dengan berbagai penyempurnaan perbaikan.

Beberapa perbaikan di antaranya terkait perlunya peningkatan kompetensi guru yang telah disertifikasi dari waktu ke waktu. Penyempurnaan juga dilakukan dalam hal ujian sekolah yang nantinya akan ada kisi-kisi nasional.(Ant)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home