Loading...
INSPIRASI
Penulis: Juppa Haloho 01:00 WIB | Jumat, 17 Oktober 2014

Menghentikan Kekerasan

Kita menunjukkan bahwa kekerasan menjadi sebuah solusi: solusi menarik pengakuan melalui teror (menakut-nakuti), solusi menegaskan kepemimpinan, solusi pemaksaan ide, solusi membalas ejekan. Kita membuat kekerasan menjadi hal lumrah.
Foto: istimewa

SATUHARAPAN.COM – Publik kembali dikejutkan dengan diunggahnya sebuah video amatir di Youtube mengenai kekerasan yang dialami seorang anak SD oleh rekan sekelasnya ketika tidak ada guru. Dalam dua hari sejak di unggah (12/10/2014), video itu sudah ditonton sebanyak 198.915 kali.

”Di mana-mana melihat kekerasan,” tulis seorang rekan di akun BBMnya. Tidak hanya mahasiswa atau siswa menengah atas yang melakukan kekerasan, anak di bangku Sekolah Dasar pun melakukannya. Di rumah, di sekolah, di ssrama, di jalan raya, bahkan di Senayan kekerasan menjadi dialektika sosial kita.

”Itu bukan salah gurunya saja,” cetus seorang rekan lain saat menonton berita mengenai hal ini di layar kaca. Lalu salah siapa? Salah kita, orang dewasa. Secara langsung atau melalui media, orang dewasa mengajarkan kekerasan kepada anak-anak. Kita menunjukkan bahwa kekerasan menjadi sebuah solusi: solusi menarik pengakuan melalui teror (menakut-nakuti), solusi menegaskan kepemimpinan, solusi pemaksaan ide, solusi membalas ejekan. Kita membuat kekerasan menjadi hal lumrah.  

Terkadang kita lupa: suatu waktu kaum tertindas akan berubah menjadi penindas; yang teraniaya menjadi penganiaya. Kita lupa bahwa kita pun tidak suka ditindas. Kita lupa bahwa kejahatan yang dibalas dengan kejahatan hanya akan menghasilkan perbuatan jahat lainnya. Kita lupa bahwa apa yang kita lakukan berbicara lebih keras daripada apa yang kita katakan.

Kekerasan harus dihentikan. Balas dendam harus diganti dengan pengampunan. Caci maki diganti dengan berkat. Pemaksaan ide diganti dengan dialog. Teror diganti dengan sikap menghormati.

Kita, orang dewasa harus memulainya. Anak-anak belum terlalu mengetahui sistem nilai, tetapi kita tahu. Anak-anak melakukan tanpa memahami makna, namun kita memahaminya. Orangtua, tunjukkanlah semua itu di rumah! Para guru, buktikanlah di sekolah. Para anggota Ormas, nyatakanlah kala berunjuk rasa di jalanan. Para politisi, ingatlah Anda disaksikan banyak orang.

 

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home