Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:44 WIB | Jumat, 26 Juni 2015

Menko Kemaritiman Sambut Kapal Riset Samudra Hindia

Kapal Penelitian RV Dr Fridjof Nansen. Kapal riset oseanograsi berbendera Kerajaan Norwegia ini akan tambat tali di dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis 25/6) (Foto: Antaranews/flickr.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo, menyambut kapal riset asal Norwegia Dr. Fridtjof Nansen, yang akan memulai misi survei pelayaran persiapan Ekspedisi Internasional Samudra Hindia kedua atau 2nd International Indian Ocean Expedition.

“Sore ini, kami menyambut kapal riset Norwegia, Dr. Fridtjof Nansen dalam memperingati 50 tahun Ekspedisi Internasional Samudra Hindia,” kata Indroyono di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (25/6) petang.

Ia mengatakan, survei ekspedisi Samudra Hindia itu kembali digelar dalam rangka memperingati 50 tahun lalu kegiatan serupa dan akan digelar untuk tiga tahun ke depan.

Indonesia juga sudah ikut berpartisipasi pada ajang IIOE pertama pada 1965.

“Saat itu kita mengerahkan satu kapal riset yaitu KRI Jalanidi, bergabung dengan 35 kapal lainnya dari seluruh Indonesia,” katanya.

Survei internasional yang dilakukan selama 21 hari itu akan dimulai pada Jumat, 26 Juni 2015 melibatkan 16 orang peneliti dari 12 negara termasuk Norwegia, Indonesia, Madagaskar, Spanyol, Belanda, Kenya, Afrika Selatan, Prancis, India, Tanzania d Seychelles.

Ekspedisi Internasional Samudra Hindia Kedua, atau 2nd International Indian Ocean Expedition merupakan bagian dari Intergovernmental Oceanographic Commission sesi ke 28 yang diadakan UNESCO dan kini tengah berada di Paris, Prancis.

Tim survei, akan mengkaji bagaimana Indian Ocean Gyre (sistem besar perputaran arus samudra) yang memengaruhi ekosistem dan perikanan.

Kajian di Samudra Hindia sendiri, diakui masih sangat minim. Padahal, perairan tersebut memiliki fenomena Indian Ocean Dipole yang memiliki dampak signifikan pada perubahan cuaca dan iklim, khususnya di Indonesia yang terletak di antara Samudra Hindia dan Pasifik.

Bagi Indonesia sendiri, hasil survei akan bermanfaat sebagai masukan untuk pemerintah terkait kebijakan sektor perikanan dan kelautan.

“Kami harap proyek Nansen ini akan memperkuat kerja sama regional, untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan kondisi untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan, melalui pengembangan manajemen perikanan yang berkelanjutan,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia Mark Smulders. (Ant)

Editor : Bayu Probo

Ikuti berita kami di Facebook


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home