Menlu G7 Bertemu Bahas Krisis Pangan Akibat Invasi Rusia di Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Para menteri luar negeri dari kelompok negara-negara kaya G7 bertemu untuk memberikan bantuan ke Ukraina dan mencegah invasi Rusia ke Moldova, hari Jumat (13/5).
Pertemuan itu disebut oleh Jerman sebagai "tanda persatuan yang kuat" untuk membahas perang di Ukraina, dan kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas ke Moldova, dan masalah keamanan pangan.
Pertemuan tahunan yang berlangsung hingga hari Sabtu itu mempertemukan para diplomat top dari Inggris, Kanada, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa ke perkebunan kastil berusia 400 tahun di resor Weissenhaus di Laut Baltik.
Menlu Indonesia, Retno Marsudi juga hadir mewakili Indonesia yang tengah memegang presidensi G20. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, yang negaranya saat ini menjabat sebagai presiden Kelompok 20 Ekonomi Industri dan Berkembang (G20), yang juga termasuk Rusia, juga akan bergabung dalam pertemuan pada hari Jumat untuk membahas ketahanan pangan, menurut laporan Reuters.
Pertemuan itu akan menentang upaya Rusia untuk membagi Ukraina, kata Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, menjelang pertemuan. “Belum pernah sejak akhir Perang Dingin, kami, mitra G7, ditantang lebih dalam. Belum pernah sebelumnya kami berdiri lebih bersatu,” katanya dalam tweet.
Agenda utama adalah perang di Ukraina, menyusul janji para pemimpin G7 akhir pekan lalu untuk memperdalam isolasi global Rusia, termasuk janji untuk melarang atau menghentikan pembelian minyak Rusia.
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, mengatakan sangat penting untuk terus menekan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan memasok lebih banyak senjata ke Ukraina dan menjatuhkan sanksi lebih lanjut. Menteri luar negeri Ukraina dan tetangganya yang lebih kecil, Moldova, juga akan hadir.
Jerman akhir pekan ini secara terpisah akan menjadi tuan rumah menteri dari NATO, saat Swedia dan Finlandia bersiap untuk mengajukan keanggotaan aliansi transatlantik, menarik ancaman pembalasan dari Moskow.
Peringatan Internasional atas Moldova
Perang di Ukraina telah menyebablan naiknya harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk, dengan badan-badan PBB memperingatkan bahwa kenaikan harga akan memperburuk krisis pangan di Afrika khususnya.
Invasi Rusia telah mengganggu pengiriman di Laut Hitam, rute utama untuk biji-bijian dan komoditas lainnya, sehingga menghambat ekspor.
“Ada 25 juta ton biji-bijian saat ini diblokir di pelabuhan Odesa Ukraina, yang berarti makanan bagi jutaan orang di dunia sangat dibutuhkan, terutama di negara-negara Afrika dan di Timur Tengah,” kata Baerbock kepada wartawan.
“Itulah mengapa kami mengirimkan sinyal yang jelas hari ini: kami melihat Anda, kami mendengar Anda dan kami mendukung Anda,” katanya.
Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan sangat penting bagi G7 untuk menunjukkan bahwa Moskow adalah akar penyebab kerawanan pangan global.
“Kami akan melanjutkan upaya dukungan kami ... tetapi saya akan menambahkan bahwa kami perlu menangani konflik yang akan berlangsung lama dan konsekuensi jangka panjang pada ketahanan pangan. Kita perlu menunjukkan bahwa agresi Rusia terhadap Ukraina memprovokasi krisis pangan global.”
Sumber-sumber diplomatik mengatakan tujuannya adalah agar ketujuh negara itu mengatur diri mereka lebih baik untuk menemukan jawaban yang cepat dan efisien atas krisis pangan.
Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tidak akan melakukan pertemuan karena terjangkit COVID-19, para menteri yang lain bertujuan untuk meyakinkan Moldova.
Ia sedang berjuang untuk mengatasi arus pengungsi dari negara tetangga Ukraina, dan insiden yang melibatkan separatis pro Rusia di wilayah Transdniestria yang memisahkan diri telah menimbulkan kekhawatiran internasional bahwa perang dapat menyebar ke perbatasan.
"Negara telah melemah karena perang ... jadi kami perlu mengkonfirmasi dukungan kami untuk Moldova," kata seorang sumber diplomatik Prancis kepada wartawan.
Seorang pejabat Prancis mengatakan pertanyaan tentang kehadiran Rusia di pertemuan kepala negara pada November juga akan diangkat. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...