Loading...
INDONESIA
Penulis: Enderson Tambunan 09:15 WIB | Jumat, 07 Oktober 2016

Menunggu Gelar Pahlawan Nasional untuk Melanchton Siregar

Dua buku biografi, Melanchton Siregar mempertahankan NKRI (kiri) dan Melanchton Siregar Pendidik dan Pejuang (kanan). (Foto: dok. satuharapan.com)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2016, Pemerintah Indonesia diharapkan mengabulkan permohonan berbagai elemen masyarakat di Tanah Air untuk menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Melanchton Siregar (1912-1975), pejuang kemerdekaan, tokoh pendidik pejuang, serta negarawan, dengan pengabdian terakhir Wakil Ketua MPRS-RI dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.

Permohonan gelar Pahlawan Nasional dimaksud, sesuai perundang-undangan, diajukan pada tahun 2013 dan 2015 oleh Panitia Nasional Mengenang 100 Tahun Melanchton Siregar Pengusul Pahlawan Nasional, yang diketuai Drs. Supardan MA, melalui Kementerian Sosial. Pada April 2016, Panitia Nasional juga mengirimkan surat kepada Presiden RI perihal permohonan gelar dimaksud.

Sekretaris Panitia Nasional Drs. Ronald M. Sihombing, hari Kamis (6/10), mengemukakan, kisah perjuangan Melanchton pada pra dan setelah kemerdekaan ditelusuri dari penjelasan para sejarahwan, kesaksian (testimoni) teman-temannya sesama pejuang, dan dari referensi kepustakaan.

Melanchton mengawali pengabdian dan perjuangan sebagai guru di Narumonda, Tapanuli, setelah menyelesaikan pendidikan di Bandung pada 1938. Saat itulah dia menunjukkan sikap menolak tindakan diskriminatif yang ditunjukkan oleh kalangan pejabat berkebangsaan Eropa. Pada perjuangan fisik, dia ikut memanggul senjata dan memimpin Divisi Panah yang berjuang di wilayah Sumatera Utara dengan pangkat Kolonel Tituler.

Ia beberapa kali pindah tempat mengajar, karena keadaan memaksa, sebagai tanda cintanya pada dunia pendidikan. Pada masa pendudukan Jepang, ia pernah ditahan dengan tuduhan mata-mata. Sejumlah muridnya adalah pejuang rakyat yang aktif berjuang di medan pertempuran. Setelah kemerdekaan, dia memasuki partai politik dan terpilih sebagai anggota DPR di Jakarta hasil Pemilu pertama tahun 1955. Dari DPR pengabdiannya berlanjut ke MPRS-RI sebagai salah satu wakil ketua, dan terakhir anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai tutup usia pada 24 Februari 1975 di Jakarta.

Panitia Nasional menyelenggarakan tiga kali seminar nasional tentang perjuangan Melanchton Siregar. Seminar pertama di Jakarta, 7 Agustus 2012; seminar kedua di Doloksanggul, 6 September 2012; dan seminar ketiga di Medan, Provinsi Sumatera Utara, 8 September 2012. Seminar tersebut dihadiri banyak narasumber, antara lain, sejarahwan (Masyarakat Sejarahwan Indonesia Cabang Sumatera Utara), cendekiawan, pejuang rakyat, tokoh masyarakat, politikus, dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz N. Mehdawi.

Perjuangan dan pengabdian Melanchton Siregar, putra Indonesia kelahiran Humbang Hasundutan, pada 7 Agustus 1912, kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dibukukan dalam dua buku. Pertama berjudul, Melanchton Siregar Pendidik dan Pejuang ditulis oleh Prof. Dr. Payung Bangun, MA. Buku kedua berjudul, Melanchton Siregar Mempertahankan NKRI yang ditulis oleh wartawan senior Aco Manafe dengan kata sambutan, antara lain, dari Joko Widodo selaku Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.

Menurut Ronald, semua dokumen yang berkaitan dengan permohonan penganugerahan gelar Pahlawan Nasional tersebut diproses oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, serta kemudian disampaikan kepada Pemerintah RI.

 

Melanchton Siregar, Pejuang Nasional dari Tapanuli

Melanchton Siregar Diusulkan Menjadi Pahlawan Nasional RI

Wakil Ketua MPR Minta Lanjutkan Sosialisasi Melanchton Siregar


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home