Loading...
RELIGI
Penulis: Bayu Probo 15:37 WIB | Kamis, 28 November 2013

Menurut Quran, Identitas Umat Kristen Tidak Tunggal

Ahlul Kitab yang Berkelana: Identitas Umat Kristen menurut Quran dan Alkitab. (ki-ka), Dr. Anwar Tjen, Hans Harmakaputra, Munim Sirry. (Foto: Hans)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ada berbagai penyebutan orang Kristen dalam Al-Quran menunjukkan identitas umat Kristen tidak tunggal. Ini diungkapkan Mun’im Sirry, dosen Teologi di University of Notre Dame, Amerika Serikat dalam kuliah umum di Sekolah Tinggi Teologi (STT Jakarta) Jakarta, Rabu (27/11).

Kuliah dengan tema “Ahlul Kitab yang Berkelana: Identitas Umat Kristen menurut Quran dan Alkitab” ini merupakan kerja sama Asosiasi Teolog Indonesia (ATI) dan STT Jakarta. Selain Mun’im Sirry, Ph.D. yang membawakan perspektif Quran, juga Pdt. Anwar Tjen, Ph.D. yang bicara dari perspektif Alkitab Perjanjian Baru. Hans Abdiel Harmakaputra, dosen STT Jakarta, sebagai moderator.

Menurut Quran, Identitas Umat Kristen Tidak Tunggal

Mun’im Sirry—lulusan Pondok Pesantren TMI al-Amien Prenduan Sumenep Madura—mengatakan bahwa di dalam Quran terdapat beberapa sebutan yang digunakan menunjuk kepada umat Kristen. Sebutan tersebut antara lain “Ahlul-kitab” (People of the Book), “Ahlul-Injil” (People of the Gospel), dan “Nasrani”.

Hal ini saja menunjukkan bahwa identitas umat Kristen tidak tunggal di dalam Quran. Ia membahas beberapa ayat Quran yang bernada polemik dan mempersoalkan kepercayaan Umat Kristen, terutama tentang Ketuhanan Isa dan Konsep Trinitas.

Salah satu teks yang dikutip adalah (Q. 5:17 dan 72) “Telah kafir orang yang mengatakan, ‘Allah ialah al-Masih putra Maryam’.” Menurut alumni Faculty of Saria'a and Law International Islamic University, Islamabad, Pakistan, teks ini tidak pasti mengecam umat Kristen sebab Alkitab sendiri tidak pernah menyatakan bahwa “Tuhan adalah Yesus”, melainkan “Yesus adalah Tuhan.”

Jadi, selalu ada cara membaca alternatif. Jika teks-teks seperti ini biasanya dibaca secara apologetik, setidaknya ada dua pendekatan yang lain, yakni diakronik dan sinkronik. Melalui pendekatan diakronik—yang melihat konteks historis suatu teks—ada kesimpulan lain bahwa teks-teks itu merujuk kepada kelompok-kelompok Kristen yang tidak mainstream. Kemudian, pendekatan sinkronik menyimpulkan bahwa ayat-ayat bernada polemik dengan Kristen merupakan penanda bahwa identitas Islam berbeda dengan identitas Kristen serta ada jarak di antaranya.

Konteks Historis Membentuk Identitas Umat Kristen

Pdt. Anwar Tjen—Konsultan Ahli pada Departemen Penerjemahan LAI—menjelaskan konteks historis umat Kristen mula-mula dalam membentuk identitas mereka. Menurut Pdt. Anwar Tjen, identitas Umat Kristen di dalam Alkitab paling mungkin ditelusuri dari tulisan-tulisan Paulus yang ditulis terlebih dulu ketimbang Injil-injil.

Tulisan-tulisan Paulus setidaknya menggambarkan identitas umat Kristen yang bermula dari Yudaisme yang ternyata juga multi-wajah. Keberanian Paulus untuk mengabarkan Injil ke dunia non-Yahudi mendobrak tradisi Yudaisme dan dengan signifikan membentuk identitas umat Kristen perdana yang berjarak dengan Yudaisme. Selain itu terjadi perjumpaan dengan dunia Yunani yang memengaruhi identitas jemaat Kristen awal. Mengutip pemikiran J. Stambaugh dan D. Balch, dalam buku Dunia Sosial Kekristenan Mula-mula, ia mengatakan “Dunia yang terhelenisasi mempermudah transisi dari gerakan Yahudi mesianis yang berpusat di Yerusalem menjadi gerakan bukan Yahudi ke seantero wilayah jajahan Romawi.”

Diskusi Menarik

Setelah itu, terjadi diskusi yang juga menarik. Beberapa peserta menyampaikan pertanyaan penting tentang identitas umat Kristen baik di dalam Quran dan Alkitab sampai pada konteks sekarang dan bagaimana pemahaman tentang identitas tersebut memengaruhi relasi antaragama tersebut hingga kini.

Salah satu kesimpulan yang dilontarkan dari acara ini adalah bagaimana identitas umat Kristen selalu berada di dalam negosiasi dengan dunia di sekitarnya, baik pada masa Gereja Perdana dengan budaya Helenis yang dominan, maupun ketika munculnya Islam sebagaimana dicatat di dalam Quran. Hingga kini pun identitas tersebut terus bergerak, tak pernah statis.

Asosiasi Teolog Indonesia

Asosiasi Teolog Indonesia (ATI) adalah organisasi Kristen yang mendorong para teolog muda untuk tetap aktif mengikuti isu-isu terkini secara kritis dan positif. Jaringan ATI dibangun di atas nasionalisme Indonesia dengan menjunjung nilai-nilai Kristen. ATI saat ini dipimpin Abraham Silo Wilar. (Isabella Sinulingga/Hans A. Harmakaputra/dbs)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home