Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 17:22 WIB | Rabu, 04 November 2015

Merkel Redam Kemarahan Kaum Kristen Konservatif Terkait Pengungsi

Kanselir Kerman dan Ketua Partai Kristen Demokrat Jerman, Angela Merkel berbicara di depan anggota partainya ketika menghadiri "Konferensi Masa Depan" regional di Darmstadt, Jerman, 2 November. (Foto: times.com)

BERLIN, SATUHARAPAN.COM - Kanselir Jerman, Angela Merkel, kembali menunjukkan kepiawaiannya mengelola keseimbangan koalisi pemerintahannya ketika berhasil meredam kemarahan kalangan Kristen Konservatif terkait kebijakan pengungsi. Merkel menyetujui sebuah 'kebijakan baru' pada hari Minggu (1/11) tentang bagaimana menangani arus masuk pengungsi yang berlawanan dengan kebijakan pintu terbuka yang diambilnya selama ini.

Dalam sebuah kertas kerja yang disepakati pada hari Minggu itu, Jerman akan menyediakan apa yang oleh Merkel disebut sebagai zona transit. Ini merupakan kamp yang dibangun di perbatasan, tempat para pengungsi ditampung, yang pada dasarnya berfungsi sebagai pusat deportasi di sepanjang perbatasan utara Austria.

Merkel selama ini berusaha mencapai keseimbangan di antara dua kubu koalisi pemerintahannya. Dari sayap kanan, Merkel selama ini mendapat kritik keras bahkan kemarahan dari anggota koalisinya Partai Uni Sosial Kristen yang konservatif di Bavaria. Propinsi berpenduduk mayoritas Katolik ini telah kemasukan lebih dari 500 ribu pengungsi tahun ini dan mereka sangat khawatir dengan derasnya pengungsi.

Kepala pemerintahan provinsi ini, Horst Seehover, selama berbulan-bulan menuntut adanya zona transit agar Bavaria tidak terus-menerus diserbu pengungsi.

Sementara itu dari sayap kiri, Merkel menghadapi resistensi dari Sigmar Gabriel, wakil kanselir yang berasal dari Partai Sosial Demokrat yang liberal. Partai ini merupakan salah satu sekutu koalisi Merkel dan selama krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia kedua, Gabriel berada di belakang Merkel menyambut dengan tangan terbuka para pengungsi. Dan sangat wajar jika ia kurang menyetujui penciptaan zona transit, yang ia sebut sebagai pusat-pusat penahanan.

Pada hari Minggu, trio penguasa ini telah bertemu di Berlin untuk mencari kesamaan pijakan dalam mengatasi pengungsi namun tampaknya tidak berakhir dengan mulus. Setelah berbicara selama dua jam, sebagaimana dilaporkan oleh times.com, Gabriel meninggalkan arena dengan wajah masam. Sementara itu Merkel dan Seehofer masih tetap bertahan sampai lebih dari delapan jam untuk kemudian melansir kerjas kerja sepanjang enam halaman pada malam itu.

Zona transit yang akan mengelola dan mengendalikan arus migrasi tersebut menetapkan beberapa kebijakan kunci. Zona itu akan berfungsi sebagai pintu penyaring; migran dari negara-negara yang dikategorikan aman, khususnya dari negara-negara Balkan dan Eropa Timur lainnya, akan tetap berada pada fasilitas perbatasan itu untuk menahan akselerasi deportasi.

Sementara itu migran yang datang dari negara-negara yang terpecah karena perang, seperti Suriah, Irak dan Afganistan, masih dapat memperoleh perumahan sementara di dalam negara Jerman, pada saat permohonan suaka mereka diperiksa.

Kertas kerja itu diakui masih kurang terperinci, termasuk belum ada kejelasan apakah di zona transit ini akan dipasangi pagar kawat seperti yang dilakukan oleh Hungaria pada Agustus lalu untuk mencegah pengungsi memasuki negara mereka.

Namun, kertas kerja Merkel memungkinkan penundaan selama dua tahun terhadap kebijakan pengungsi Merkel yang selama ini dianggap paling murah hati di dunia. Mengacu pada kebijakan yang berlaku pada 1 Agustus lalui itu, pengungsi yang tiba di Jerman boleh mengajukan suaka untuk menyertakan anggota keluarga mereka yang belum tiba di Jerman. Perempuan dan anak-anak dari Suriah dengan demikian diberi kesempatan untuk menghindari rute migrasi yang berbahaya ke Eropa, karena selama suami atau ayah mereka sudah tiba di Jerman, mereka mendapat jaminan yang aman dan legal untuk mendapatkan suaka. Namun, dalam kertas kerja yang rencananya akan diterapkan itu, inisiatif reuni keluarga itu dibekukan sampai 2017.

Tidak dapat dibantah, ini merupakan konsesi yang harus diberikan oleh Merkel kepada pemimpin Bavarian yang konservatif. Dan kemungkinan itu bukan konsesi terakhir yang harus ia berikan. Merkel selama ini dikenal sebagai kanselir yang naik ke puncak kekuasaan dengan mengandalkan kemampuannya untuk menyeimbangkan posisi sayap kanan dan kiri di koalisi yang dia pimpin.

"Itu merupakan bagian dari mengapa dia berhasil," kata Hans Kundnani, ahli poitik dari German Marshall Fund, di Berlin. "Namun dalam isu migran kali ini dia bergerak terlalu jauh ke kiri, dengan cara yang lebih kontroversial dari pada apa yang pernah dia lakukan sebelumnya."

Walapun demikian, tidak berarti Merkel telah mengubah strateginya. Pada tahap ini Merkel memang harus memberi angin kepada kalangan Kristen Konservatif seperti Seehofer, di tengah semakin menguatnya dukungan masyarakat terhadap partai-partai sayap kanan,  sama halnya dengan meningkatnya kekerasan xenofobia yang menyerang para pengungsi.

Pada 17 Oktober lalu sekutu politik Merkel, Henriette Reker, ditikam lehernya ketika berkampanye untuk mendapatkan kursi walikota Cologne. Polisi kemudian mengatakan serangan itu dipicu oleh pandangan Reker yang pro pengungsi.

Bagi Merkel, ini merupakan aba-aba betapa berbahayanya xenofobia di Jerman. Prioritasnya kemudian berpindah ke bagaimana memuaskan suara sayap kanan, yang menghasilkan kertas kerja pada hari Minggu itu.

Pada hari Kamis ini, Merkel dan Seehofer akan bertemu kembali dengan Gabriel, mitra liberal mereka dalam pemerintahan koalisi. Sudah barang tentu Gabriel akan berusaha mempertahankan posisinya yang dengan rtegas menolak zona transisi dimana pun di Jerman. Merkel kembali diuji sejauh mana ia akan berperan sebagai penengah dan pembangun konsensus.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home