Militan Islam Serang Gereja dan Sinagoga di Dagestan, Rusia, 21 Tewas
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Jumlah korban tewas dalam serangan yang dilakukan militan Islam di wilayah selatan Rusia, Dagestan, meningkat menjadi 21 orang setelah seorang petugas polisi yang terluka meninggal di rumah sakit, kata para pejabat Selasa (25/6).
Serangan pada hari Minggu (23/6), di mana militan menyerang rumah ibadah Kristen dan Yahudi dan menembaki polisi di kota Derbent dan Makhachkala di wilayah mayoritas Muslim di Kaukasus Utara, adalah yang paling mematikan di Rusia sejak bulan Maret, ketika orang-orang bersenjata melepaskan tembakan di sebuah konser di pinggiran kota Moskow, Rusia, menewaskan 145 orang.
Sebuah afiliasi dari kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Afghanistan, yang mengaku bertanggung jawab atas serangan pada bulan Maret, dengan cepat memuji serangan di Dagestan, dengan mengatakan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh “saudara-saudara di Kaukasus yang menunjukkan bahwa mereka masih kuat.”
Komite Investigasi, badan investigasi kriminal utama negara Rusia, mengatakan kelima penyerang tewas.
Mavsum Ragimov, kepala wilayah Derbent, mengatakan pada hari Selasa (25/6) bahwa seorang sersan polisi meninggal karena luka-lukanya di rumah sakit, sehingga jumlah korban menjadi 21, 16 di antara mereka adalah polisi.
Otoritas medis di Dagestan mengatakan pada hari Senin (24/6) bahwa sedikitnya 46 orang terluka, 13 di antara mereka adalah polisi.
Di antara korban tewas adalah Pendeta Nikolai Kotelnikov, seorang pendeta Gereja Ortodoks Rusia berusia 66 tahun di sebuah gereja di Derbent. Serangan itu terjadi ketika umat Kristen Ortodoks merayakan Pentakosta, yang juga dikenal sebagai Minggu Tritunggal.
Pada awal tahun 2000-an, hampir setiap hari terjadi serangan terhadap polisi dan pihak berwenang di Dagestan yang diduga dilakukan oleh ekstremis militan Islam. Setelah munculnya kelompok ISIS, banyak penduduk di wilayah tersebut yang bergabung dengan kelompok tersebut di Suriah dan Irak.
Kekerasan di Dagestan telah mereda dalam beberapa tahun terakhir, namun sebagai tanda bahwa sentimen ekstremis masih tinggi di wilayah tersebut, massa melakukan kerusuhan di sebuah bandara di sana pada bulan Oktober, menargetkan penerbangan dari Israel. Lebih dari 20 orang terluka – tidak satupun dari mereka adalah warga Israel – ketika ratusan pria, beberapa membawa spanduk dengan slogan antisemit, bergegas ke landasan, mengejar penumpang dan melemparkan batu ke arah polisi. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Pidato Penerima Nobel Perdamaian: Korban Mengenang Kengerian...
OSLO, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria Jepang berusia 92 tahun yang selamat dari pengeboman atom Amerika...