Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 08:45 WIB | Selasa, 16 Juni 2020

Militer : 36 Demonstran Di Lebanon Ditangkap

Tentara Libanon dikerahkan menghadapi penyebaran kerusuhan selama bentrokan dengan demonstran anti-pemerintah di kota pelabuhan, Tripoli, pada Sabtu (13/6/2020). (Foto: AFP)

BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Militer Lebanon mengatakan telah menangkap puluhan tersangka "perusakan", setelah berhari-hari protes dipicu oleh nilai mata uang lokal yang jatuh di tengah krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa negara itu.

Ratusan pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan pada akhir pekan di seluruh negara Mediterania itu, setelah berhari-hari demonstrasi bangkit melawan kelas penguasa yang dianggap korup dan tak mampu menangani krisis yang meningkat.

"Jumlah total penangkapan yang dilakukan oleh intelijen militer antara 11 dan 15 Juni di berbagai wilayah Lebanon adalah 36 orang, karena tindakan vandalisme", merusak properti publik dan pribadi dan menyerang pasukan keamanan, kata pernyataan militer.

Kantor Berita Nasional resmi, NNA, melaporkan bahwa tentara telah melancarkan serangkaian serangan di pelabuhan Tripoli di utara.

Selama tiga malam, para pemuda menyerang bank dan toko-toko dan melemparkan batu ke pasukan keamanan di Tripoli yang merespons dengan peluru karet dan gas air mata. Layanan medis melaporkan lusinan yang terluka.

Mereka marah oleh penurunan tajam dalam pound Lebanon, harga makanan yang naik tajam dan apa yang mereka anggap sebagai kegagalan pemerintah untuk memerintah dalam keruntuhan ekonomi negara itu.

Ketenangan relatif kembali pada Minggu malam, dengan pengunjukrasa menggelar unjuk rasa damai di ibu kota Beirut, sementara belasan orang berbaris ke laangan di Tripoli.

Perintah Tindak Tegas

Pengumuman penangkapan tentara itu dilakukan setelah Presiden Lebanon, Michel Aoun, pada hari Senin (15/6) ketika membahas protes dengan badan keamanan utama negara itu termasuk para menteri dan pejabat militer. "Tindakan vandalisme semacam itu tidak akan diizinkan setelah hari ini," kata Aoun setelah pertemuan Dewan Pertahanan Tinggi.

Aoun menyerukan "gelombang penangkapan, termasuk dari mereka yang merencanakan dan melakukan" tindakan seperti itu dan memerintahkan pihak berwenang untuk meningkatkan operasi "preemptif" untuk mencegah kekerasan lebih lanjut, kata sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, juga mengecam tindakan yang disebutnya "sabotase" yang dilakukan oleh "penjahat" di Beirut dan Tripoli. "Preman tidak memiliki motif lain selain vandalisme, dan mereka harus dijebloskan ke penjara, titik," kata pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.

Pada hari Sabtu di Tripoli, pengunjuk rasa memblokir truk yang diduga menyelundupkan produk makanan ke Suriah. Tetapi Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan pihaknya telah mengirim konvoi 39 truk yang membawa bantuan makanan menuju negara yang dilanda perang. Orang-orang yang memblokir jalan terhadap "truk-truk yang membawa makanan pokok atas nama badan-badan internasional" termasuk di antara mereka yang ditangkap, kata militer Senin.

Reformasi Ekonomi

Gelombang demonstrasi terbaru datang hampir delapan bulan setelah dimulainya gerakan protes massa atas ekonomi Lebanon yang hancur dan korupsi.

Pound Lebanon berada pada posisi terendah baru pada hari Kamis, mencapai 5.000 terhadap dolar AS untuk pertama kalinya.

Keesokan harinya, pihak berwenang berjanji untuk menggelontorkan dolar ke pasar untuk membatasi kekalahan. Seorang penukar uang Beirut mengatakan pada hari Senin bahwa dolar dijual hingga 4.400 pound.

Diab pada hari Senin menyerukan penyelidikan atas devaluasi cepat pound Lebanon, menyebut fluktuasi sebagai tindakan "sengaja" yang dilakukan oleh manipulator mata uang.

Krisis ekonomi Lebanon telah menyebabkan melonjaknya pengangguran, lebih dari sepertiga tenaga kerja, dan pada bulan Maret negara tersebut gagal membayar utangnya untuk pertama kalinya.

Pemerintah telah menyusun paket reformasi untuk meluncurkan kembali perekonomian dan sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk mengakses bantuan keuangan yang sangat dibutuhkan.

Inflasi diperkirakan akan mencapai 50 persen tahun ini, di negara di mana 45 persen penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Ekonomi Lebanon telah terpukul keras oleh perang bertahun-tahun di negara tetangganya, Suriah. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home