Militer Myanmar Klaim Didukung 40 Juta, Dicemooh Demonstran
Penentang kudeta juga tidak percaya pemilu dan penyerahan kekuasaan yang dijanjikan militer.
YANGON, SATUHARAPAN.COM-Para penentang kudeta militer Myanmar, termasuk selebriti, aktivis senior dan mahasiswa, menolak pernyataan militer bahwa ada dukungan publik untuk menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, dan mereka berjanji kampanye mereka tidak akan habis.
Para pengunjuk rasa sangat skeptis dengan jaminan junta, yang diberikan pada konferensi pers pada hari Selasa (16/2), bahwa akan ada pemilihan yang adil, dan akan menyerahkan kekuasaan, bahkan ketika polisi mengajukan tuntutan tambahan terhadap Suu Kyi.
Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian, ditahan sejak kudeta 1 Februari, sekarang menghadapi tuduhan melanggar Undang-undang Penanggulangan Bencana Alam, serta tuduhan secara ilegal mengimpor enam radio walkie talkie. Pada sidang melalui konferensi video pada hari Selasa, sidang berikutnya ditetapkan pada 1 Maret.
“Kami menunjukkan di sini bahwa kami tidak termasuk dalam 40 juta yang mereka umumkan,” kata Sithu Maung, anggota terpilih dari Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi mengatakan kepada massa yang bersorak-sorai di Sule Pagoda, sebuah lokasi protes utama di kota utama Yangon, hari Rabu (17/2). Dia merujuk klaim militer didukung 40 juta warga.
Klaim Militer
Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, juru bicara dewan yang berkuasa, mengatakan pada konferensi pers hari Selasa bahwa 40 juta dari 53 juta penduduk mendukung tindakan militer, yang menurutnya sejalan dengan konstitusi. Tentara menuduh ada kecurangan dalam pemilu 8 November yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi yang diharapkan dapat membuka jalan bagi reformasi demokrasi.
"Apa yang mereka katakan sama sekali tidak benar... Mereka mengatakan ada penipuan suara, tapi lihat orang-orang di sini," kata Khin, seorang demonstran. Dia mencemooh pernyataan militer.
Kudeta yang menyulitkan transisi menuju demokrasi di Myanmar dan memicu demonstrasi setiap hari sejak 6 Februari, beberapa dihadiri ratusan ribu orang.
Pengambilalihan tersebut juga menuai kecaman keras dari Barat, dengan kemarahan baru dari Washington dan London atas dakwaan tambahan terhadap Suu Kyi. Meskipun China telah mengambil tindakan yang lebih lunak, duta besarnya di Myanmar pada hari Selasa menepis tuduhan bahwa mereka mendukung kudeta tersebut.
Pelapor Khusus PBB, Tom Andrews, mengatakan dia takut akan kemungkinan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa dan membuat seruan mendesak ke negara mana pun yang memiliki pengaruh atas para jenderal, dan bisnis, untuk menekan mereka agar menghindarinya.
Zaw Min Tun mengatakan pada konferensi pers pertama sejak kudeta, militer memberikan jaminan bahwa pemilihan akan diadakan dan kekuasaan diserahkan kepada pemenang. Dia tidak memberikan kerangka waktu, tetapi mengatakan tentara tidak akan berkuasa lama. (Reuters)
Lamanya pemerintahan militer terakhir berlangsung hampir setengah abad sebelum reformasi demokrasi dimulai pada tahun 2011. Dan Suu Kyi, 75 tahun, menghabiskan hampir 15 tahun dalam tahanan rumah atas upayanya untuk mengakhiri kekuasaan militer. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...