Mitos Makanan Membuat Perempuan Indonesia Kekurangan Gizi
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Apakah mengkonsumsi sayap ayam bisa mengurangi peluang bertemu suami, atau nanas merusak kesuburan? Tidak sedikit kaum perempuan muda Indonesia yang percaya tahayul makanan semacam itu. Celakanya menurut pemerintah kepercayaan tersebut memperparah fenomena malnutrisi di kalangan perempuan.
Saat ini Indonesia termasuk negara dengan tingkat malnutrisi paling tinggi di dunia, menurut UNICEF.
Dua dari lima perempuan muda di Indonesia, mengalami kekurangan gizi. Hal ini terutama mengkhawatirkan lantaran banyak perempuan yang menikah dini dan hamil saat usia muda.
Pakar nutrisi mengklaim, tidak sedikit perempuan yang enggan mengkonsumsi protein, sayur-sayuran atau buah-buahan, dan sebaliknya lebih suka memakan nasi atau makanan ringan yang mengandung gula dalam jumlah besar.
"Perempuan Indonesia cenderung tertinggal soal nutrisi," kata Kecia Bertermann dari Girl Effect, organisasi nirlaba yang menggunakan internet untuk memberdayakan perempuan.
"Mereka tidak mengerti pentingnya kesehatan pribadi, atau bagaimana gizi berpengaruh pada prestasi di sekolah, di pekerjaan atau untuk masa depan mereka," katanya.
Salah satu mitos yang banyak dipercaya adalah bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran kandungan pada perempuan.
Studi yang digalang Girl Effect mendapati perempuan di kawasan urban, jarang menyarap pada pagi hari dan mengkonsumsi "makanan tak bergizi" sepanjang hari.
Celakanya kebanyakan meyakini pola makan semacam itu cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Untuk meningkatkan asupan gizi pada kaum perempuan, Girl Effect meluncurkan aplikasi ponsel yang mencoba membangkitkan kesadaran makanan sehat lewat konten interaktif.
Jika berhasil, aplikasi yang saat ini baru diluncurkan di Indonesia itu akan diujicoba di Filipina dan Nigeria.
Sejumlah pakar mengatakan, Indonesia menghadapi "beban ganda malnutrisi" menyusul tingginya angka penduduk yang mengalami gejala kekerdilan dan kegemukan.
Marion Roche, pakar kesehatan remaja di Nutrition International, mengatakan minimnya pengetahuan gizi di kalangan perempuan mengejutkan, terutama jika mengingat tingkat gizi balita yang banyak membaik.
"Remaja perempuan tidak mengerti apa itu kesehatan. Kesehatan dipahami dengan tidak adanya penyakit," katanya.
"Kita harus memberikan mereka pengetahuan tentang bagaimana membuat pilihan yang sehat." (dw.com)
Editor : Sotyati
Tanda-tanda Kelelahan dan Stres di Tempat Kerja
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Stres berkepanjangan sering kali didapati di tempat kerja yang menyebabka...