Loading...
RELIGI
Penulis: Dewasasri M Wardani 15:46 WIB | Selasa, 11 Agustus 2015

Modul Pembelajaran Islam Damai untuk Tangkal Radikalisme

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin (Foto: Antaranews/Muhammad Adimaja)

BEKASI, SATUHARAPAN.COM – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meresmikan modul pembelajaran Islam damai untuk siswa sekolah umum yang terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK.

“Modul ini modul pelatihan agar bagaimana nanti guru-guru Pendidikan Agama Islam (PAI) mempunyai paradigma yang sama terkait substansi materi ajar dan metodologi penyampaiannya,” kata politikus Partai Persatuan Pembangunan ini di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (11/8).

Lukman mengatakan pembuatan modul ini merupakan cara untuk merespons kebutuhan akan keluaran pendidikan yang bersifat Islam damai.

Modul, kata Lukman, juga dapat menjadi cara pemerintah untuk menanggulangi potensi ajaran kekerasan atau radikalisme di lingkungan institusi pendidikan, seperti di sekolah umum.

Menurut Lukman, modul ini dibuat oleh guru-guru agama pilihan. Lewat modul itu akan diajarkan tentang Islam yang bersifat rahmat untuk alam semesta (rahmatan lil alamin).

Di sekolah umum, masih kata Menag, terdapat sedikitnya 47 juta anak Indonesia yang belajar agama Islam di sekolah. Lewat modul ini mereka mendapatkan materi tentang Islam yang menghargai perbedaan, damai dan toleran.

Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI) Amin Haedari mengatakan Kemenag telah melakukan proyek percontohan untuk modul pembelajaran Islam ini di empat provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara.

 “Kalau di Jabar itu dipilih karena semangat pertumbuhan mempelajari Islamnya tinggi sekali, Jateng terdapat banyak kekerasan. Sedangkan di Sumut, pemeluk Islam dibanding agama lainnya fifty-fifty dan di Sulut karena Islam di sana minoritas,” tutur Amin.

Terdapat sejumlah guru yang telah disiapkan untuk menerapkan modul pembelajaran Islam damai.

Sebelumnya, guru-guru ini dikirim ke Religious Education, Oxford University, Inggris. Dari Oxford ini, kata dia, mereka mendapatkan cara untuk mendidik pelajaran agama dengan cara menyenangkan, interaktif dan berlangsung secara dua arah.

Setelah itu, metode pembelajaran itu diadopsi sesuai kebutuhan lapangan di Indonesia.

Lewat adopsi metode pembelajaran itu, materi tidak disampaikan satu arah, tetapi interaktif sehingga pembelajaran membekas dengan baik di kalangan siswa didik. (Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home