Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 11:08 WIB | Jumat, 25 November 2022

Musim Panas Terpanas 2022 di Eropa Menewaskan 20.000 Orang

Seorang perempuan mendinginkan diri di air mancur di Marseille, Prancis saat gelombang panas melanda sebagian besar negara. (Foto: dok.Reuters)

SATUHARAPAN.COM-Musim panas terpanas di Eropa dalam catatan kemungkinan besar mengakibatkan lebih dari 20.000 tambahan kematian di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris, menurut data resmi.

Tambahan kematian, perbedaan antara jumlah total kematian pada musim panas 2022 dan rata-rata historis, meningkat secara khusus selama tiga gelombang panas hebat yang melanda Eropa Barat antara Juni dan Agustus.

Panas yang ekstrim berbahaya bagi kesehatan manusia karena memperburuk setiap kondisi medis yang ada dan dapat menyebabkan serangan panas pada populasi yang rentan seperti anak-anak, orang tua dan mereka yang melakukan pekerjaan fisik di luar.

Eropa mengalami musim panas terpanas dalam rekor untuk tahun kedua berturut-turut pada tahun 2022, menurut badan pengamatan Bumi UE, Copernicus.

Perubahan iklim membuat gelombang panas yang melanda Inggris pada bulan Juni setidaknya 10 kali lebih mungkin terjadi, menurut World Weather Attribution, sekelompok ilmuwan yang melakukan analisis cepat tentang bagaimana pemanasan planet mempengaruhi peristiwa cuaca ekstrem.

Rekor panas Inggris baru tercatat 40,3C (104,5F) ditetapkan pada 19 Juli dan dipecahkan oleh 1,6C lebih panas dari rekor tertinggi sebelumnya yang ditetapkan pada tahun 2019. Empat puluh enam stasiun cuaca Inggris mencatat rekor tertinggi baru pada bulan itu.

“Gelombang panas adalah salah satu ancaman terbesar yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, kata Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Institut Perubahan Iklim dan Lingkungan Grantham di London. “Suhu tinggi bertanggung jawab atas ribuan kematian di seluruh dunia setiap tahun, banyak di antara mereka tidak dilaporkan.

Inggris dan Wales menderita 3.271 kematian tabahan antara 1 Juni dan 7 September, menurut laporan Kantor Statistik Nasional (ONS). Laporan itu mengecualikan kematian akibat virus corona dan mencatat bahwa jumlah kematian lebih tinggi pada hari-hari yang lebih panas.

Lebih dari 10.400 orang meninggal di Prancis selama bulan-bulan musim panas, menurut data yang dirilis pada hari Rabu (23/11) oleh badan pemerintah Santé Publique France. Satu dari setiap empat kematian itu terjadi selama gelombang panas, kata laporan Prancis itu, dan kematian tambahan 20 persen lebih tinggi di daerah di bawah peringatan merah untuk suhu ekstrem.

Di Spanyol, lebih dari 4.600 kematian antara Juni dan Agustus disebabkan oleh panas, menurut Instituto de Salud Carlos III, yang melakukan penelitian kesehatan. Di Jerman, sekitar 4.500 meninggal selama bulan-bulan musim panas karena suhu ekstrem, menurut perkiraan lembaga pemerintah Robert Koch Institute.

“Gelombang panas menjadi lebih sering dan intens saat dunia menghangat, jadi kita dapat memperkirakan gelombang panas yang lebih banyak dan lebih panas di masa depan,” kata Eunice Lo, seorang peneliti perubahan iklim dan kesehatan di University of Bristol. “Gelombang panas yang diamati telah dibuat lebih mungkin terjadi atau lebih intens karena emisi gas rumah kaca dari manusia. (Bloomberg)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home