Muslim Suriah di Irlandia Sambut Idul Adha, Prihatin Perang
PORTLAOISE, SATUHARAPAN.COM – Umat Muslim asal Suriah yang tinggal di Portaloise, Irlandia menghabiskan hari raya Idul Adha dengan mengingat orang yang mereka cintai di tanah air mereka saat ini dalam keadaan menderita yakni dilanda perang.
Seperti diberitakan Irish Times hari Minggu (11/9), menurut penuturan warga Suriah, Noureldin Abdelgawwad dalam sebuah pertemuan, dia meminta orang-orang di acara tersebut untuk tetap berdoa. “Mari kita berdoa untuk semua orang di dunia yang membutuhkan dan yang menderita," kata Abdelgawwad.
Dalam pertemuan itu sebanyak 55 orang dewasa dan sejumlah anak-anak asal Suriah yang tinggal di Portlaoise membicarakan tentang kondisi di negara mereka, dan warga Suriah yang hidup di kamp-kamp pengungsian di beberapa negara Eropa, terlebih sesama warga Suriah yang tidak mampu meninggalkan Suriah. “Berdoa bagi mereka yang hanya ingin kedamaian dan yang membayar dengan nyawa mereka,” kata Abdelgawwad.
Idul Adha, yang dikenal sebagai Hari Raya Kurban, merupakan salah satu perayaan suci dalam kalender Islam.
Perayaan tersebut memperingati kesediaan nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya kepada Tuhan. Perayaan ini juga menandai akhir ibadah haji sebagai rukun kelima umat Islam.
Pekerja amal, Carmel McInerney, yang telah mengunjungi kamp-kamp pengungsi Suriah di Yunani dan menghadiri acara di pusat paroki di Portlaoise, mengatakan imigran asal Timur Tengah yang ada di Eropa layaknya berada di “kamp konsentrasi”.
Kamp Konsentrasi – dalam catatan Wikipedia – merupakan istilah yang digunakan dalam Perang Dunia II oleh tentara Nazi sebagai tempat untuk melakukan genosida terhadap etnis Yahudi. “Saya menyebut mereka tinggal di kamp konsentrasi. Mereka berada di tempat yang seperti neraka,” kata McInerney.
Pada kesempatan yang sama kepala keluarga asal Suriah, Radwan Abouhajar menceritakan dia dan keluarganya adalah salah satu dari 14 keluarga pengungsi Suriah yang sekarang tinggal di Portlaoise.
Mereka melarikan diri dari Suriah utara dua tahun lalu dan harus meninggalkan orangtua Abouhajar di Suriah. “Anak-anak kami mengalami perlakuan baik di Laois," kata Abouhajar.
“Mereka berbicara bahasa Inggris dan pergi ke sekolah dengan anak-anak Irlandia. Mereka memberi kita harapan,” kata dia.
Sementara itu dua anak, Noor dan Farah menceritakan kondisi dan aktivitas sosial yang mereka jalani saat ini. Noor, yang berusia sepuluh tahun, mengatakan senang tinggal di Laois.
“Saya pergi ke sekolah sekarang dan saya memiliki pelajaran favorit di sekolah yakni ilmu pengetahuan. Saya bercita-cita ingin menjadi guru, tetapi satu-satunya hal yang tidak saya suka adalah cuaca,” kata Noor.
Sementara itu Farah yang berusia sembilan tahun setuju dengan Noor tentang cuaca Irlandia, tetapi mengatakan dia sekarang memiliki banyak teman di Irlandia.
Sementara itu kepala Komite Suriah Irlandia, Kamal Abouhajar mengatakan dia telah tinggal di Irlandia selama 21 tahun. “Hal ini sangat benar bahwa apa yang mereka katakan tentang Irlandia, negara ini adalah negara dengan orang yang paling ramah di dunia. Hal ini tentu adalah yang kita butuhkan,” kata Kamal Abouhajar. (irishtimes.com)
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
Kamala Harris Akui Kekalahan Dalam Pilpres AS, Tetapi Berjan...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menyampaikan pidato pe...