Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 11:23 WIB | Jumat, 26 Desember 2014

Natal di Antara Pengungsi Korban NIIS

Anak-anak dengan lilin dalam ibadah Natal di kota Ankawa, Irak bagian utara. (Foto dari Ankawa.com)

BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM - Setelah setahun Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) menjalankan pembersihkan minoritas Kristen dari kekhalifahan yang mereka deklarasikan di Irak dan Suriah, warga Kristen di wilayah itu merayakan Natal dalam kepedihan.

"Bicara Natal dan acara-acara Kristen dilarang di bawah (aturan) NIIS," kata Sulaiman Youssef, seorang peneliti Suriah tentang kelompok minoritas.

"Kelompok ini telah hancur, dibakar dan dijarah semua gereja mereka, dan mereka dilarang  menampilan iman Kristen. Mereka juga memaksa mereka mengenakan jilbab dan pakaian Islam bagi perempuan Kristen, dan membunuh beberapa orang Kristen karena menolak untuk mematuhi perintah mereka, " katanya seperti dikutip Al Arabiya

Dihadapkan pada pilihan untuk membayar pajak, masuk Islam atau melarikan diri, hampir tidak ada orang Kristen sekarang yang tinggal di daerah yang dikendalikan NIIS di Suriah, kata Youssef.

Ketika NIIS pertama naik berkuasa di kota-kota Suriah, seperti  Raqqa, Tabaqa dan Deir al-Zour,  gereja dihancurkan atau digunakan untuk keperluan militan.

Militan NIIS juga merampok barang-barang milik orang Kristen dan menyita rumah mereka, harta dan toko-toko mereka.

Karena kebanyakan orang Kristen, termasuk Kristen Armenia, Assyria dan Syriac,  yang tinggal di daerah yang dikendalikan NIIS telah melarikan diri, kehidupan di sanasangat sedikit. Situasinya tetap mirip dengan "pemakaman yang sudah mati," kata Youssef.

"Mereka yang tetap tinggal adalah beberapa keluarga lansia yang tidak bisa meninggalkan dan dipaksa untuk membayar jizyah (pajak) kepada NIIS... Kita tidak bisa berhubungan dengan orang-orang ini karena jaringan dimatikan," tambahnya.

Natal di Baghdad

Pastor Maysar Bahnam, yang memimpin jemaat sekitar 400 orang di Mar, senuha Gereja Katolik Korkis, Baghdad, mengatakan bahwa perayaan tahun ini akan terbatas pada layanan misa dan liturgi tradisional, dan akan sangat terbatas di gereja.

"Situasi di kota kami sangat sulit ... Kami tidak bisa berbuat apa-apa di luar gereja," katanya.

Setelah melihat efek dari aturan NIIS di Suriah, sedikit orang-orang Kristen yang masih tinggal di daerah yang dikendalikan NIIS di Irak, kata Bahnam. "Sekarang, semua orang Kristen tinggal di Kurdistan... jadi tidak ada seorang pun di daerah yang dikontrol NIIS.’’

Youssef mengatakan komentar Bahnam pada situasi yang lebih buruk di Irak.  "Di Irak, terjadi hal yang lebih buruk dan lebih mengerikan daripada di Suriah, seperti NIIS telah melakukan operasi pembersihan etnis dan agama yang mempengaruhi lebih dari 250.000 orang Kristen di Provinsi Nineveh, yang mereka kontrol."

Natal di Beirut

Michel Kassarji, Uskup Gereka Khaldean Beirut, mengatakan gerejanya berjuang untuk memenuhi kebutuhan bagi 1.800 keluarga Kristen pengungsi. Jumlah mereka bertambah  25 orang setiap pekan, dan di bawah perawatannya.

"Ini sangat sulit... Sebagai gereja, kami melakukan segalanya untuk membuat orang-orang di sini senang, dan kami mencoba untuk membantu mereka dengan makanan dan menempatkan anak-anak di sekolah,’’ kata Kassarji.

Namun demikian, gereja masih memiliki berbagai acara keagamaan pada Natal ini, yang juga dihadiri warga Kristen dari kedua negara, Irak dan Suriah.

Pada hari Natal "kami melakukantiga atau emapt ibadah, dan setiap hari kami memberikan hadiah untuk anak-anak," tambahnya.

Walaupun populasi Lebanon sekitar lima juta jiwa, ada lebih dari 1,3 juta pengungsi Suriah yang terdaftar di Lebanon pada awal tahun depan, menurut badan pengungsi PBB. Pengungsi asal Irak membuat peningkatan yang signifikan sejak NIIS menguasai kota terbesar kedua Irak, Mosul pada bulan Juni.

Yang Tersisa Yang Dimiliki

Canon Andrew White, pendeta yang dijuluki sebagai vikaris Baghdad, dari Gereja Anglikan di Irak, menulis pada akun Facebooknya bahwa banyak orang  Kristen yang telah meninggalkan negara itu. Dia menyebutkan, meskipun menghadapi kesulitan, orang Kristen Irak terus bertahan dengan iman mereka.

"Aku tidak akan pernah melupakan hari di Baghdad ketika kami menerima beberapa pengunjung. Mereka datang untuk melihat apakah yang sebenarnya terjadi pada orang-orang Kristen di Irak. Mereka sangat terkejut dengan betapa bahagianya ribuan orang berada di jemaat kami.

"Bagaimana kau bisa begitu bahagia ketika Anda dikelilingi  bom bunuh diri, roket dan mortir, serta kekerasan?" Salah satu anak muda kita menjawab pernyataan dan mengatakan, "Anda lihat ketika Anda telah kehilangan segalanya, Yesus adalah semua yang tersisa yang Anda miliki.’’ (ankawa.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home