Loading...
DUNIA
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 19:32 WIB | Rabu, 23 Desember 2015

Natal di Pakistan: Sukacita, Kebersamaan dan Ketakutan Jadi Satu

Beberapa anak muda sedang membuat gua tempat kelahiran Yesus di Essa Nagri, Karachi Pakistan. (Foto: Zahid Hussain)

KARACHI, SATUHARAPAN.COM – Noman, Haroon, Samuel dan Aftab sedang mempersiapkan gua Natal tempat lahir Yesus di jalan gelap desa Essa Nagri, yang merupakan salah satu permukiman Kristen terbesar di Karachi.

Meski kekurangan daya listrik, anak-anak masih semangat bekerja untuk menyelesaikan tugas mereka sebelum fajar.

“Kami sudah melakukan ini selama bertahun-tahun,” kata Aftab, sambil menggigit telepon selularnya dan memanfaatkan cahayanya untuk mengikat tali.

“Kami menggunakan uang saku kami untuk membeli apa yang dibutuhkan untuk membuat gua Natal sederhana dan menghiasinya dengan lampu. “Pada pagi hari, palungan tersebut akan siap,” kata Aftab kepada ucanews.com.

Di dekatnya, gua lain telah selesai dibuat yang dikenal sebagai “Kota Yesus” sementara itu ada anak laki-laki mengenakan baju Santa Claus yang menjelaskan bahwa Natal membawa sukacita.

Waktunya Kebersamaan

Lingkungan dengan penghasilan rendah, yang membentang lebih dari 10 hektar ini mencerminkan kerukunan antariman.

Sementara itu sebagian besar penduduk beragama Kristen dan beberapa Muslim hidup berdampingan dengan toko, warung teh dan bisnis yang mereka jalankan di wilayah tersebut.

Muhammad Nawaz, seorang pemilik salon, mengatakan ia telah melakukan bisnisnya di Essa Nagri lebih dari satu dekade tanpa masalah. "Semua pekerja saya bergabung di perayaan Kristen, misalnya dalam acara pemotongan Kue Natal," jelasnya.

Rumah bagi populasi Kristen terbesar di Karachi, Essa Nagri diperkirakan memiliki populasi 45.000 orang, meskipun beberapa pemimpin lokal mengatakan bahwa jumlahnya bisa lebih dari 200.000 orang.

Essa Nagri awalnya dihuni oleh sekelompok kecil orang Kristen Punjab yang datang ke Karachi untuk mencari pekerjaan pada tahun 1960, Essa Nagri kini menjadi tempat tinggal utama bagi masyarakat minoritas.

Mereka dilindungi oleh dinding batas yang didirikan pada tahun 2012 setelah serangkaian pembunuhan memicu kekhawatiran bentrokan komunal antara Kristen dan Muslim. Jalan-jalan sempit tersebut berjajar dengan toko-toko kecil, buah dan sayuran vendor dan gereja-gereja kecil.

Meskipun kebutuhan dasar masih kurang, Essa Nagri menjadi ramai setiap bulan Desember dan hampir setiap rumah memiliki pohon Natal yang dihias secara tradisional.

Johnson Gill (40), telah menjual barang-barang Natal selama dua dekade dan tokonya yang berlokasi di tengah-tengah wilayah tersebut semakin berkembang.

"Desember adalah bulan terbaik sepanjang tahun terutama karena penjualan aksesoris Natal," kata Gill menjelaskan sambil melayani pelanggan.

"Meskipun penjualan kami sehari-hari telah meningkat secara signifikan sejak awal Desember, kami tidak akan punya waktu bahkan untuk menggaruk kepala kita sendiri setelah tanggal 20 Desember ketika orang mulai menerima gaji bulanan mereka," katanya.

Natal Dibayangi oleh Ancaman Terorisme

Gill menolak kekhawatiran setiap ancaman di Essa Nagri. "Kami aman. Tidak ada insiden besar terorisme yang pernah terjadi di sini," tegasnya.

Namun demikian, penjaga dan polisi akan dikerahkan di hari Natal sebagai langkah-langkah keamanan pencegahan, katanya.

Stephen Masih tidak begitu yakin. "Keadaan tidak seperti dulu lagi. Orang-orang tidak lagi merasa aman karena hukum dan ketertiban situasi keseluruhan di negara ini."

Orang Kristen juga "menanggung beban perang Pakistan melawan terorisme. Pada bulan Maret tahun ini, dua gereja Katolik di Lahore diserang dan banyak orang kehilangan nyawa mereka," kenangnya, menambahkan bahwa banyak protes yang diadakan di Essa Nagri untuk mengungkapkan solidaritas dengan korban Lahore.

"Setiap kali orang Kristen dituduh terlibat dalam serangan teror yang terjadi, entah bagaimana ini mempengaruhi kita semua. Banyak orang yang mampu pergi ke luar negeri untuk mencari suaka sementara mereka yang tidak mampu mencoba untuk terus diam," kata Stephan , seorang pekerja pemerintah, menyesalkan.

"Di masa lalu, orang-orang akan keluar dan menyanyikan lagu-lagu mulai tanggal 1 Desember, tapi sekarang kegiatan tersebut baru dimulai dari pertengahan Desember," katanya.

Sementara itu, kantor berita yang dikelola negara APP mengutip Sardar Muhammad Yousaf, Menteri Keberagaman dan Departemen Agama, mengatakan bahwa pihaknya telah mulai mendistribusikan dana dan hadiah antara komunitas Kristen.

"Pada kesempatan yang membahagiakan ini kita harus mengikuti filosofi Yesus Kristus berdasarkan cinta, persaudaraan, perdamaian dan harmoni untuk menangani isu-isu seperti terorisme dan ekstremisme," kata dia.

Menteri mengatakan kepada media bahwa instruksi telah diberikan untuk memberikan pekerja Kristen gaji mereka sebelum Natal sehingga mereka bisa berpartisipasi penuh dalam perayaan Natal.

 

 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home