Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 09:46 WIB | Jumat, 20 November 2015

NIIS Gunakan Warga Sipil Sebagai Perisai Hidup

Warga Suriah yang melarikan diri dari negara mereka akibat perang. Mereka yang tidak bisa keluar sekarang dalam ketakutan dijadikan perisai hidup oleh NIIS yang tengah menghadapi serangan udara Prancis dan Rusia. (Foto: dari un.org)

SURIAH, SATUHARAPAN.COM – Militan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) di wilayah Raqqa, Suriah, banyak yang berlindung di lingkungan warga sipil, dan mereka menghalangi penduduk meninggalkan kota itu, kata mantan penduduk kota itu.

Hal ini merupakan usaha mereka mempertahanan kota Raqqa, yang selama ini menjadi ibu kota NIIS, dari serangan udara yang makin intensif oleh koalisi internasional ke wilayah Suriah.

Rusia melancarkan serangan udara sejak bulan lalu, dan Prancis menyerang Raqqa setelah serangan teroris di beberapa tempat di Paris. Diperkirakan sekitar 350.000 orang tinggal di kota itu, yang terletak di wilayah Suriah bagian utara. Sekarang mereka dicekam rasa takut dan bingung, di tengah pertempuran yang makin gencar tiap hari.

Mereka juga khawatir akan terjebak di tengah pertempuran dengan adanya tanda-tanda invasi darat oleh militer Amerika Serikat dan pasukan sekutunya, Kurdi dan Arab di Suriah, seperti dikatakan mantan warga kota itu yang melarikan diri ke Turki dan sekarang melaporkan peristiwa di Raqqa melalui relasi dan aktivis lain, seperti dikutip Al Ahram.

Mengepung Raqqa

Selama berbulan-bulan, pasukan anti NIIS telah bergerak maju secara bertahap menuju Raqqa dengan dukungan dari serangan udara pimpinan Amerika Serikat. Mereka menguasai beberapa kota di utara dan timur kota yang dikuasai NIIS.

Setelah NIIS mengaku bertanggung jawab atas pembantaian pada hari Jumat di Paris yang menewaskan sedikitnya 129 orang, ada seruan untuk serangan yang lebih gencar di Suriah.

Para pejabat intelijen Irak pekan ini mengatakan kepada The Associated Press bahwa mereka merencanakan operasi di Raqqa, di mana para penyerang telah dilatih khusus untuk operasi ini dengan tujuan menangkap tersangka dan membawa ke Prancis. NIIS juga mengklaim bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Rusia di Mesir dan pemboman bunuh diri mematikan di Lebanon dan Turki.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, pada hari Selasa (17/11) menyarankan agar serangan ke Raqqa menjadi fokus baru.

"Saya rasa bahwa semua orang mengerti bahwa dengan serangan di Lebanon, apa yang terjadi di Mesir, dan Ankara, Turki, dengan serangan di Paris, kita harus meningkatkan upaya kita untuk memukul mereka pada intinya di mana mereka merencanakan serangan itu," katanya setelah pertemuan dengan Presiden Prancis, Francois Hollande.

Pertahanan NIIS

Namun diberitakan bahwa kelompok ekstremis berusaha membangun pertahanan untuk membuat setiap serangan menjadi lebih suluit. Kota Raqqa yang telah mereka kuasai sejak awal 2014, terletak di persimpangan Sungai Efrat dari rute utama dan dari segala arah.

Sebagian besar wilayah itu meliputi daerah pertanian dengan jaringan saling silang kanal dan sungai. NIIS edikabarkan berusaha untuk menggali pertahanan itu lebih dalam. Sementara pasukan dari koalisi Kurdi-Arab (dikenal sebagai Pasukan Demokratik Suriah) yang didukung AS yang berada di wilayah terdekat, sekitar 50 kilometer (30 mil) di utara di kota Ein Issa.

Abdelhamid Abaaoud, perancang serangan di beberapa tempat di Paris, Prancis, hari Jumat (13/11). Sebelumnya, warga Belgia keturunan Maroko ini, bergabung dengan NIIS di Surian. (Foto; dari The Guardian)

 

Perisai Hidup

Para aktivis Raqqa juga mengatakan bahwa para jihadis telah meningkatkan pertahanan kota itu sejak akhir Oktober. Itu respons setelah Pasukan Demokratik melancarkan serangan mereka dan bersumpah untuk merebut kembali kota itu.

Tidak lama kemudian, NIIS melarang warga meninggalkan kota. Menurut para aktivis, NIIS bahkan meningkatkan pencegahan warga keluar dalam beberapa hari terakhir. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bahwa kelompok ekstremis itu bermaksud menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia dalam pertempuran yang akan terjadi.

Untuk menghindari diserang di basis mereka, para juhadis juga telah pindah ke lingkungan perumahan. Mereka menempati rumah-rumah kosong yang ditinggalkan oleh warga yang melarikan diri dari Raqqa sebelumnya, kata seorang aktivis di Raqqa, yang karena alasan keselamatan hanya mau disebut sebagai Khaled.

"Ada ketakutan besar di kota, terutama karenas Daesh (nala lain NIIS) mencegah warga sipil meninggalkan kota," kata Khaled.

Khaled, yang kini tinggal di Turki, berhubungan dengan orang-orang yang kembali dari Raqqa. Warga Raqqa tidak bisa dihubungi karena NIIS melarang akses internet pribadi di seluruh kota.

Di antara langkah-langkah baru yang telah diberlakukan oleh NIIS, menurut beberapa aktivis, adalah agar jihadis NIIS hanya bergerak di gang-gang dan jalan-jalan untuk menghindari deteksi dari udara dan tidak menggunakan kendaraan di malam hari.

Langkah-langkah tersebut telah meningkat setelah serangkaian serangan sukses oleh koalisi yang menewaskan sejumlah pemimpin NIIS. Di antara yang tewas adalah pria yang dikenal sebagai "Jihadi John." Dia muncul di beberapa video yang menunjukkan pemenggalan dandera warga AS dan sandera Barat.

Di jalan menuju Raqqa, para ekstremis telah menggali terowongan dan parit yang panjang, kata aktivis lain dari Raqqa, yang juga berbicara dengan syarat anonim. Baru-baru ini, para militan menempatkan ban yang diisi dengan bahan bakar di sekitar kota, dengan rencana untuk dinyalakan ketika ada serangan.

Serangan ke Raqqa

Beberapa serangan menargetkan basis NIIS di Raqqa terjadi sejak aksi teror di Paris. Serangan dimulai pada hari Sabtu (14/11) dengan serangan udara Rusia yang oleh aktivis disebutkan menargetkan pusat kota Raqqa, di dekat Masjidil Haram dan bangunan museum. Serangan ini menewaskan 13 warga sipil di samping sejumlah militan NIIS.

Pada Minggu (15/11) Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan bahwa 12 pesawat menjatuhkan total 20 bom pada Minggu malam dengan sasaran kubu NIIS di kota Raqqa. Ini serangan udara terbesar sejak Prancis mengebom kelompok ekstremis di Suriah pada bulan September.

Pada Senin – Selasa (16-17/11) Pesawat tempur Prancis membom sebuah kamp pelatihan jihad dan penyimpanan amunisi di Raqqa.

Pada Selasa (17/11), Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengatakan pesawat tempur Rusia membom posisi NIIS di Raqqa dan Deir el-Zour. Mereka juga menembakkan rudal jelajah pada posisi militan di Provinsi  Idlib dan Provinsi Aleppo, Suriah. Pesawat-pesawat tempur Prancis juga melakukan serangan baru di malam hari.

Tekanan Pasukan Demokratik

NIIS sekarang juga menghadapi tekanan serangan kekuatan Kurdi dan pasukan Pasukan Demokratik dari arah Irak. Pekan lalu, pasukan Kurdi menguasai kembali wilayah Sinjar, Irak yang dekat perbatasan Suriah, untuk memotong satu rute utama yang menghubungkan Raqqa dan wilayah Irak yang dikuasai NIIS. Serangan ini membuat gerakan jihadis menjadi sulit, terutama dalam logistik.

Di sisi Suriah, pejuang dari Pasukan Demokratik selama dua pekan menyerang Provinsi Hassakeh, sebelah timur laut kota Raqqa. Pekan lalu mereka merebut kota Hol di Suriah dari tangan NIIS, dan memutus jalur pasokan NIIS.

Pasukan Demokratis sekarang berbaris ke selatan menuju kota Shaddadeh, kubu NIIS sekitar 150 kilometer sebelah timur melintasi gurun dari Raqqa, kata aktivis Kurdi, Mustafa Bali. Setelah menguasai wilayah itu mereka akan menuju ke arah timur, ke Raqqa, melalui gunung Abdul Aziz, serta dari Ein Issa dan Soureen ke utara dan barat laut dari Raqqa.

Dia mengatakan membebaskan Raqqa akan menjadi pukulan besar dan "menandai awal dari berakhirnya Daesh di Suriah,’’ kata dia. Dia menyerukan dukungan internasional yang lebih besar untuk koalisi Kurdi-Arab. Tapi serangan di Raqqa oleh pasukan bersenjata akan mahal, bahkan dengan serangan udara yang intensif, katanya. "Saya percaya itu akan menjadi perang besar dan panjang."


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home