Loading...
DUNIA
Penulis: Eben Ezer Siadari 15:09 WIB | Selasa, 03 Maret 2015

Obama Bersedia Bertemu Netanyahu Setelah 17 Maret

Presiden Barack Obama dalam wawancara dengan Reuters di Gedung Putih (Foto:Reuters)

WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan keretakan hubungannya dengan  Benjamin Netanyahu, menyusul rencana pidaton perdana menteri Israel itu di hadapan Kongres AS pada Selasa (3/3) untuk menentang kesepakatan AS dengan Iran, adalah gangguan yang tidak akan secara permanen merusak hubungan AS dengan Israel.

Dalam wawancara dengan Reuters, Senin (2/3), Obama menjelaskan bahwa selama ini hubungan AS dan Israel berjalan dengan baik dan mendalam. "Sangat penting menyadari kedalaman hubungan AS-Israel di bawah pemerintahan saya: miliaran dolar telah disalurkan untuk mendukung Israel, termasuk untuk Iron Dome. Kerjasama militer dan intelijen telah berlangsung pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, itu bukan estimasi kami tetapi data itu datang dari pemerintah Netanyahu," kata Obama.

Kendati demikian, Obama mengakui adanya ketidaksepakatan yang besar antara pemerintah AS dengan Israel tentang bagaimana mencapai tujuan bersama untuk mencegah proyek senjata nuklir Iran.

Obama berusaha untuk mengecilkan kerusakan jangka panjang yang dapat terjadi akibat pidato Netanyahu di Kongres, dengan mengatakan keretakan itu bukan bersifat pribadi. Ia juga mengungkapkan bersedia bertemu dengan pemimpin Israel itu apabila ia memenangi pemilu Israel pada 17 Maret ini.

"Ini bukan masalah pribadi. Saya berpikir bahwa itu penting bagi setiap negara dalam hubungannya dengan AS untuk mengakui bahwa AS memiliki proses pembuatan kebijakan," kata Obama.

Obama mengingatkan bahwa Netanyahu telah salah sebelumnya dengan penentangannya pada kesepakatan sementara dengan Iran pada tahun 2013.

 "Netanyahu membuat segala macam klaim. (Ia mengatakan kesepakatan) ini akan menjadi kesepakatan yang mengerikan. Ini akan mengakibatkan Iran mendapatkan 50 miliar dolar bantuan. Iran tidak akan mematuhi perjanjian. Tidak ada klaim dia yang telah menjadi kenyataan," kata Obama.

 Yang terjadi pada kenyataanya, menurut Obama, Iran tidak melanjutkan program. Bahkan, menurut dia, banyak elemen-elemen program Iran yang sudah ditarik kembali.

Gedung Putih pekan lalu membantah laporan bahwa AS dan Iran sedang mengeksplorasi kemungkinan kesepakatan pembekuan program nuklir selama 10 tahun namun secara bertahap setelahnya dimungkinkan bagi negara itu meningkatkan kegiatan yang dapat membuka kesempatan menghasilkan senjata nuklir pada tahun-tahun terakhir kesepakatan.

Dalam pidato pada hari Senin untuk Amerikan Israel Public Affairs Committee (AIPAC), lobi pro-Israel terbesar di AS, Netanyahu kembali memperingatkan bahwa kesepakatan nuklir dapat mengancam kelangsungan hidup Israel, sambil bersikeras bahwa hubungan AS-Israel  "lebih kuat dari sebelumnya."

Ditanya tentang prospek kesepakatan akhir dengan Iran, yang memiliki batas waktu 30 Juni, Obama mengatakan bahwa titik kunnci dari kesepakatan itu ialah apakah Iran akan menyetujui tuntutan pemeriksaan ketat dan kemauan mempertahankan tingkat kemampuan pengayaan uranium pada level yang rendah.

"Tapi jika mereka setuju untuk itu, akan jauh lebih efektif untuk mengendalikan program nuklir mereka daripada aksi militer  apa pun yang bisa kita ambil, lebih efektif daripada setiap tindakan militer yang mungkin dilakukan Israel dan juga lebih efektif daripada sanksi-sanksi apa pun yang akan dikenakan," kata Obama.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home