Loading...
BUDAYA
Penulis: Melki Pangaribuan 11:02 WIB | Selasa, 14 Januari 2020

Ondel-Ondel Ngamen di Jalan Hancurkan Pakem Budaya Betawi

Ondel-ondel yang turun ke jalan raya. (Foto: Antara)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rano Karno mengaku miris melihat banyaknya ondel-ondel yang harus turun ke jalan sebagai sarana mengamen, pasalnya ondel-ondel adalah salah satu warisan kebudayaan Betawi yang seharusnya dihargai.

"Harusnya tidak seperti itu. Ada tempat di Setu Babakan. Cuma di Setu Babakan hanya ramai pas weekend saja, sementara hidupnya kan harus setiap hari," kata Rano Karno saat ditemui di Jakarta, Senin (13/1).

"Atau mungkin ulang tahun Jakarta yang setiap tahun. Tapi terkadang yang jual kerak telor saja ngerasa kemahalan sewa lapak jualan. Itu realita," tambah dia.

Meski demikian, Rano Karno tidak mau menyalahkan pihak manapun terkait semakin maraknya ondel-ondel yang turun ke jalan untuk mengamen.

"Saya terganggu tidak. Tapi saya berpikir ini bagaimana nih. Mungkin juga enggak bisa disalahkan," jelas dia.

Dia pun berharap ada solusi mengenai masalah tersebut sehingga nantinya tidak ada lagi ondel-ondel yang turun ke jalan untuk mengamen.

"Ada lembaga kebudayaan Betawi, harusnya ini dipikirkan juga. Saya yakin mereka berpikir, tapi mungkin karena terlalu luas sehingga enggak tahu formulanya mau kemana," kata dia.

Sebelumnya, sejumlah budayawan Betawi termasuk Saiful Amri juga merasakan hal sama melihat fenomena ondel-ondel turun ke jalan.

Menurut Saiful, hal itu membuat citra Betawi menjadi buruk sebab para pengamen yang menggunakan ondel-ondel mengabaikan pakem-pakem budaya Betawi dan bahkan berpenampilan kurang layak.

"Kita lihat sendiri, Ondel-ondel keliling kan diiringi musik dari kaset, dan orang-orangnya kadang hanya pakai sandal jepit bahkan terkadang nyeker alias tidak pakai alas kaki. Ini jelas menghancurkan pakem-pakem budaya Betawi," kata Amri beberapa waktu lalu.

Pakem-pakem budaya Betawi dalam kesenian Ondel-ondel, lanjut Amri, seharusnya tetap ditampilkan sesuai aturan.

"Misalnya dengan diiringi musik gambang kromong atau rebana sungguhan. Atau para pemainnya mengenakan pakaian adat yang mencerminkan budaya Betawi. Kalau seperti itu justru bagus karena misi pelestarian dan pengenalan budaya Betawinya juga kena,” katanya. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home