Operasi Militer Ethiopia Bisa Menjadi Ancaman Perang Saudara
ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Ethiopia meningkatkan serangan militer di wilayah utara Tigray pada hari Minggu (8/11) dengan serangan udara sebagai bagian dari "operasi penegakan hukum." Namun hal ini meningkatkan ketakutan akan perang saudara di negara berpenduduk terbesar kedua di Afrika itu.
Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, menolak seruan dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan sekutunya di kawasan itu untuk bernegosiasi dengan para pemimpin di Tigray, rumah kelompok etnis yang mendominasi pemerintah federal sebelum dia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2018.
Sementara para pemimpin wilayah Tigray mengatakan pada hari Senin (9/11) bahwa pemerintah federal yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed telah melancarkan lebih dari 10 serangan udara terhadap mereka dalam beberapa hari terakhir.
Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang menguasai wilayah utara di perbatasan dengan Eritrea dan Sudan, tidak menyebutkan adanya korban dalam sebuah pernyataan di Facebook.
Abiy pekan lalu melancarkan operasi militer di provinsi itu, mengatakan pasukan yang setia kepada para pemimpin di sana telah menyerang pangkalan militer dan berusaha mencuri peralatan. Abiy menuduh para pemimpin Tigray merusak reformasi demokrasinya.
Jet tempur pemerintah sejak itu membom sasaran di wilayah yang berbatasan dengan Sudan dan Eritrea. Pekerja bantuan kemanusiaan pada hari Minggu melaporkan pertempuran hebat di beberapa bagian wilayah itu, dengan sedikitnya enam orang tewas dan puluhan luka-luka.
Mengganti Beberapa Pejabat
Juga pada hari Minggu, Abiy menunjuk seorang kepala militer baru, seorang kepala intelijen baru dan seorang komisaris polisi federal dan menteri luar negeri baru. Perubahan ini, menurut para analis, membawa sekutu dekat ke posisi-posisi puncak ketika konflik meningkat.
Perdana menteri memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu karena berdamai dengan tetangganya, Eritrea, dan untuk memperkenalkan reformasi demokrasi di salah satu negara paling represif di Afrika.
Tetapi transisi demokrasi yang dia janjikan terancam oleh konflik Tigray, lembaga pemikir International Crisis Group memperingatkan pekan lalu.
Dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Minggu, Abiy mendesak masyarakat internasional untuk “memahami konteks dan pelanggaran yang konsisten” oleh para pemimpin Tigrayan yang memimpin pemerintah untuk melakukan “operasi penegakan hukum ini.”
Kejahatan Masa Lalu
Warga Tigray mengeluh bahwa Abiy, yang berasal dari kelompok etnis Oromo, kelompok etnis terbesar di Ethiopia, secara tidak adil menargetkan mereka sebagai bagian dari tindakan keras terhadap pelanggaran hak-hak masa lalu dan korupsi.
Pasukan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang menguasai wilayah tersebut, diperkuat dalam pertempuran dan memiliki persediaan perangkat keras militer yang signifikan, kata para ahli.
Mereka dan sekutu milisi berjumlah hingga 250.000 orang, menurut International Crisis Group.
Salah satu risiko terbesar adalah bahwa tentara Ethiopia akan terpecah menurut garis etnis, dengan Tigrayans membelot ke pasukan regional. Ada tanda-tanda yang sudah terjadi, kata analis.
PBB menyuarakan keprihatinan pembalasan terhadap etnis Tigray di tengah ketegangan yang meningkat di negara yang beragam itu dalam laporan rahasia hari Minggu dan dilihat oleh Reuters.
Komisaris Polisi Addis Ababa, Getu Aregaw, mengatakan pada hari Minggu bahwa pemerintah telah menangkap 162 orang yang memiliki senjata api dan amunisi, karena dicurigai mendukung pasukan Tigrayan.
Para tersangka "sedang diselidiki", katanya dalam sebuah pernyataan. Dia tidak mengidentifikasi etnis mereka.
Wali kota Adis Ababa, Adanech Abiebie, mengatakan pada hari Sabtu (7/11) beberapa anggota TPLF yang bekerja di pemerintahannya telah ditangkap karena dicurigai berencana mengganggu perdamaian.
Ketika pemerintah Abiy memobilisasi pasukan untuk dikirim ke Tigray, bagian lain negara yang diguncang kekerasan etnis dapat menghadapi kekosongan keamanan, kata para analis. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Para Pemimpin Dunia Beri Selamat kepada Donald Trump
LONDON, SATUHARAPAN.COM-Putusan para pemilih Amerika Serikat lebih menentukan daripada yang dipredik...