Opsi B: Bisa Menjadi Berkat dalam Kesuraman
Life contents happy moments, not happy times.
SATUHARAPAN.COM – Tak ada hidup yang sempurna. Hidup senyatanya terdiri atas berbagai gelombang. Untuk semua hal ada masanya: berbicara atau berdiam diri, kelahiran atau kematian, menanam atau mencabut, membangun atau merombak, tertawa atau menangis, menari atau meratap, mengumpulkan atau membuang.
Gelombang hidup juga hadir dalam berjuta bentuk. Dan setiap manusia mengalaminya. Yang ringan, berat, sangat berat. Di antara semua gelombang pasang hidup, barangkali tak ada hantaman hidup yang lebih berat ketimbang kehilangan orang yang dicintai. Banyak orang yang tak pernah bangkit dari gelombang yang dalam setelah kehilangan kekasih hatinya. Orang di sekeliling memang mudah mengatakan kepada orang yang mengalami: ”Ayo, bangkitlah, hidup terlalu pendek untuk diisi dengan bersedih!” Sementara bagi yang mengalami, hidup mungkin terasa kosong dan tak lagi berarti; ingin cepat diakhiri. Tetapi, sungguhkah tak bisa berarti lagi?
Sheryl Sandberg, wanita cantik lulusan Harvard College dengan predikat suma cum laude, seorang penulis, salah seorang pemilik Facebook, Chief Operating Officer di Facebook, dan pada 2016 tercatat sebagai nomor urut ke-6 dalam daftar 50 Wanita paling berpengaruh di AS. Ia mengalami jalan hidup yang menurutnya ”tak akan pernah saya pilih, dan tak pernah saya persiapkan” sejak kematian mendadak suaminya yang masih muda karena serangan jantung.
Ia sungguh goncang dan kehilangan makna hidup. Namun, ia mencari jalan. Dan ia menemukan, bahwa hidup selalu menyediakan Option B, yang bukan pilihan terbaik, namun satu-satunya pilihan yang tersedia. Ia menemukan bahwa dengan memilih Option B, kenyataan bahwa Option A tidak tersedia akan lebih tertanggungkan.
Secara mengherankan, Sheryl kemudian bukan hanya bangkit dari keterpurukannya, namun bisa menolong banyak orang melalui organisasi nirlaba yang kemudian didirikannya untuk membangun ketahanan mereka yang sedang ditimpa persoalan hidup yang berat. Ia berkata, ”Saya pikir, ketika tragedi datang, maka ada pilihan yang tersedia: mengalah pada kekosongan, kehampaan yang mengisi hati dan paru-parumu, menyebabkan kau tak mampu bernafas, atau memilih mencari makna.”
Itulah Opsi B. Ketahanan dalam hidup itu bagai otot, katanya, yang dapat dikencangkan. Ketika otot dibiarkan tak terlatih, maka ia akan menjadi semakin lemah. Sheryl selalu menemukan opsi B jika pilihan hidup yang ideal, yaitu pilihan A, tak mungkin diperoleh. Melalui pengalaman hidupnya sendiri, Sheryl menolong orang lain untuk mampu melalui masa sulit. Ia mampu menjadi berkat dalam kesuraman hidupnya sendiri.
Bukankah kita juga sering mengalami keharuan yang mendalam ketika menjenguk seorang yang terkena penyakit mematikan, namun kita justru pulang dengan hati yang dihiburkan oleh si pasien? Itulah Opsi B yang dipilihnya dan dibagikannya kepada kerabat dan teman.
Konfusius juga pernah berujar: ”Jatuh itu wajar. Yang tidak wajar adalah jika setelah jatuh, lalu membiarkan diri tersungkur dan tidak bangkit lagi.” Dan bangkit tidak selalu berarti kembali menikmati Opsi A, melainkan bisa berarti mencari makna dalam pilihan hidup yang lain.
Persoalan hidup datang dengan berjuta variasi. Kadang bisa diatur, dipilih, namun kadang tidak. Nyatanya, banyak orang dapat menemukan makna hidup dalam Opsi B. Hidup adalah pilihan. Memilih untuk menikmati saat-saat pendek berbahagia ketika masa panjang berbahagia sulit dijangkau. Itu pun pilihan.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
RI Evakuasi 40 WNI dari Lebanon via Darat
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengevakuasi 40 Warga ...