Loading...
RELIGI
Penulis: Reporter Satuharapan 13:37 WIB | Selasa, 04 Oktober 2016

Orang Kristen Digilas Mesin Giling di Korea Utara

Kim Jong-un. (Foto: csmonitor.com)

SATUHARAPAN.COM - Laporan terbaru dari Solidaritas Kristen Sedunia (CSW), sebuah lembaga pembelaan HAM asal Inggris, menunjukkan detail yang mengerikan bagaimana rezim Korea Utara menyiksa, membunuh, dan memutilasi orang-orang Kristen.

Bukan lagi sebuah rahasia bila rezim Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-Un telah memenjarakan puluhan ribu orang Kristen. Mereka diwajibkan kerja paksa, disiksa, dibunuh, dan rezim hanya mengatakan mereka adalah warga Korea Utara yang memberontak terhadap pemerintah.

Laporan yang terdiri atas 15 halaman berjudul: Total Denial: Violations of Freedom of Religion or Belief in North Korea, menunjukkan bahwa sekalipun Korea Utara merupakan anggota dari Perjanjian Internasional tentang hak sipil dan politik, justru kebebasan beragama tidak ada di negara itu.

Laporan tersebut menyatakan, “Penyangkalan terhadap hak sudah terjadi sejak 1950an, oleh pemimpin terdahulu, dan dilanjutkan oleh Kim Jong-Un yang melanggar kebebasan beragama. Keyakinan agama menjadi ancaman bagi penguasa sehingga mereka yang menganut keyakinan-keyakinan ini mengalami siksaan. Orang-orang Kristen mengalami siksaan yang signifikan karena mereka juga dilabelkan sebagai antirevolusi dan antiimperialis oleh penguasa.”

Meskipun sumber di Korea Selatan menemukan 123 institusi agama di Korea Utara, sebagian besar adalah Buddha dan Cheondoist. Memang ada tiga gereja Protestan, satu Katolik, dan sebuah gereja Ortodoks Rusia di ibu kota Pyongyang, namun gereja-gereja sponsor itu hanya ada untuk propaganda.

Memurut CSW, Lord David Alton dan Baroness Caroline Cox pernah mengunjungi gereja-gereja tersebut, dan mereka menemukan tidak ada satu pun imam di gereja-gereja itu.

“Meskipun gedung-gedung dan pelayanan keagamaan menunjuk kepada tingkat kebebasan beragama, namun kebebasan itu dengan sangat kuat dibatasi dan hanya ditujukan untuk pertunjukan kepada pengunjung dan orang asing. Semua gereja ada di Pyongyang dan tidak ada catatan adanya bangunan gereja di tempat lain,” lapor CSW.

Sekalipun penyebaran Injil dilarang dan dianggap kejahatan di Korea Utara, banyak warga Korea Utara yang menjadi Kristen melalui hubungan keluarga, misionaris, atau organisasi keagamaan lainnya.

Banyak warga Kristen Korea Utara yang melakukan ibadahnya secara sembunyi-sembunyi. Mereka beribadah secara sendiri-sendiri atau ibadah-ibadah rumah. Jemaat yang ketahuan menjalankan ibadah ditangkap dan dipenjarakan bersama tawanan politik.

“Mereka mengalami siksaan, pembantaian, isolasi, perbudakan, pemerkosaan, pelecehan seksual, dihilangkan, dan segala pelanggaran HAM lainnya,” CSW menambahkan.

CSW juga melaporkan mereka memiliki catatan mengenai jenis-jenis penganiayaan yang dialami orang Kristen di Korea Utara, adalah disalib di tengah perapian, digilas dengan mesin giling uap, diinjak-injak, dan penarikan badan. Bukan hanya orang yang bersangkutan, namun keluarganya juga turut dihukum. Mereka yang melarikan diri ke Tiongkok akan dideportasi kembali kemudian dihukum.

Kim Il-Sung Dibesarkan dalam Kekristenan

Ini bukan laporan yang pertama mengenai orang Kristen yang digilas dengan mesin giling uap. Sebelumnya, pada tahun 1996, lima orang Kristen juga mengalami hal yang sama.

Suzanne Scholte, pemimpin Koalisi Kebebasan untuk Korea Selatan, menyebutkan laporan CSW merupakan presentasi yang akurat bagaimana orang Kristen dianiaya.

“Saya bahkan pernah mewancarai korban yang disiksa hanya karena mereka dirumorkan menjadi Kristen. Kami juga mengetahui bila pengungsi dipulangkan dari Tiongkok, dan mereka diketahui menjadi Kristen, mereka akan dibunuh,” ujar Scholte.

“Rezim di sini sudah menyiapkan agar warga Korea Utara menyembah dinasti Kim sebagai tuhan mereka, tidak ada hal yang menakutkan bagi rezim ini selain penyebaran kekristenan. Pengetahuan akan satu Allah yang Benar adalah ancaman terbesar bagi rezim ini,” Scholte memaparkan.

Ia meyakini penolakan rezim Korea Utara terhadap kekristenan karena fakta dimana pemimpin terdahulu, Kim Il-Sung, dibesarkan dalam kekristenan, dan mereka melihat bagaimana kekuatan iman Kristen dalam melawan penjajahan Jepang.

“Kim menempatkan diri sebagai tuhan, menempatkan trinitas atas dirinya. Kim Jong-Il sebagai Kristus, Juche (ideologi Korea Utara yang dikembangkan Kim Il-Sung, Red) sebagai Roh Kudus. Warga Korea Utara sejak kecil diajarkan untuk berdoa kepada bapa mereka, Kim Il-Sung sebagai pengakuan iman mereka kepada pemimpin mereka. Mereka diwajibkan mempelajari ideologi Korea Utara di banyak pusat pembelajaran di Korea Utara,” Scholte menambahkan.

Selama 14 tahun, Korea Utara menjadi negera nomor satu pengeksekusi umat Kristen di dunia. (christianpost.com/spw)


 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home