Loading...
SAINS
Penulis: Francisca Christy Rosana 11:27 WIB | Selasa, 16 Desember 2014

Pakar Geologi UGM Paparkan Hasil Investigasi Longsor Banjarnegara

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo (tengah) berjalan di atas lumpur saat mengunjungi lokasi bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jateng, Sabtu (13/12). Ganjar mengimbau warga yang tinggal di kawasan rawan longsor untuk waspada serta menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena cuaca masih memungkinkan terjadinya pergerakan tanah. (Foto: Antara/Anis Efizudin)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Berdasarkan hasil investigasi tim geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dilaksanakan pada Sabtu (13/12) dan Minggu (14/12), dosen Teknik Geologi UGM Dr Wahyu Wilopo, ST MEng menerangkan daerah kecamatan Karangkobar merupakan daerah yang rawan bencana longsor.

Menurutnya, ketinggian lereng di sekitar lokasi bencana mencapai 100 meter dengan daya jangkau longsoran mencapai jarak 500 meter.

Mengacu pada sumber peta geologi, daerah itu merupakan daerah sangat curam, memiliki lapisan tanah yang tebal yang dipengaruhi proses alterasi, yakni pelapukan yang berasal dari dalam bumi.

Selain itu, struktur geologi kompleks ditemukan di banyak jalur patahan.

Kendati demikian, pemicu terjadinya longsor diakui Wahyu disebabkan penggunaan lahan yang kurang aman.

Gagal Pasang Alat Pendeteksi Longsor

Sementara peneliti lain, Faishal Fathani mengatakan beberapa kecamatan di sekitar Banjarnegara merupakan kawasan yang pernah dipasang alat deteksi longsor buatan UGM pada 2007.

Ia dan tim UGM bekerja sama dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal meneliti kerentanan longsor di Banjarnegara. Kecamatan Karangkobar masuk peringkat pertama daerah berisiko tinggi.

Sayangnya alat tersebut batal dipasang di Karangkobar.

“Waktu itu kami siap pasang alat deteksi dini longsor di sana, tetapi ada persoalan sosial sehingga gagal terwujud. Andai saja alat itu jadi dipasang di sana, mungkin lain cerita,” kata dia.

Alat tersebut kini dipasang di Pagentan.

“Alat yang kita pasang memberi peringatan dini lewat bunyi sirine yang berbunyi empat jam sebelum kejadian sehingga tidak ada korban,” kata dia.

Alat sitem peringatan dini longsor buatan UGM, kata Faishal, saat ini sudah dipasang di 12 provinsi di Indonesia. Bahkan, telah dipakai di beberapa negara seperti Myanmar, Kroasia, dan Vietnam. Menurutnya, pemerintah perlu menerapkan teknologi sistem peringatan dini deteksi bencana longsor untuk menghindari kejadian serupa yang terulang setiap tahun.

“Bagaimanapun, alat deteksi dini hanyalah salah satu komponen dari upaya mitigasi. Penguatan kelembagaan, mitigasi struktural, dan sosial, jauh lebih penting,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua LPPM UGM Dr Irfan Dwi Priyambodo mengatakan Disaster Response Unit (Deru) UGM pada Selasa (16/12) mengirim 28 relawan yang terdiri atas dokter, tenaga medis, dan psikolog untuk membantu korban bencana longsor di Banjarnegara. “Hari ini kami sudah mengirim tim assessment (pendataan keadaan) dan dokter ke sana,” kata dia. (ugm.ac.id)

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home