Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 06:53 WIB | Rabu, 05 Agustus 2020

Pakistan Kembangkan Proyek Hama Belalang Dijadikan Kompos

Hama belalang di Pakistan. (Foto: dari DW)

ISLAMABAD, SATUHARAPAN.COM-Pakistan menghadapi hama belalang gurun. Pertama mereka mengatasinya dengan menjadikannya pakan untuk ayam, sekarang rencananya adalah menggiling mereka menjadi pupuk, sebab lebih banyak kawanan belalang mengancam tanaman di Pakistan. Ini adalah sebuah proyek bertujuan untuk menguji cara membunuh dan menggunakan hama yang rakus ini untuk kepentingan masyarakat lokal.

Invasi belalang terburuk di Pakistan dalam sekitar 30 tahun ini dimulai pada Juni 2019, ketika serangga datang dari Iran dalam gelombang peningkatan perubahan iklim yang terkait dengan perubahan kondisi yang kondusif bagi penyebaran serangga.

Musim panas ini, kawanan belalang tersebut berkembang biak secara lokal, kata pemerintah Pakistan, yang mencoba untuk menghentikan serangan lain dengan menyemprotkan pestisida pada belalang yang baru lahir, yang disebut hoppers karena mereka tidak dapat terbang, di daerah gurun di perbatasan dengan India.

Tetapi kekhawatiran bahwa pestisida dapat membahayakan tanaman, hewan, dan orang-orang telah memotivasi para peneliti untuk mencari metode bebas bahan kimia dalam memotong populasi belalang.

"Kami ingin membuat proyek pengendalian belalang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata ahli bioteknologi, Johar Ali. Untuk Ali dan rekannya, Muhammad Khurshid, yang bekerja untuk kementerian pangan pada saat itu, jawabannya adalah pakan ayam.

Proyek Pakan Ayam

Pada bulan Februari, Dewan Penelitian Pertanian Pakistan (PARC) yang dikelola pemerintah mengirim Ali dan Khurshid, sekarang dengan kementerian privatisasi, untuk melaksanakan uji coba tiga hari di Provinsi Punjab di Pakistan bagian timur.

Selama serangan musim semi ini, penduduk desa di Distrik Okara menangkap belalang, yang sebagian besar tidak bergerak di malam hari, dari pohon-pohon di hutan terdekat, mengumpulkan sekitar 20 ton serangga terbang.

Tim proyek membeli serangga seharga 20 rupee Pakistan per kilo, kemudian menjualnya ke pabrik pengolahan terdekat, yang mengeringkannya dan mencampurkannya ke dalam pakan ayam, kata Ali.

Tujuannya adalah untuk membantu mengendalikan lonjakan populasi belalang di daerah berhutan dan berpenduduk padat, di mana penyemprotan pestisida yang luas tidak dimungkinkan, lagipula memberi pengnghasilan tambahan bagi masyarakat yang dilanda kawanan serangga ini.

"Ini solusi di luar kotak," kata Ali. “Itu bisa dengan mudah ditingkatkan di daerah pedesaan yang berpenduduk padat. Ya, di daerah gurun kami, tempat belalang berkembang biak, semprotan kimiawi masuk akal, tetapi tidak di daerah di mana kami memiliki pertanian dengan tanaman, ternak, dan manusia.”

Dijadikan Pupuk

Pada bulan Juni, pemerintah mengalihkan fokus dari pakan ayam ke kompos, setelah PARC memutuskan bahwa pupuk adalah penggunaan yang lebih aman dan lebih layak untuk serangga.

Bulan lalu, masyarakat yang tinggal di daerah gurun Cholistan, Tharparkar, Nara dan Thal dilatih tentang cara menangkap belalang saat mereka menuju ke sana selama musim berkembang biak.

Langkah selanjutnya adalah melihat bagaimana mengubah hama menjadi pupuk organik, kata  ketua PARC, Muhammad Azeem Khan.

Dengan memberikan pelepasan unsur hara yang “lambat dan terus menerus”, kompos dapat membantu petani meningkatkan hasil panen mereka hingga 30 persen dan memangkas penggunaan pupuk kimia menjadi setengahnya, katanya.

Dampak Perubahan Iklim

Masalah belalang Pakistan saat ini dimulai dengan apa yang disebut Muhammad Tariq Khan, direktur teknis departemen perlindungan tanaman dari keamanan pangan, yang disebut "krisis belalang internasional yang disebabkan oleh perubahan iklim" di Yaman dan Afrika Timur.

"Dua topan besar pada tahun 2018 membuang cukup air di daerah padang pasir yang disebut Empty Quarter di Semenanjung Arab selama tiga generasi belalang tumbuh tanpa terdeteksi," katanya.

Karena dilanda perang saudara, Yaman tidak dapat fokus memusnahkan hama, yang bertelur di bawah tanah, dan "mereka muncul seperti bom," kata Khan.

Hujan monsun bulan Juli tiba 10 hari lebih awal dari biasanya di Pakistan, menciptakan kondisi tanah yang lembab yang menguntungkan bagi belalang untuk berkembang biak di daerah perbatasan gurun, kata Khan. Kawanan juga diperkirakan akan segera tiba di Pakistan dari Somalia, katanya.

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB memperkirakan kerugian pertanian dari belalang tahun ini bisa mencapai 353 miliar rupee (US$ 2,2 miliar) untuk tanaman musim dingin seperti gandum dan kentang, dan sekitar 464 miliar rupee untuk tanaman musim panas.

Proyek US$ 15 Juta

"Anda tidak dapat memberantas belalang, tetapi Anda dapat mengendalikannya. Dalam situasi ini, kita harus bergantung pada bahan kimia,” kata Khan. Sejauh ini, operasi penyemprotan insektisida telah dilakukan di 32 distrik yang terkena dampak, baik padang pasir dan daerah tanam, yang tersebar di sekitar satu juta hektare.

Operasi penyemprotan pestisida di Pakistan telah membuat tidak mungkin untuk memastikan bahwa belalang yang dimakan oleh unggas akan bebas bahan kimia, kata Azeem Khan dari PARC. "Belalang yang disemprot, jika digunakan sebagai pakan, merupakan ancaman bagi kesehatan manusia," katanya.

Proyek baru, yang telah disetujui oleh Pusat Pengendalian Belalang Nasional, akan mensyaratkan pembelian belalang hidup dan mati dari komunitas lokal dengan harga 25 rupee per kilogram. Serangga itu kemudian akan dicampur dengan limbah bio seperti pupuk kandang dan tumbuh-tumbuhan untuk mengubahnya menjadi kompos, kata Azeem Khan.

PARC sekarang menganalisis sampel belalang mati dan membusuk yang telah disemprot dengan insektisida untuk menilai tingkat residu kimia pada mereka, katanya.

Ketua PARC mengatakan pemerintah telah mengalokasikan US$ 15 juta untuk proyek tersebut, dengan lebih dari setengahnya tersalur ke masyarakat dan sisanya untuk pengolahan kompos. (Reuters)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home