Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 16:40 WIB | Kamis, 11 April 2019

Pameran "Kembulan 2" dibuka

Pameran "Kembulan 2" dibuka
Karya instalasi berjudul Pulang (Sasenitala) dalam pameran Kembulan #2 di Galeri Kaliopak berlangsung 10 April-10 Mei 2019. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran "Kembulan 2" dibuka
Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta Purwo Santoso (berpeci) saat dhahar kembulan pada pembukaan pameran Kembulan #2, Rabu (10/4) malam.
Pameran "Kembulan 2" dibuka
Ketua Lesbumi DIY Awaludin GD Mualif (mengenakan blangkon) mendampingi Rais Syuriah PWNU Yogyakarta KH Mas’ud Masduki (bersorban) pada pembukaan pameran Kembulan #2, Rabu (10/4) malam.
Pameran "Kembulan 2" dibuka
Forbidden – cat akilik di atas kanvas – 50 cm x 60 cm – Ema Desy – 2019.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Merayakan ulang tahun ke-57, Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) DI Yogyakarta menggelar pameran seni rupa “Kembulan 2”. Kegiatan yang rencananya menjadi agenda rutin tahunan dimulai penyelenggaraannya tahun lalu di Studio Kalahan, Ambarketawang-Sleman.

Pameran seni rupa “Kembulan 2” mengangkat tajuk Nguwongke dibuka pada Rabu (10/4) malam di Komplek Pesantren Budaya Kaliopak oleh kolektor karya seni Oei Hong Djien (OHD). Pembukaan pameran sekaligus menjadi penanda peluncuran ruang seni Galeri Kaliopak sebagai ruang presentasi-apresiasi karya seni.

Tema pameran yang dipilih berkaitan erat dengan dinamika kehidupan sehari-hari yang menjadi dasar manusia dalam memanusiakan manusia pada konteks agama, sosial, politik, dan spiritualitas.

Kembulan atau di beberapa tempat menyebutnya liwetan merujuk pada makan secara bersama-sama dalam satu wadah/tempat. Yang paling umum adalah menggunakan daun pisang sebagai media meletakkan makanannya. Kembulan/liwetan dilakukan pada malam hari setelah melakukan ngaji atau kajian bersama, burdahan. Biasanya lurah pondok atau bahkan kyai mengajak santri untuk masak bersama dengan seluruh sumberdaya yang ada saat itu: beras, tahu, tempe, bumbu, ikan asin, dan yang menjadi salah satu cirinya adalah terong yang dibakar yang tidak jarang sampai gosong.

Kembulan/liwetan tidak sekedar berkumpul dan makan bersama, karena pada kesempatan-kesempatan tersebut tidak jarang para kyai memberikan nasihat-nasihat kepada santrinya baik secara langsung tersurat dalam nasihat-nasihat ataupun yang tersirat yang disampaikan saat kembulan/liwetan.

Dalam sambutannya OHD menyoroti pentingnya seni hadir langsung di tengah-tengah masyarakat.

“Kali ini lebih menarik karena (penyelenggaraan pameran Kembulan) berada di tengah-tengah dusun. Inilah yang kita cita-citakan supaya seni rupa itu tidak ekslusif, tapi inklusif dan bisa dinikmati oleh semua warga tanpa mengenal batas,” jelas OHD saat pembukaan pameran.

Lebih lanjut OHD menjelaskan bahwa tema Nguwongke atau memanusiakan persis dengan tema pameran di Museum OHD (Magelang) pada 26 Januari yang lalu yang diinisiasi oleh KH Ahmad Mustofa Bisri yaitu tema Manusia dan Kemanusiaan. Tema tersebut menjadi penting karena sekarang banyak manusia yang tidak bisa nguwongke sesama manusia.

“Jadi saya kira memang sudah waktunya kita memperkenalkan seni rupa kepada sesama manusia yang memang belum pernah bersentuhan dengan seni. Karena seni itu indah. Seni itu penuh rasa. Dan (dalam hubungan antar sesama manusia) rasa itu kadang lebih diperlukan daripada rasio,” ujar OHD.

Karya-karya dua-tiga matra dan instalasi dipamerkan selama sebulan. Seniman-perupa yang terlibat memamerkan karyanya diantaranya KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), KH .Mas'úd Masduki, KH Ahmad Zabidi, KH. Rohmad Rizal, KH. Mashur Shodiq, Nasirun, I Gusti Nengah Nurata, Jumaldi Alfi, Awaludin GD Mualif,, Widarsono Bambang, Hayatudin, Budi Ubrux Haryono, Basrizal Albara, Laksmi Shitaresmi Aji Prasetyo, , Dewa Made Mustika, Purjito, Susiyo Guntur, Robert Nasrulloh, Kirno Tanda, Setyoko, Nugroho, Putri Utami, Martha Kinasih, Lestyono, Dona Prawita Arisuta, Laila Tifah, Nana Tedja, Fj Kunting, Budi Purnomo, Meta Anjelita, Syaikhul Hasanudin, Abdul Sy , Nurohmad, Trio Mei Rendi, Andre Tanama, Indah Fikriyyati, Kartiko Prawiro, , Sandat Wangi, M Marzuki, Anwar Musaddad, Ema Dessy, Sidik Martowijoyo, Afif Ridlo, Anjani, Omah Mepi, Barasub, Sa'roni, Sasenitala, , Dedi Prabowo, Tindes Art And Friends, Sony Prasetyotomo, Nanang Garuda, serta Warga Klenggotan.

Seminggu sebelum pembukaan pameran pada Rabu (3/4) dihelat lokakarya  di Pendopo Dusun Klenggotan oleh Tindes art dan seniman-perupa Bambang Widarsono tentang Mengeja Garis-garis dengan melibatkan warga Klenggotan. Hasil lokakarya turut dipresentasikan dalam pameran Kembulan #2. Dalam pembukaan pameran warga Klenggotan menampilkan sandiwara remaja, kolaborasi hadroh, dan macapat.

Selama pameran berlangsung akan dihelat beberapa kegiatan dengan melibatkan warga Klenggotan diantaranya workshop-lokakarya, diskusi, serta panggung seni pertunjukan.

Pameran akan berlangsung hingga 10 Mei 2019 di Galeri Kaliopak, Komplek Pesantren Kaliopak Jalan Wonosari Km 11 Dusun Klenggotan Desa Srimulyo, Piyungan-Bantul.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home