Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 21:02 WIB | Rabu, 20 Desember 2017

Pameran "Wayang-wayang Kertas" di BBY

Pameran "Wayang-wayang Kertas" di BBY
Gambar wayang dengan adegan Dewi Sulastri naik jempana diiringi Setyaki dan Sucitra dalam pameran "Wayang-wayang Kertas" berlangsung pada 15-23 Desember 2017 di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Pameran "Wayang-wayang Kertas" di BBY
Manuskrip Pawukon Yogyakarta: Wuku Manahil | 1900.
Pameran "Wayang-wayang Kertas" di BBY
Pengunsian Hayam Wuruk | J. van Der Heijden | 1936 | sumber: Kejawen-Batavia.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Di penghujung tahun 2017 Bentara Budaya Yogyakarta kembali menghelat pameran seni rupa tradisional dengan tajuk "Wayang-wayang Kertas". Pameran dibuka oleh seniman kaca yang  kerap melukis wayang Subandi Giyanto, Jumat (15/12) malam.

Karya lukis wayang kertas yang dipamerkan merupakan repro dari buku-buku lama yang dicetak pada jaman Belanda Almanak Jawi terbitan Kolf Buning, buku-buku terbitan Balai Pustakan yang membuat edisi khusus buku wayang purwa, serta majalah Kajawen terbitan Sana Budaya Yogyakarta dan Surakarta dalam cetakan beraksara Jawa rentang tahun 1920-1942. Epos Ramayana dan Mahabharata menjadi bacaan populer saat itu.

Karya repro dalam "Wayang-wayang Kertas" diambil  dari gambar atau lukisan wayang purwa dari buku Almanak Jawi dari ukuran aslinya sekitar 10 cm x 15 cm yang dicetak berwarna sebagai ilustrasi cerita sekaligus membantu pembaca untuk mengembangkan imajinasi pada cerita wayang tersebut.

Seni grafis Indonesia mulai berkembang pasca Indonesia merdeka meskipun seniman semisal Baharuddin Mara Sutan, Mochtar Apin, Widayat, Suromo, sudah membuat karya yang dipublikasi di banyak medium sebelum Indonesia merdeka, sementara teknologi pencetakan saat itu masih menggunakan mesin handpress. Membuat ilustrasi cerita wayang (kulit) dalam cetakan berwarna pada sebuah buku/majalah pada masa itu adalah sebuah kemewahan mengingat pertimbangan biaya serta teknologi pencetakan berwarna secara massal sangatlah jarang. Bahkan majalah terbitan Belanda De Orient saat itu masih dicetak hitam putih. Tentunya teknologi pencetakan yang digunakan saat itu masih sederhana meskipun sudah jauh melewati jamannya.

Gambar-gambar wayang kebanyakan dicetak dalam 3-5 warna dengan teknik pencetakan menggunakan handpress atau mesin pond. Bisa dibayangkan presisi pencetakan antar warna kerap meleset atau saling tindih. Ketidakpresisian tersebut justru menjadi penanda otentitas karya cetak periode mesin handpress.

Dalam pameran "Wayang-wayang Kertas"  ditampilkan adegan dan  jejeran  atau  pisowanan dalam cerita wayang Purwa,  dimana dalam adegan tersebut  ratu atau raja di sebelah kanan disertai dengan keparak atau keluarga raja dan sebelah kiri berjejer  para tamu yang sedang sowan atau menghadap raja. Hampir 70% adegan tersebut ditemukan pada buku Almanak Jawi, sedangkan dari terbitan Balai Pustaka banyak ditampilkan adegan peperangan atau Bandha Yudha.

Pameran "Wayang-wayang Kertas " akan berlangsung sampai tanggal 23 Desember 2017di Bentara Budaya Yogyakarta, Jalan Suroto No. 2 Yogyakarta.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home