Loading...
HAM
Penulis: Martahan Lumban Gaol 14:41 WIB | Selasa, 19 April 2016

Panitia: Jangan Takut Rekonsiliasi Kasus HAM Masa Lalu‎

Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) Letjen (Purn) TNI Agus Widjojo (kiri) usai pelantikannya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/4/2016). Agus Widjojo yang menggantikan pejabat lama Budi Susilo Soepandji, sebelumnya pernah menjabat jabatan strategis, antara lain Asisten Operasi Kepala Staf Daerah Militer III/Siliwangi, Asisten Perencanaan Umum KSAD hingga Kepala Staf Teritorial TNI. (Foto: Antara/Yudhi Mahatma)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – ‎Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional 'Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan', Agus Widjojo, mengatakan rekonsiliasi merupakan konsep dasar untuk menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu. Menurutnya, rekonsiliasi adalah langkah untuk melepaskan dan memutuskan hubungan dengan masa lalu.

“‎Rekonsiliasi itu mencairkan batas-batas pemikiran dan meninggalkan pandangan yang terkotak-kotakan. Harus berdamai dengan masa lalu untuk kepentingan untuk bangsa dan negara,” kata Purnawirawan Letnan Jenderal Angkatan Darat ini dalam acara Simposium Nasional 'Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan', di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, hari Selasa (19/4).

Menurutnya, rekonsiliasi harus dibangun dari pengungkapan kebenaran. Sebab, kata dia, pengungkapan kebenaran akan memperlihatkan penyalahgunaan kewenangan, korban, dan pelaku, dari peristiwa di masa lalu.

Pengungkapan kebenaran, Gubernur Lemhanas ini menambahkan, juga akan melahirkan tuntutan untuk melaksanakan akuntabilitas dan keadilan.

Lebih lanjut dia menyatakan, dalam rekonsiliasi perlu adanya pemulihan terhadap hak korban serta reformasi kelembagaan, agar tidak terulang kejadian serupa.

“Jangan takut  dengan rekonsiliasi, jangan takut hak-hak akan  hilang. Kalau tidak  diselesaikan, beban masa depan dan bangsa kita harus beradab dengan tidak lupa masa lalunya,” ucap putra Pahlawan Revolusi Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo ini.

“Mitos-mitos lama dengan nilai baru, mitos korban harus ditinggalkan,” dia menambahkan.

‎Agus menilai rekonsiliasi harus berlandaskan pada keinginan untuk berdamai dengan masa lalu dan kesepakatan bersama membangun masa depan bangsa.

Dia juga menyatakan, rekonsiliasi merupakan kebutuhan untuk membangun rasa saling percaya. Rekonsiliasi harus dimulai dengan berdamai pada diri sendiri.

‎Sebab, bila tidak berdamai dengan diri sendiri, rekonsiliasi justru akan merusak tatanan nasional. “Kalau belum berdamai dengan diri sendiri, jangan coba masuk rekonsiliasi,” tutur Agus.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home