Parlemen Tennessee Tetapkan Alkitab Jadi Buku Resmi Negara
TENESSEE, SATUHARAPAN.COM - Beberapa orang Kristen menyatakan keprihatinan kepada parlemen negara bagian Tennessee, AS, yang telah menetapkan Alkitab sebagai buku resmi negara. Langkah itu dianggap meremehkan dokumen agama.
Para pendukung dijadikannya Alkitab sebagai buku resmi negara mengatakan langkah ini penting bagi sejarah AS, namun pemimpin Katolik dan Kristen lainnya mengatakan penetapan tersebut bisa meminggirkan umat non-Kristiani.
"Sebagai seorang Katolik dan Kristen, kami percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang diilhamkan, tapi saya juga mengakui bahwa kami hidup dalam masyarakat yang majemuk dan kita terdiri dari penganut agama yang berbeda," kata Uskup Richard Stika, dari Keuskupan Knoxville seperti dilansir rawstory.com pada hari Kamis (7/4).
Berdasarkan data sensus penduduk terbaru, ada sebanyak 81 persen orang dewasa di Tennessee yang beragama Kristen, dan 6 persen dari populasi adalah Katolik.
Agama Katolik dan Kristen, selama ini tidak sepaham dalam menerjemahkan Alkitab meskipun RUU Tennessee tidak menentukan versi Alkitab yang resmi.
Stika mengatakan ada beberapa terjemahan yang lebih ilmiah daripada yang lain.
"Pengetahuan (ilmiah) itu penting karena itu merupakan cara untuk menafsirkan," kata uskup. "Jika Gubernur menandatangani penetapan itu, Alkitab mana yang akan dipakai? Ini menjadi kekhawatiran. Ini juga menyebabkan kebingungan."
Direktur eksekutif kelompok Lobi Katolik berharap agar anggota parlemen fokus pada undang-undang yang menjunjung tinggi nilai-nilai alkitabiah bukan hanya mempromosikan agama.
"Dalam Alkitab, Yesus mengatakan kepada kita bahwa Allah akan menghakimi kita dari bagaimana kita memperlakukan orang miskin," kata Direktur Eksekutif Bidang Umum Umat Katolik, Christopher Hale di Alliance.
Namum Gubernur Tennese, Bill Haslam, menyatakan Alkitab adalah buku yang paling penting di dunia meskipun ia belum mengatakan apakah ia akan memveto UU itu.
"Jika gubernur setuju, Tennessee akan menjadi negara pertama yang membuat Alkitab sebagai simbol negara, meletakkannya sejajar dengan hal-hal yang dihormati lain seperti tomat (buah negara), yang mockingbird, Mimus polyglottos (burung negara), tulip poplar (pohon negara), rakun (satwa liar negara)," tulis kolumnis Frank Daniels III, di The Tennesseean.
Kolumnis ini menolak argumen para pendukung RUU, yang mengatakan Alkitab penting sebagai buku sejarah, dan setuju pada pernyataan filsuf Jerman abad 18, Immanuel Kant, yang menulis: "Saya percaya bahwa keberadaan Alkitab adalah manfaat terbesar ke umat manusia. Setiap usaha untuk meremehkan itu, saya percaya, adalah kejahatan terhadap kemanusiaan."
Daniel mengharapkan gubernur memveto UU itu.
Editor : Eben E. Siadari
Faktor Penyebab Telat Bicara pada Anak
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pengurus Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan ...