Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 01:58 WIB | Selasa, 05 Desember 2017

Patah Tulang Mempercepat Penyembuhan Luka

Patah tulang (Euphorbia tirucalli, L.). (Foto: hbc.bas-net.by)

SATUHARAPAN.COM – Tumbuhan patah tulang memiliki keunikan bercabang banyak dan berbentuk seperti pensil. Itu pula sebabnya, mengutip dari Julius Mwine dan Patrick van Damme, dalam karya mereka, Euphorbia tirucalli L. (Euphorbiaceae) The miracle tree: Current status of available knowledge, Scientific Research and Essays 6, terkadang beberapa orang juga menyebut tumbuhan itu pencil tree.

Tidak tampak adanya daun seperti umumnya tumbuhan lain. Tumbuhan ini hanya tersusun dari batang-batang mirip tulang-belulang  berwarna hijau, yan menyebabkannya dinamakan patah tulang. Selain itu, pohon ini memiliki getah seperti susu.

Pertumbuhan daunnya sangat jarang (hanya di pucuk dan bagian tertentu). Apabila kita tidak sengaja memegang daunnya, daun tersebut akan rontok. Karena unik, orang lebih memanfaatkannya sebagai tanaman hias. Namun, ada juga yang sengaja menanamnya untuk koleksi tanaman obat.

Getah tumbuhan patah tulang, dikutip dari uajy.ac.id, mengandung sifat asam (acid latex), mengandung senyawa euphorbia taraksasterol, alfa laktuserol, euphol, senyawa damar yang menyebabkan rasa tajam, ataupun kerusakan pada selaput lendir, kautschuk (zat karet) dan zat pahit. Patah tulang mempunyai rasa tawar, tetapi semakin lama menimbulkan rasa tebal di lidah, berbau lemah, dan getahnya beracun.

Para ahli pengobatan zaman dulu memanfaatkan kombinasi kulit batang dan getah tanaman ini untuk mengobati tulang patah. Bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan untuk obat adalah kulit batang dan getahnya, seperti tercantum dalam buku Petunjuk dan Saran Pengobatan Tradisional Tanaman Berkhasiat Indonesia. Buku ini diterbitkan oleh IPB Press pada tahun 2006, ditulis oleh Kloppenburgh Versteegh, ahli obat tradisional Indonesia berkebangsaan Belanda, dan diterjemahkan oleh drh J Soegiri dan Prof Dr Drh Nawangsari (dosen Biologi IPB) untuk Volume-1.

Saat ini penggunaan tanaman ini untuk kasus tulang patah memang tak lazim lagi. Apalagi sudah ada metode pengobatan yang lebih modern, seperti suntikan pereda rasa sakit dan pemasangan gips. Pemberian borehan tanaman patah tulang dan kulit randu hanya untuk tindakan pertolongan pertama. Biasanya sebagai pereda rasa sakit dan pencegah infeksi.  

Siti Qomariah dari Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri, tercatat pernah meneliti efektivitas ekstrak batang tumbuhan patah tulang pada penyembuhan luka tikus putih.

Patah tulang merupakan tanaman pagar yang digunakan masyarakat sebagai obat tradisional turun-temurun. Senyawa aktif yang terkandung dalam batang patah tulang yaitu glikosida, sapogenin, dan asam elagat. Terbukti bahwa senyawa yang membantu mempercepat penyembuhan luka sayat yaitu senyawa sapogenin, karena senyawa sapogenin bermanfaat mempengaruhi pembentukan kolagen (tahap awal perbaikan jaringan).

Jadi, kesimpulannya, salep yang mengandung ekstrak batang patah tulang pada dosis 10 persen mampu mempercepat penyembuhan luka sayat tikus putih.

Pemerian Botani Tanaman Patah Tulang

Patah tulang (Euphorbia tirucalli, L.), dikutip dari  repository.usu.ac.id, berasal dari Afrika. Tumbuhan tropis ini menyukai tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung.

Di Indonesia, tumbuhan ini ditanam sebagai tanaman pagar, tanaman hias di pot, tanaman obat, atau tumbuh liar. Dapat ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 600 m.

Perdu yang tumbuh tegak ini mempunyai tinggi 2-6 m dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti susu yang beracun. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, dan berwarna hijau.

Rantingnya setelah tumbuh sekitar satu jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah. Daunnya jarang, terdapat pada ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil, dan cepat rontok. Bunga majemuk, tersusun seperti mangkuk, warnanya kuning kehijauan seperti ranting. Jika masak, buahnya akan pecah dan melemparkan biji-bijinya.

Ciri khas tanaman patah tulang adalah tidak memiliki daun dan hanya tersusun atas batang-batang yang mirip tulang belulang. Getah yang dikandung patah tulang terbukti secara empiris mengobati tulang patah.

Dikutip dari uajy.ac.id, tumbuhan patah tulang di Indonesia memiliki beberapa nama daerah seperti patah tulang (Sumatra), susuru (Sunda), kayu urip, pancing tawa, tikel balung (Jawa), kayu potong (Jawa Timur), kayu jaliso, kayu leso, kayu longtolangan, kayu tabar (Madura).

Di Tiongkok, tumbuhan ini dikenal dengan nama lu san hu. Sementara itu, selain pencil tree, tumbuhan ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama milk bush, finger tree, fotbad plant tirucalli (Inggris).

Menurut Wikipedia, patah tulang juga digunakan untuk meracuni ikan, sehingga mudah didapat. Minyak yang didapatkan dari getahnya untuk pemanfaatan pada linoleum, jas kain minyak, dan industri kulit sandang. Kayu keras, putih, serat kayu yang padat dari tumbuhan patah tulang ini digunakan untuk kasok, mainan, dan melapisi dengan lapisan kayu halus. Hasil arangnya cocok untuk digunakan sebagai bubuk mesiu.

Di Jawa, beberapa penulis mencatat tapal dari batang atau kulitnya dapat digunakan untuk menyembuhkan patah tulang dan menyembuhkan penyakit kulit.  Tumbuhan patah tulang juga digunakan sebagai penyembuhan tradisional untuk kanker, tumor, kapalan, dan kutil di Brasil, India, Malaya, dan Indonesia.

Akarnya dapat digunakan untuk mengeluarkan bisa ular. Di Maluku dan Malabar, tumbuhan ini dapat digunakan untuk merangsang muntah dan antisipilis. Sementara itu, suku Kulawi di Sulawesi Tengah memanfaatkan daun dari tumbuhan ini sebagai diuretik (peluruh air seni), dan getahnya dapat menyembuhkan sakit gigi.

Getahnya sangat beracun, ko-karsinogenik, seperti sesuru yang satu genus dengannya. Apabila memerciki mata, dapat menyebabkan kebutaan, iritasi, dan merangsang muntah apabila  tertelan. Getah dari tumbuhan ini juga dapat dijadikan insektisida layaknya mindi kecil.

Patah tulang juga dikenal beracun untuk nematoda dan efektif pula terhadap larva Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus, sehingga tidak salah ranting patah tulang yang sudah kering bisa digunakan untuk mengusir nyamuk. Kemudian, dapat juga mematikan bakteri Staphilococcus aureus, moluska Lymneae natalensis, dan Biomphalaria gabrata.

Dikutip dari science20.com, orang Afrika menganggap pohon itu sebagai obat nyamuk. Perusahaan minyak nasional di Brasil, sedang mempelajari tanaman ini yang mereka sebut sebagai “petroleum plant” karena menghasilkan zat hidrokarbon yang sangat mirip bensin.

Petrobas, perusahaan minyak nasional di Brasil, sedang mempelajari tanaman ini. Diperkirakan hidrokarbon yang diproduksi oleh pabrik dapat digunakan langsung di kilang bensin yang ada.

Manfaat Herbal Tanaman Patah Tulang

Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.), dikutip dari uajy.ac.id, mengandung senyawa euphorbone, taraksasterol, laktuserol, euphol, senyawa damar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada selaput lendir. Bila terkena mata, getah patah tulang dapat menyebabkan kebutaan. Sesegera mungkin mata dicuci dengan air kelapa atau santan.

Ulil Absor, dalam skripsi sarjana sains Program Studi Biokimia IPB Bogor Fakultas Matematika dan IPA berjudul “Aktivitas  Antibakteri Ranting Patah Tulang” (tahun 2006), bagian dari tanaman patah tulang yang sering digunakan sebagai obat adalah akar, batang kayu, ranting, dan getahnya.

Setiawan Dalimartha, dalam bukunya Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid II (Trubus Agriwidya, tahun 2003), akar dan ranting dapat digunakan untuk nyeri lambung, tukak rongga hidung, rematik, tulang terasa sakit, nyeri saraf, wasir, dan sifilis. Batang kayu digunakan untuk sakit kulit, kusta, dan kaki tangan mati rasa.

Menurut Wikipedia, getah dari pohon patah tulang ini sering digunakan sebagai obat patah tulang dan kulit, bahkan dapat menyembuhkan sakit gigi. Ranting, akar, bahkan batang dari pohon ini sering digunakan sebagai obat lokal seperti nyeri tulang, bisul, penyakit lepra, dan lumpuh ekstremitas pascamelahirkan.

Penelitian Nishi Gupta dan tim dari Departemen Farmasi, Penelitian Scholor, Psit, Bhauti Kanpur, India, membuktikan bahwa getah kulit kayu patah tulang atau Euphorbia tirucalli, bermanfaat sangat besar dalam dunia kesehatan sebagai antibakterial, antikarsinogen, antisipilis, antimikroba, serta dapat mengontrol parasit pada usus, mengatasi asma, batuk, rematik, kanker, tumor kulit, serta penyakit lain yang membuat tanaman ini patut dipertimbangkan sebagai salah satu tanaman medis.

Hal ini pun diakui oleh tim peneliti dari Departemen Kedokteran Universitas Federal Maranhao UFMA Santo Luis, Brasil, dan Rumah Sakit Universitas II Presidente Dutra, UFMA, Brasil. Karena penggunaan tanaman patah tulang dalam pencegahan dan pengobatan penyakit sudah diakui sebagai praktik lama.

Tanaman Euphorbia tirucalli yang merupakan tanaman asli Afrika, telah dikaitkan dengan antimikroba, antiulcers, antikarsinogenik, antivirus, pengobatan umum, antihelminthic, dan antisifilis. Para peneliti menganalisis efek ekstrak kasar Euphorbia tirucalli L. dalam proses penyembuhan lambung tikus. Hasilnya penyembuhan luka pada tikus menunjukkan kesetaraan dibandingkan dengan kelompok control.

Tim peneliti Rumah Sakit Presidente Dutra, Universitas Federal Maranhao (UFMA), Sao Luis-MA, Brasil, mengevaluasi efek ekstrak kasar Euphorbia tirucalli dalam penyembuhan luka kutaneous. Ekstrak hidroalkoholik mentah dari Euphorbia tirucalli L., menunjukkan hasil yang lebih baik dalam proses penyembuhan, peradangan akut , dan fibrosis pada hari ke-14 pascaoperasi.

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home