Paus dan Imam Masjid Istiqlal Menyerukan Bersama Melawan Kekerasan
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Paus Fransiskus bergabung dengan imam besar masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara, dalam berjanji untuk bekerja sama melawan kekerasan yang diilhami agama dan melindungi lingkungan pada hari Kamis (5/8). Keduanya mengeluarkan seruan bersama untuk persahabatan antar agama dan tujuan bersama yang menjadi inti kunjungan Fransiskus ke Indonesia.
Dalam sebuah pertemuan yang kaya dengan makna simbolis dan sentuhan pribadi, Fransiskus pergi ke Masjid Istiqlal yang ikonis di Jakarta untuk sebuah pertemuan lintas agama dengan perwakilan dari enam agama yang secara resmi diakui di Indonesia: Islam, Buddha, Konghucu, Hindu, Katolik, dan Protestan.
Di sana, ia dan imam besar, Nasaruddin Umar, berdiri di pintu masuk lantai dasar menuju “Terowongan Persahabatan,” sebuah jalan bawah tanah yang menghubungkan kompleks masjid dengan katedral Katolik di dekatnya, Our Lady of the Assumption.
Indonesia, yang memiliki populasi Muslim terbesar di dunia, telah menawarkan terowongan tersebut sebagai tanda nyata komitmennya terhadap kebebasan beragama, yang diabadikan dalam konstitusi tetapi telah ditentang oleh berbagai contoh diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok minoritas agama.
Di Asia, Paus mendesak Indonesia untuk memenuhi janji ‘harmoni dalam keberagaman’, melawan ekstremisme.
Mendekati lift menuju terowongan, Fransiskus mengatakan bahwa itu adalah tanda kuat tentang bagaimana tradisi agama yang berbeda “memiliki peran untuk membantu setiap orang melewati terowongan kehidupan dengan mata kita tertuju pada cahaya.”
Ia mendorong semua orang Indonesia dari setiap tradisi agama untuk “berjalan mencari Tuhan dan berkontribusi untuk membangun masyarakat terbuka, yang didirikan atas rasa hormat dan cinta timbal balik, yang mampu melindungi dari kekakuan, fundamentalisme, dan ekstremisme, yang selalu berbahaya dan tidak pernah dapat dibenarkan.”
Fransiskus melakukan perjalanan ke Indonesia, pada awal perjalanan 11 hari ke empat negara di Asia dan Oseania, untuk mendorong Indonesia memerangi kekerasan yang diilhami oleh agama dan menjanjikan komitmen Gereja Katolik untuk persaudaraan yang lebih besar.
Pertemuan di masjid menunjukkan sisi pribadi dari kebijakan itu, dengan Fransiskus dan Umar — Paus yang sudah tua dan imam yang masih muda — menunjukkan kedekatan yang jelas satu sama lain. Saat Fransiskus hendak pergi, ia menggenggam tangan Umar, menciumnya, dan menempelkannya di pipinya.
Fransiskus telah menjadikan peningkatan hubungan Katolik-Muslim sebagai ciri khas kepausannya dan telah memprioritaskan perjalanan ke negara-negara mayoritas Muslim untuk memajukan agenda tersebut.
Selama kunjungan tahun 2019 ke Teluk, Fransiskus dan imam Al-Azhar, pusat ilmu Sunni berusia 1.000 tahun, meluncurkan gerakan “Persaudaraan Manusia” yang menyerukan upaya yang lebih besar antara Kristen-Muslim untuk mempromosikan perdamaian di seluruh dunia.
Baru-baru ini, Fransiskus melakukan perjalanan ke Najaf, Irak, pada tahun 2021 untuk mengunjungi ulama Syiah terkemuka, yang menyampaikan pesan tentang hidup berdampingan secara damai.
Prakarsa baru yang diluncurkan pada hari Kamis, yang disebut “Deklarasi Istiqlal,” kini menjadi pilar lain dari dorongan antar agama Fransiskus. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Fransiskus dan Umar dalam sebuah upacara resmi di tenda di kompleks masjid Istiqlal.
Perwakilan agama lain yang hadir dalam pertemuan tersebut tidak ikut menandatanganinya, tetapi oleh penyelenggara disebutkan sebagai pihak yang "menemani" pertemuan tersebut.
Dokumen tersebut menyatakan bahwa agama tidak boleh disalahgunakan untuk membenarkan konflik atau kekerasan, tetapi sebaliknya harus digunakan untuk menyelesaikan konflik dan melindungi serta meningkatkan martabat manusia.
Dokumen tersebut juga menyerukan "tindakan tegas" untuk melindungi lingkungan dan sumber dayanya, dengan menyalahkan tindakan manusia atas krisis iklim saat ini.
"Eksploitasi manusia terhadap ciptaan, rumah kita bersama, telah berkontribusi terhadap perubahan iklim, yang mengakibatkan berbagai konsekuensi yang merusak seperti bencana alam, pemanasan global, dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi," bunyi dokumen tersebut.
"Krisis lingkungan yang sedang berlangsung ini telah menjadi hambatan bagi koeksistensi yang harmonis antarmanusia."
Memerangi perubahan iklim telah menjadi prioritas penting bagi Paus Jesuit asal Argentina, yang telah mengeluarkan ensiklik yang menekankan dimensi moral dalam merawat ciptaan Tuhan. Isu iklim sangat penting bagi Indonesia, negara kepulauan tropis yang membentang di sepanjang garis khatulistiwa dan rumah bagi hutan hujan terbesar ketiga di dunia serta berbagai satwa liar dan tumbuhan yang terancam punah.
Umar, sang imam besar, dalam sambutannya di hadapan hadirin mengenang bahwa Masjid Istiqlal dirancang oleh seorang arsitek Kristen dan digunakan untuk berbagai program sosial dan pendidikan yang bermanfaat bagi semua orang, bukan hanya umat Islam.
“Sejak saya menjabat sebagai imam besar Masjid Istiqlal, saya tegaskan bahwa Masjid Istiqlal bukan hanya rumah ibadah umat Islam. "Rumah ini juga merupakan rumah besar bagi umat manusia," katanya. "Kami berharap dan memiliki prinsip bahwa umat manusia adalah satu, jadi siapa pun dapat masuk dan mendapatkan manfaatnya." (dengan AP)
Editor : Sabar Subekti
D'Masiv Meriahkan Puncak Festival Literasi Maluku Utara
TERNATE, SATUHARAPAN.COM - Grup band papan atas tanah air, D’Masiv hadir sebagai guest star da...