Paus dan Patriark Rusia Serukan Lindungi Kristen Timteng
HAVANA, SATUHARAPAN.COM – Dalam pertemuan bersejarah antara Paus Fransiskus dan Patriark Kirill, mereka membuat pernyataan bersama mendorong komunitas internasional melindungi jemaat Kristen di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Di banyak negara di kawasan tersebut, menurut keduanya, sejumlah keluarga, desa, dan kota yang didiami umat Kristen dimusnahkan. “Gereja-gereja mereka dirusak dan dijarah secara barbar. Benda-benda suci mereka dinodai, dan monument-monumen mereka dihancurkan.”
BBC melaporkan Paus Fransiskus dan Kirill berjumpa di Bandara Havana, Kuba, selama dua jam pada Jumat (12/2). Pertemuan dilaksanakan di sana saat Paus Fransiskus sedang dalam perjalanan ke Meksiko, sedangkan Kirill tengah mengunjungi Kuba, Brasil, dan Paraguay. Perjumpaan tersebut telah direncanakan beberapa waktu lalu.
Pertemuan bersejarah yang mendamaikan gereja Barat dan Timur yang terpecah hampir 1.000 tahun lamanya. Menurut buku terbitan BPK Gunung Mulia berjudul 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, selama beratus-ratus tahun gereja di timur—dikenal dengan gereja Ortodoks—dan gereja di Barat—diwakili gereja Katolik di Roma—tumbuh terpisah satu sama lain. Apa yang pada satu masa merupakan gereja tunggal, perlahan terpisah menjadi dua gereja dengan identitas masing-masing.
Bentuk kebaktian berbeda: roti yang dipakai untuk perjamuan, tanggal mulai masa puasa, dan cara merayakan misa. Teologinya pun berbeda. Timur merasa kurang enak dengan ajaran purgatory (tempat penyucian jiwa sebelum masuk ke surga). Barat menggunakan istilah Latin filioque untuk menambahkan kata dalam Pengakuan Iman Nicea yang awalnya berbunyi “Roh datangnya dari Bapa”. Menjadi, “Roh datangnya dari Bapa dan dari Putra”. Penambahan ini bagi gereja Timur dianggap sesat.
Peristiwa perpisahan gereja Timur dan Barat dimulai saat pada 1043 Michael Cerularius menjadi patriark Konstantinopel—kini Istanbul, Turki. Pada 1049 Leo IX menjadi Paus di Roma. Lima tahun setelah menjadi Paus, Leo ingin Michael—menjadi lambang gereja Timur—tunduk pada otoritas Roma. Paus mengirim utusan ke Konstantinopel, tetapi Michael menolak bertemu mereka. Itu membuat kedua pemimpin gereja saling mengucilkan dan saling menuduh gereja masing-masing sebagai bukan Kristen sejati.
Berbagai usaha untuk menyatukan kedua gereja belum pernah berhasil. Pada 1274 dan 1439 ada upaya untuk menyatukan kembali kedua gereja oleh Dewan Lyon dan Florence, tetapi gagal. Lalu, pada 1997 rencana pertemuan Paus Yohanes Paulus II dan pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Alexy II, dibatalkan.
Pertemuan di Yerusalem
Pertengahan 2014 lalu, sebenarnya Paus sudah bertemu dengan Patriark Konstantinopel di Yerusalem. Bahkan ada pertemuan sebelumnya pada 1964 antara Paus Paulus VI dan Patriark Ekumenis Athenagoras di Yerusalem. Itu adalah pertemuan pertama antara Paus dan Patriark Ortodoks setelah lebih dari 500 tahun.
Setelah pertemuan itu, dekrit saling ekskomunikasi (pengucilan) dibatalkan. Kemudian dihasilkan Deklarasi Bersama Katolik – Ortodoks tahun 1965 yang menyerukan hubungan yang lebih harmonis keduanya.
Menurut sekretaris umum Dewan Gereja Dunia, pertemuan pada Mei 2014 lalu antara Fransiskus dan Patriark Konstantinopel Bartolomeus I memiliki signifikansi untuk gereja global dan gerakan ekumenis di luar gereja Katolik Roma dan Ortodoks.
Mengacu pada teks Deklarasi Umum yang dikeluarkan kedua pemimpin gereja pada Minggu (25/5/14) Pdt Olav Fykse Tveit menunjuk konfirmasi mereka atas panggilan untuk persatuan gereja, pentingnya pertemuan mereka di Yerusalem dan Tanah Suci dan keyakinan bersama mereka bahwa kita semua dalam perjalanan sebagai peziarah bersama-sama pada ziarah keadilan dan perdamaian.
Dalam deklarasi bersama tersebut, Paus Fransiskus dan Patriark Ekumenis Bartolomeus berjanji untuk melanjutkan jalan menuju kesatuan antara gereja-gereja Katolik Roma dan Ortodoks. “Pertemuan persaudaraan kita hari ini adalah langkah baru dan diperlukan pada perjalanan menuju kesatuan yang hanya Roh Kudus dapat memimpin kita, bahwa persekutuan dalam keragaman yang sah,” kata dokumen tersebut.
“Adalah penting bahwa Uskup Roma dan Patriark Konstantinopel bertemu untuk mengonfirmasi panggilan ini dari gereja menuju kesatuan seperti pendahulu mereka yang dilakukan 50 tahun lalu,” kata Tveit. “Dan bahwa ini dipandang sebagai langkah penting menuju persekutuan dalam ‘keanekaragaman yang sah.’” Dan, langkah kemarin adalah perwujudan atas janji gereja-gereja untuk bersatu.
Vladimir Putin Menyetujui Anggaran Militer Rusia Tahun 2025-...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Presiden Rusia, Vladimir Putin, telah menyetujui anggaran yang difokuskan pa...