Paus Fransiskus Tekankan Tiga Hal Perawatan Lingkungan
ROMA, SATUHARAPAN.COM – Paus Fransiskus menekankan tiga hal yang berperan dalam perawatan atau pelestarian lingkungan yakni ekologi holistik, agama, dan dialog antariman.
Seperti diberitakan situs resmi Vatikan, vatican.va, pada hari Kamis (8/9), tiga hal tersebut menurut Paus Fransiskus merupakan hal yang paling bagi peserta simposium “America In Dialogue: Our Common Home.” (Amerika dalam Dialog: Rumah Kita Bersama").
Simposium tersebut diselenggarakan Organisation of American States and the Buenos Aires Institute for Interreligious Dialogue” (Organisasi Negara-negara Amerika dan Institut Dialog Antaragama Buenos Aires), yang diselenggarakan di Augustinianum Institute, Roma.
Acara itu berfokus pada studi tentang “Laudato Si". Menurut Wikipedia, Laudato Si adalah ensiklik (surat edaran resmi Gereja Katolik). Laudato Si menekankan pentingnya mencintai, menghormati, dan melindungi bumi sebagai rumah bersama, manusia dan makhluk lainnya.
Paus mendukung ekologi holistik, dalam pemahaman tersebut manusia diajak menghormati makhluk lain sehingga memungkinkan manusia mengenali nilai-nilai yang melekat pada makhluk lain, dan bila manusia bisa menghargai ciptaan lain, maka dianggap sebagai puncak penciptaan.
Paus Fransiskus menekankan kepada setiap peserta simposium agar di setiap komunitas yang ada menerapkan tiga hal tersebut. “Saat ini saya berpikir pemahaman manusia akan lingkungan masih berada di tingkat yang sama dengan siswa taman kanak-kanak. Saat ini kita kurang mengemban tanggung jawab yang besar, sebagai subjek dari lingkungan, kita kurang membawa kesadaran ekologi secara holistik,” kata Paus Fransiskus kepada peserta simposium.
"Agama memiliki peran yang sangat penting dalam tugas perawatan lingkungan karena mempromosikan perawatan dan menghormati lingkungan. Iman kepada Allah menuntun kita untuk mengenali-Nya dalam ciptaan-Nya, yang merupakan buah dari kasih-Nya bagi kita,” dia menambahkan.
Dia menambahkan manusia diharuskan merawat dan melindungi alam, salah satu cara yang efektif yakni agama yang menghormati dan mempromosikan pendidikan dan nilai-nilai kearifan di semua tingkatan.
“Nilai-nilai tersebut membantu kita dalam perawatan lingkungan dengan bertanggung jawab dan berhati-hati terhadap tuntutan perawatan untuk dunia kita, dan dengan cara yang khusus, untuk melindungi, mempromosikan dan membela hak asasi manusia,” kata Paus Fransiskus.
Dia mengatakan kerja sama antariman dalam perawatan lingkungan dilakukan berdasar dialog yang dilakukan dengan tulus dan dilandasi rasa hormat.
“Dialog tersebut harus didasarkan pada identitas sendiri dan rasa saling percaya yang timbul, karena manusia mampu mengenali sesama sebagai karunia Yesus Kristus, dan saat menjalankan dialog manusia harus menerima usulan dari pihak lain,” kata dia.
Dia mengatakan setiap umat yang percaya kepada Tuhan adalah landasan untuk penciptaan dan kehidupan. Menurut dia manusia tidak bisa diam atau pasif dalam menghadapi ketika ada penguasa yang memiliki impunitas (kekebalan).
Dia melanjutkan, laki-laki dan perempuan yang beriman dipanggil mempertahankan kehidupan di semua tahapan antara lain integritas fisik dan kebebasan hati nurani, pemikiran, ekspresi dan ibadah.
“Saat ini di dunia banyak orang yang mengawasi perilaku kita sebagai orang percaya, melihat perilaku kita dalam menjalankan hak asasi manusia, termasuk juga menghormati mereka yang tidak memeluk agama,” kata dia.
Dia menambahkan saat ini banyak orang di dunia yang membutuhkan bantuan karena berada dalam kondisi perang, kelaparan, kemiskinan yang menimpa jutaan orang, krisis lingkungan, kekerasan, korupsi, degradasi moral, krisis keluarga, dan ekonomi.
Paus Fransiskus menyayangkan saat ini agama digunakan membenarkan kekejaman seperti terorisme, menabur ketakutan dan kekerasan, sehingga agama sering dianggap sebagai landasan yang melatarbelakangi kejahatan yang ada di sekeliling kita.
Oleh karena itu, kata dia, manusia harus bersama-sama menyatakan tidak setuju terhadap kekerasan yang dapat meracuni dan memecah belah manusia.
“Pertemuan ini digelar dalam rangka memperingati empat tahun Jubilee Of Mercy (Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah),” kata dia.
Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah, dalam definisi Wikipedia, adalah masa doa dalam Gereja Katolik Roma yang dimulai Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda (8 Desember 2015) sampai dengan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam (20 November 2016).
Paus mengatakan kemurahan Tuhan tidak mengenal batas karena tidak mengenal satu pun dari budaya, ras, bahasa, atau agama, termasuk semua orang yang menderita dalam tubuh dan dalam roh.
Demikian pula, menurut Paus Fransiskus, kasih Tuhan melingkupi semua ciptaan sehingga umat manusia memiliki tanggung jawab mempertahankan, merawat dan menjaga ciptaan.
“Semoga Tahun Yubileum menjadi kesempatan banyak orang membuka ruang lebih lanjut untuk dialog, untuk menjangkau saudara yang menderita,” kata dia. (vatican.va)
Editor : Sotyati
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...